30. Bantu Suamimu

2K 28 0
                                    

Kirana mendengar gedoran pintu rumahnya sedari tadi. Ia yang sedang mandi mengacuhkannya lama kelamaan kesal juga.

Ceklek

"Ck... Siapa sih?" Kirana merotasikan matanya setelah tau siapa pelakunya.

"Kirana... Pliss jangan gini ok? Aku tahu aku salah...maafkan aku" ucapnya.

"Udah nggak usah banyak bicara, silahkan pulang gue mau istirahat, gue tunggu berkas cerainya" Kirana berdiri disamping pintu menunggu Deriel keluar dari rumahnya.

"Tidak... Aku tidak mau... Ngapain aku keluar dari sini? Sedangkan istriku ada disini" ucapnya membuat emosi Kirana naik.

"Keluar!!"

"Nggak mau keluar?"

"Gue bisa gebukin lo sekarang" Deriel malah merebahkan tubuhnya di sofa milik Kirana. Dia tidak takut walau dibunuh sekalipun.

"Nggak bisa begitu sama suami Yank, dosa"

"Gue udah nggak anggap loe suamiku"

"Aku dah lama begini, setiap kali dekat dengan wanita tidak ada sama sekali reaksi yang aku rasakan, sampai aku bertemu denganmu aku merasakan gelenyar aneh, aku pikir penyakit ku ini telah sembuh berkat kamu tapi entah mengapa dia tidak bereaksi kemarin" Deriel bangun dari tidurnya lalu bersandar dengan pandangan intens kepada Kirana.

Kirana membuang wajahnya yang memerah kala mengingat kemarin sampai rasa kesalpun ikut ia rasakan.

"Duduk dulu, aku mau ngomong lagi, lelah tau nengok gini" Deriel menepuk sofa panjang yang ia duduki. Kirana mendengus lalu menurut.

Ia duduk disamping pria itu karena memang hanya terdapat satu sofa.

Deriel meraih telapak tangan Kirana lalu ia genggam erat.

"Bisakah kamu jangan meminta cerai?"

"Orang menikah agar bisa memiliki anak, aku pengen punya anak, tapi dengan kondisi itu apakah bisa? Tidak. Lebih baik kita pisah aja"

"Kamu tahu? Tuhan tidak mungkin menyatukan kita dalam sebuah ikatan pernikahan ini kalau tidak ada hikmahnya, Aku yakin bisa sembuh asal ada kamu disamping aku" ucap Deriel.

"Kalau bukan bantuan kamu juga siapa lagi yang bisa? hanya kamu istriku pasangan halalku, jadi kumohon bantu suamimu ini sembuh dari impotennya"

Kirana menoleh menatap wajah Deriel.

"Mau kan?" Kirana menghirup udara lalu menghembuskannya.

"Gimana caranya?" Deriel tersenyum sumringah lalu memeluk istrinya.

"Makasih sayang" Kirana merespon dengan gumaman saja.

"Cara yang pertama ayo lakukan lagi cara yang kemarin" Kirana mengernyit.

"Cara apa?"

"Ayok kekamar saja..." Deriel menutup pintu tak lupa menguncinya, lalu menarik istrinya kekamar.

"Aku mo mandi dulu" Kirana mengangguk.

★★★

"Udah siap?" Kirana mengangguk. Deriel melepas handuknya yang melilit pinggangnya. Kirana melotot lalu membuang wajahnya.

Deriel mendekat kearah Kirana lalu meraih tangan lembut istrinya.

"Lakukan seperti kemarin" Kirana menatap kembali penis suaminya yang masih tidur.

Perlahan ia urut, ia remas dan ia kocok, masih tetap sama. Kirana memikirkan cara apa lagi agar penis suaminya bangun.

Sampai-sampai kedua bola kecil suaminya ini ikut ia mainkan.

Masih tetap sama.

Tidak mau bangun.

Kirana mendongak untuk melihat suaminya, ternyata suaminya sedang menutup matanya mungkin sedang menikmati apa yang ia lakukan ini.

Perlahan wajahnya mendekati penis suaminya, ia akan mencoba cara yang sempat terlintas dibenaknya.

Kirana menjulurkan lidahnya keujung  penis suaminya. Deriel membuka matanya kaget saat merasakan sentuhan di ujung penis nya.

"Kamu mau menjilatinya?" Kirana mengangguk.

"Nggak jijik?"

"Nanti aku cuci mulut dengan bersih"

"Baiklah.."

To be continu

Suamiku Impoten? [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang