14. Perilaku Ariel

1.2K 97 71
                                    

Assalamualaikum!

Happy reading!

.
.
.

"Apa maksud kamu Ameena?" Kak Arsyi menatapku dengan tajam. Bahkan Umi menangis di atas ranjangnya ketika mendengar perkataanku.

Hari ini aku akan di jemput oleh bodyguard Pak Reynand, bahkan bodyguard Pak Reynand sudah menungguku di luar kamar Umi. Baru hari ini aku berani mengatakan alasan kenapa Pak Reynand tidak jadi menggusur panti ini. Umi sudah menangis sedari tadi, dan Kak Arsyi juga terlihat marah kepadaku. Bahkan matanya memerah dan berkaca-kaca.

"Ameena, kamu ingin meninggalkan kami?" kini Kak Arsyi bertanya dengan nada lirih. Aku benar-benar merasa bersalah kepada mereka. Padahal aku sudah menjelaskan semuanya, aku pulang ke rumah Pak Reynand hanya malam hari. Dan jika hari libur, maka aku akan menghabiskan waktu di panti ini.

"Kakak, Umi, aku janji aku hanya menumpang tidur di sana. Aku akan sering menghabiskan waktu bersama kalian. Tolong jangan menangis karenaku. Aku hanya ingin yang terbaik."

Umi menghapus air matanya. Beliau berjalan mendekatiku dengan pelan. Tangannya langsung menangkup seluruh permukaan wajahku.

"Umi tau kamu adalah hak Ayah kamu. Umi minta maaf kalau Umi egois ingin kamu terus di dekat Umi. Sudah menjadi hak kamu ingin memilih tinggal di manapun. Tapi satu yang Umi minta, jangan pernah melupakan Umi." aku langsung menubruk tubuh Umi. Aku menangis tersedu-sedu ketika Umi mengusap lembut punggungku. Bahkan aku juga dapat merasakan tubuh Umi sama bergetarnya dengan ku.

Kak Arsyi ikut memeluk kami. Kami bertiga berpelukan dengan tangis yang kian menjadi. Sungguh, aku sangat berat untuk meninggalkan panti ini. Masa kecilku berada di sini.

Tok...tok..

"Maaf mengganggu, Nona. Tapi, Tuan besar sudah menunggu di rumah."

Pelukan kami terpaksa harus dilepas. Umi mencium keningku dengan lama, di ikuti Kak Arsyi. Tanganku langsung menghapus jejak air mata yang ada di pipi Umi dan Kak Arsyi, akupun langsung mengambil tangan Kak Arsyi dan Umi untuk ku cium.

"Jaga diri baik-baik, sayang."


*****

"Ini kamar kamu, sayang." aku hanya mengangguk ketika Pak Reynand mengantarku ke kamar baruku.

"Kamu tenang saja, habiskan waktumu di sini sepuasnya. Adrian sedang tidak ada, hari ini ujian terakhir. Karin juga sedang berada di tempat temannya."

"Aku ingin berkeliling di sini. Aku ingin seorang wanita yang menemaniku, bukan seorang pria berbadan besar ini."

"Jess! Apa yang putriku katakan?"

Pria yang bernama Jess itu langsung mendekati Pak Reynand. Beliau langsung menerjemahkan apa yang ku katakan tadi.

"Maryam!" seorang wanita yang ku kira berusia sekita empat puluh tahunan langsung menghampiri kami dengan tergopoh-gopoh.

"Bawa putriku berkeliling di rumah ini. Pastikan setiap sudut rumah ini, dia mengetahuinya. Dan jangan sampai putriku terluka ataupun tersesat di rumahnya sendiri."

"Baik Tuan."

Aku langsung di ajak berkeliling oleh Bu Maryam. Beliau menceritakan banyak hal, aku bahkan tidak tahu apa yang beliau bicarakan. Aku tidak mengerti sama sekali.

"Selama ini Neng tinggal di mana?" aku tidak menjawab, hanya tersenyum.

"Panti." bodyguard Pak Reynand yang bernama Jess langsung menjawab. Dia juga mengikuti kami dari belakang ternyata.

Diam yang terlukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang