28. Fakta

1.6K 24 0
                                    

Deriel kini sedang kelimpungan mencari istrinya. Ia mengusap perut yang kena bogem dari istrinya itu, rasanya begitu sakit.

Rupanya istrinya itu bisa bela diri.

Ini sudah tengah malam, dan istrinya tidak tahu kemana. Daftar penumpang dibandara tidak ada nama istrinya, itu tandanya wanita itu masih berada disini dan bersembunyi darinya.

"Gimana? Sudah ketemu?" Derial menghembuskan nafasnya kasar lalu menyimpan ponselnya di nakas.

"Kemana kamu sayang? Maafkan aku" gumamnya. Ia mengacak rambut nya frustasi.

★★★

Kirana kini sedang menangis di taman yang sepi. Ia sudah memastikan bahwa taman ini tidak ada yang tahu.

"Jahat banget lo... Nipu gue buat nikah sama loe" suaranya sudah serak akibat menangis.

"Dasar brengsek Lo DERIEEELL anj" Raungnya melampiaskan amarahnya.

Setelah itu dia menghirup udara dan menghapus air matanya.

"Kenapa juga gue bersedih begini gara-gara pria impoten itu? Cihhh" dia berdiri lalu mengeret kopernya. Ia akan mencari penginapan terdekat untuk menginap malam ini.

Besok baru dia akan pulang ke Jakarta. Bodo amat sama honey moon.

Dia menghempaskan tubuhnya kekasur. Untungnya dia menaruh dompetnya di koper jadi dia bisa membayar motel untuk malam ini.

Perlahan matanya tertutup karena rasa ngantuk, mungkin karena banyak nangis jadinya ia mudah tertidur.

Pagi harinya ia lekas mandi dan bersiap ke bandara untuk pulang.

Ia melihat ponsel yang ia matikan semalam dan belum ia hidupkan, biarlah seperti itu. Dia bisa menebak jika ia menghidupkan ponselnya pasti pria impoten itu akan menghubunginya dan menemukannya disini.

Suara ketukan pintu terdengar, pasti petugas motel.

Ia membuka nya betapa terkejutnya dia bahwa pengetuk pintu itu bukanlah petugas motel melainkan pria impoten yang sayangnya adalah suaminya.

Segera ia tutup pintu tersebut tapi tenaganya kalah sama pria tersebut.

"Ngapain lo disini ha?"

"Jemput istri yang merajuk" kekehnya.

"Sayangnya gue sudah tidak menganggap lo suami" Kirana menutup pintu motel tersebut tiba-tiba.

"Buka dulu pintunya Kiran..." ketukan pintu semakin kencang.

"Pergi sana... jangan gangguin gue lagi"

"Buka atau aku dobrak pintunya" Kirana menganga tak percaya dengan ancaman itu.

"Jangan kira aku tidak berani mendobrak pintu ini, aku hitung sampai tiga buka pintunya" Kirana panik.

"Satuuu.."

"Duaaa.."

"Tii..." Kirana membuka pintunya dengan wajah emosi.

"Brengsek mau lo apa sih ha?" ucapnya dengan suara meninggi. Dia tidak perduli dengan suaranya yang akan mengganggu penghuni motel lainnya.

Deriel segera menarik tangan Kirana dan masuk kembali kekamar motel tersebut.

Kirana menghempaskan tangan pria itu.

"Kamu pergi dengan emosi tanpa mendengar penjelasanku"

"Cih...Bodo amat ya... Fakta yang ku tahu semalam cukup menjelaskan semuanya"

"Tapi..."

"Cukup ya... Gue tidak mau berurusan lagi sama penipu kayak lo, sampai di jakarta ceraikan aku" Kirana meraih kopernya dan meninggalkan Deriel yang terdiam.

"Kirana..." Deriel tersadar lalu mengikuti Kirana istrinya.

"Jangan menghalangiku, lo tidak lupa kan bogemanku semalam? Gue bisa membuat loe babak belur"

Deriel mengalah membiarkan istrinya pergi. Wanita itu pasti ke bandara untuk pulang.

Deriel merogoh ponselnya.

"Cek out saja dari sana aku mau balik" lalu pria itu menyimpan ponselnya kembali.

Lalu ia bergegas mengikuti taksi yang dinaiki istrinya dan benar saja wanita itu menuju bandara.

Aku mendekati istriku yang sedang duduk di bangku yang berada di ruang tunggu bandara ikut duduk tanpa bersuara apapun.

To be continue

Suamiku Impoten? [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang