23. Tragedi dalam pesta

1K 92 81
                                    

Assalamualaikum!

Aku double up nih...

Happy reading!

.
.
.


Aku menatap takjub dekorasi pesta yang telah disiapkan ini. Seluruh hotel benar-benar seperti taman bunga. Bunga mawar berwarna dusty dan putih berjejer rapi di samping karpet merah yang sekarang sedang aku injak.

Aku kaget saat Daddy memasangkan mahkota berwarna putih di kepalaku yang tertutup jilbab.

"Selamat ulang tahun, sayang. Semoga apa yang kamu impikan segera terwujud. I love you." mataku langsung berkaca-kaca mendengar perkataan Daddy. Aku benar-benar terharu dengan kasih sayang yang Daddy berikan kepadaku selama ini.

"Selamat ulang tahun Ameena, maafin Mom karena selalu berbuat jahat sama kamu." Bu Karin memberikan aku sebuah buket bunga mawar berwarna merah. Aku tersenyum seraya mengambil buket tersebut dari  tangannya.

"Terima kasih, Mom." Aku senang sekali ketika Bu Karin memberikan senyumannya padaku. Aku tau, tidak mungkin beliau berubah secepat ini kepadaku. Apalagi aku sudah mendengar pembicaraan Bu Karin dan Kak Adrian.

"Ayo sayang!" Daddy dan Bu Karin langsung menggandengku menuju tempat acara.

Mataku langsung berbinar ketika melihat Umi, Kak Arsyi, dan anak-anak lainnya. Tanpa sadar aku langsung melepaskan tangan Daddy dan Bu Karin. Aku langsung berlari kecil ke arah Umi. Tanganku langsung memeluk Umi dengan erat.

"Ameena bahagia?" aku langsung mengangguk di dalam pelukan Umi.

"Ameena, selamat ulang tahun, sayang." aku langsung melepaskan pelukanku saat mendengar suara bariton tersebut. Mataku langsung mengerjap saat Om Gibran memberikan sebuah kado yang sangat besar. Bahkan ukurannya hampir sama dengan tubuhku.

"Terima kasih, Om."

"Iya, sayang."

Setelah satu jam acara, aku menghela napas dengan gusar. Mata ku bergerak kesana kemari, aku sudah tidak mengenali para tamu yang datang. Dan aku merasa tidak nyaman.

"Nih minum, kayanya lo lagi gelisah." aku tersenyum menatap Kak Adrian. Setelahnya aku langsung meminum air putih tersebut.

Kak Adrian duduk di sampingku. Dia juga mulai meminum minuman yang ada di tangannya.

"Lo mau pulang?"

"Iya Kak, aku bosan. Tapi, aku tidak menemui Pak Jess, Kakak tau dia di mana?"

Kak Adrian menggeleng lalu kembali meminum minumannya.

"Gue antar aja, gimana?"

Aku berpikir sebentar. Aku rasa tidak papa. Aku bisa izin dengan Daddy, dan jika Kak Adrian berusaha melukaiku, Daddy pasti langsung tahu pelakunya.

"Temani aku izin dengan Daddy."

"Oke." baru saja aku hendak berdiri. Tapi, rasa kantuk tiba-tiba menyerangku. Aku menguap beberapa kali, mataku langsung sayu. Aku langsung menatap Kak Adrian yang kini sudah berdiri.

"Kenapa masih duduk? Ayo!"

"Ak-u mengantuk. Kakak memasukkan apa diminumanku?"

Diam yang terlukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang