15. Tamparan untuk Sella

1.1K 90 77
                                    

Assalamualaikum!

Happy reading!

.
.
.


"Pastikan putriku sampai di sekolah dengan aman. Dan jaga selalu kenyamanan putriku."

"Baik, Tuan."

Aku menghela napas ketika mendengar perkataan itu entah yang keberapa kalinya. Bahkan Tuan Reynand meminta semua pekerjanya berbaris di depan rumahnya hanya untuk memberangkatkan aku ke sekolah. Sangat berlebihan sekali.

Aku berjalan mendekati Pak Reynand, tanganku langsung mengambil punggung tangannya lalu menciumnya. Aku juga dapat merasakan tangannya mengelus kepalaku. Setelah menyalimi Pak Reynand, aku langsung mendekati Bu Karin, beliau menatapku dengan sinis. Aku mencoba menghiraukan tatapan itu, aku menyodorkan tanganku ke hadapannya, tapi dia tidak menyambutnya sama sekali.

Aku menarik kembali tanganku, menarik sedikit bibirku agar tersenyum.

"Karin! Putriku hanya ingin mencoba menghormatimu! Jika kamu tidak bisa menganggap putriku, lebih baik kamu pergi dari rumahku!" aku menghela napas mendengar Pak Reynand berkata seperti itu, sedangkan Bu Karin langsung memasuki rumah kembali.

"Cih! Terlalu berlebihan." Kak Adrian berdecih. Ia mendekatiku lalu menyodorkan tangannya tepat di depanku. Aku tidak mengerti, tapi aku mencoba menyambut uluran tangannya. Dia Kakakku, jadi mahram untukku.

Setelah aku mencium punggung tangannya ia mendekatiku. Refleks aku langsung mundur.

"Adrian! Jangan mendekatinya!"

"Dad! Aku hanya ingin memberikan ciuman kasih sayang kepada kening adikku tersayang." entah apa maksudnya berkata seperti itu. Aku menjauh, berlindung di balik tubuh besar Pak Jess. Kilasan saat ia mencoba mencium bibirku tiba-tiba langsung terngiang di kepalaku. Aku menggeleng dengan kuat seraya menatap Pak Reynand.

"Jangan mendekati putriku, Adrian! Bukan karena dia adikmu, kamu bebas menyentuhnya. Dia tidak ingin berdekatan dengan orang yang ingin melecehkannya!" aku meremas ujung baju Pak Jess. Kenapa Pak Reynand malah mengingatkan lagi tentang kejadian yang ingin aku lupakan? Aku berusaha melupakan kejadian itu. Tapi, Pak Reynand malah mengungkitnya.

"Tu-an, sebaiknya kita jangan membahas hal itu di depan Nona muda. Nona, terlihat ketakutan." mungkin Pak Jess menyadari ketakutanku. Pak Reynand langsung menatapku dengan intens.

Aku menunduk, menarik-narik baju Pak Jess. Beliau langsung berbalik menghadap ke arahku.

"Ayo kita berangkat!" ajakku.

"Tuan, Nona Ameena ingin segera berangkat. Saya undur diri dulu."

"Hm, pastikan putriku ke sekolah dengan selamat."

Aku langsung memasuki mobil setelah di bukakan oleh Pak Jess. Beliau dan satu orang lagi masuk ke dalam mobil tersebut. Mobilnya langsung melaju dengan kecepatan sedang.

Aku menghela napas dengan kasar. Mataku tanpa bisa ku cegah langsung berkaca-kaca. Kilasan Kak Adrian yang berusaha melecehkanku kembali berputar di kepala ku, rasanya kepalaku ingin pecah. Aku sudah berusaha untuk tidak memikirkannya, tapi setelah Pak Reynand mengungkitnya dan setelah Kak Adrian ingin mencium keningku tadi, aku langsung teringat dengan jelas.

Diam yang terlukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang