Assalamualaikum!Happy reading!
.
.
."Diam kamu Adrian! Saya minta keluarkan Adrian dari sekolah ini!"
Aku sangat kaget ketika mendengar bapak yang ku ketahui bernama Reynand Adhitama tersebut berkata seperti itu. Aku perlahan melonggarkan pelukan beliau, aku mulai menjauhinya, apalagi ketika tatapan semua orang menatap kami dengan tatapan bertanya.
"Dad? Has Daddy lost his mind? What's Daddy doing?"
"Om?" Shirren juga mengeluarkan suaranya. Wajahnya bahkan terlihat shock. Siapa yang tidak shock ketika melihat pemilik sekolah ini memelukku? Bahkan beliau rela ingin mengeluarkan putranya hanya karena gadis bisu seperti ku.
"Adrian akan saya pindahkan dari sekolah ini!" Pak Reynand kembali berbicara. Bahkan nada bicaranya kali ini terdengar sangat datar.
Aku mengepalkan tanganku dengan sangat kuat . Apa yang harus aku lakukan? Semua orang di sini menatapku dengan bingung.
"Reynand? Kamu sudah kehilangan akal? Kenapa rela menyingkirkan putramu demi gadis bisu ini?" Ayah Ariel terlihat menentang keputusan Pak Reynand.
Aku juga sebenarnya menentangnya. Kasus ini bisa di selesaikan dengan cara damai, kan? Aku tidak ingin semua orang semakin membenciku. Apalagi melihat tatapan Kak Adrian yang kini sangat tajam. Aku dapat melihat kilat kebencian itu.
"Berhenti menatapnya seperti itu, Adrian!" rupanya tatapan yang diberikan Kak Adrian kepada ku disadari oleh Pak Reynand.
"Reynand! Kamu sudah gila?" Ayah Ariel masih terlihat tidak mengerti. Bahkan Ariel yang di sampingnya juga terlihat sangat bingung.
"Diam kamu Gibran! Jangan melarang ku untuk membela putri ku!"
bantahannya itu membuat semua orang yang ada di sana langsung menatap ku. Apalagi Pak kepala sekolah yang kini menatapku dengan mulut yang sedikit terbuka.
"Apa maksudmu?"
"Dia putri adikmu yang berusaha disingkirkan oleh sepupumu!" apa maksudnya? Aku berusaha disingkirkan oleh sepupu Pak Gibran? Dan apa tadi katanya? Aku anak dari adik Pak Gibran? Apa itu artinya Pak Reynand bukan Ayahku?
Pak Gibran menatapku dengan bingung. Setelahnya, ia langsung menatap Pak kepala sekolah.
"Pak Ari, tolong tinggalkan kami bertiga di ruangan ini." Pak Gibran berkata kepada Pak kepala sekolah. Pak Ari pun mengangguk.
"Ariel, Adrian, Shirren, kalian juga!" mereka yang terlihat masih shockpun hanya bisa menuruti perkataan Pak Gibran.
Setelah mereka keluar, Pak Gibran kembali menatap Pak Reynand. "Cepat jelaskan dari awal! Bukannya putri Airin tidak selamat bersama dengan Airin? Lalu kenapa tiba-tiba putrinya kembali hidup?"
Pak Reynand menyeringai. "Apa kau tidak bisa melihat kemiripan mereka?"
Pak Gibran langsung menatapku dengan lekat. Aku mengerjap, lalu segera menunduk. Entah apa yang mereka bicarakan, aku tidak mengerti. Apalagi melihat tatapan Pak Gibran yang menatapku dengan sangat intens seperti itu.
"Karin memalsukan kematian putriku. Dia iri dengan Airin, padahal waktu itu, Airin sudah rela berbagi suami dengan dirinya, demi membuat diriku mendapatkan keturunan. Karena waktu itu Airin didiagnosa dokter tidak bisa mengandung."
"Jadi ini alasan kau memoligami adikku?" sungguh, apa fungsiku di sini? Aku tidak mengerti dengan yang mereka bicarakan. Siapa Karin dan Airin? Kenapa membahas mereka yang tidak ada sangkut pautnya dengan masalahku ini?

KAMU SEDANG MEMBACA
Diam yang terluka
EspiritualMemangnya salah jika kita terlahir sebagai tunawicara? Memangnya salah kalau kita dibesarkan di panti asuhan? Pertanyaan itu selalu hadir di benak gadis yang berusia enam belas tahun itu. Ameena Az-Zahra namanya. gadis yang memiliki keistimewaan ya...