Assalamualaikum!
Dialog yang miring tanpa bahasa isyarat!
HAPPY READING!
.
.
.Sudah tiga hari semenjak insiden itu. Dan Kak Adrian pun belum kembali ke sekolah. Dia masih di skors selama seminggu, akupun baru masuk sekolah hari ini. Setelah kejadian itu, aku langsung sakit.
Dan mengenai identitas ku, Pak Reynand sudah meminta Pak kepala sekolah dan semua yang ada di situ kemarin untuk menutup mulutnya. Jelas, karena aku yang meminta. Aku tau dia memang Ayahku, Umi sudah meyakinkan ku. Tapi, tetap saja aku tidak ingin orang lain mengetahuinya. Aku juga tidak ingin tinggal bersamanya, nanti aku bisa serumah bersama Kak Adrian.
Aku langsung duduk di kursiku. Dari awal aku masuk, banyak anak yang menatapku dengan sinis. Aku sudah sering ditatap seperti itu. Jadi, aku tidak terlalu memusingkannya.
"Pakai pelet apa lo?" Sella yang baru saja datang langsung menatapku dengan tajam. Aku mengerti kemarahan Sella, karena dia adalah kekasih dari Kak Adrian.
'Aku tidak memakai pelet apapun, itu hanya salah paham.'
Aku langsung menodorkan kertas yang baru ku tulis tersebut, dan Sella malah merobeknya.
"Gak mungkin! Mana mungkin Pak Reynand gak ngeluarin gadis yang berbuat skandal dengan Adrian! Semua orang juga tau ini bukan yang pertama kalinya!" yah, akupun tau. Tapi, Pak Reynand kan Ayahku, jelas beliau tidak mengeluarkanku.
"Benar banget Sel! Apalagi Adrian langsung di skors. Biasanya nggak!" Tania semakin memanasi saja.
"Woy! Tutup pintunya!" teriak Sella. Aldo langsung menuruti perintah Sella. Entah kenapa Sella memerintahkan seperti itu, aku tau sekarang para guru sedang rapat, mungkin ini sebabnya mereka menutup pintu, agar konser mereka tidak terdengar. Ketika guru rapat anak kelas ini sering mengadakan konser dadakan.
Aku langsung kaget ketika Sella langsung menarik rambutku dari balik jilbabku. Aku langsung memberontak, berusaha melepaskan tangannya.
"Lo jual diri sama Pak Reynand?" tanyanya dengan tajam. Aku langsung menatap Sella dengan tajam, tanganku langsung menghempas dengan kasar tangannya. Aku juga dapat melihat semua orang menatapku tak percaya, apalagi Shirren, entahlah, setelah mengetahui kebenaran tentangku, Shirren langsung menjauhiku.
"Jaga bicaramu, Sella!"
Gelak tawa langsung menggema ketika aku selesai berkata dengan menggunakan bahasa isyarat. Mereka pasti tidak mengerti, dan merasa lucu dengan yang ku lakukan. Tapi, mau bagaimana lagi? Aku juga tidak tau harus membela diri dengan cara seperti apa.
"Makannya punya mulut di gunain!" Sella menepuk mulutku dengan kencang. Mataku tanpa bisa kucegah langsung berkaca-kaca, memangnya siapa yang tidak ingin bisa berbicara?
"Si Ameena pas gerakin tangan tadi kaya orang gak normal!" Aldo tertawa terbahak, bahkan teman sekelasku yang lainpun ikut tertawa.
"Bukan gak normal lagi, tapi cacat!" Nazriel yang berdiri di samping Ariel ikut menambahi.
Aku langsung menunduk, tidak ingin mereka melihat bahwa aku sedang menangis sekarang. Sangat tidak ingin.
"Ameena emang pembawa sial!" aku langsung mendongakkan kepalaku, menatap Ariel yang baru saja berbicara seperti itu. Memangnya apa salahku?
"Bener banget! Gara-gara dia lo kemarin kena masalah juga, kan? Mana sama sepupu lo sendiri lagi," ucap Sella, yang sekarang berjalan mendekatiku.
"Sebenarnya lo gak cocok sekolah di sini Ameena,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Diam yang terluka
EspiritualMemangnya salah jika kita terlahir sebagai tunawicara? Memangnya salah kalau kita dibesarkan di panti asuhan? Pertanyaan itu selalu hadir di benak gadis yang berusia enam belas tahun itu. Ameena Az-Zahra namanya. gadis yang memiliki keistimewaan ya...