Assalamualaikum!
Happy reading!
.
.
.Ariel POV
Sebelum tragedi.
Malam ini adalah pesta ulang tahun Ameena. Gue berusaha agar tampil dengan menakjubkan. Dengan stelan jas berwarna navy, gue langsung berjalan dengan santai di tempat acara tersebut.
Gue tersenyum senang saat melihat Ameena berjalan di dampingi dengan Om Reynand dan Tante Karin. Gue sangat yakin sekali, sekarang ini, Tante Karin sedang berakting. Jangan pedulikan nenek sihir itu. Ah, Ameena, gadis itu terlihat sangat manis dengan stelan gamis berwarna dusty dengan hijab yang senada. Riasannya yang natural benar-benar sangat pas di wajahnya yang imut. Di tambaha mahkota yang bertengger manis di kepalanya. Gue jadi tidak rela saat melihat beberapa kolega Om Reynand menatap Ameena dengan takjub. Zaman sekarang sudah banyak om-om yang menikahi gadis. Jangan sampai Ameena menjadi korban juga, karena dilihat dari segi manapun, Ameena hanya cocok bersanding bersama seorang Ariel Putra Nagara.
Baru saja gue ingin memberikan hadiah yang gue pegang. Tapi, gadis itu langsung berhambur ke dalam pelukan ibu pantinya. Bertepatan dengan itu, Ayah dan Bunda datang seraya memberikan hadiah besarnya kepada Ameena.
Kaki gue perlahan mendekati Ameena dan ayah, tapi tepukan di bahu gue membuat gue mengurungkan niat.
"Ada yang pengen gue omongin." Adrian langsung merangkul gue. Tangan gue langsung menyingkirkan tangannya dari bahu gue.
"Apa?"
"Ini tentang Ameena, ayo kita duduk di sana." gue langsung menyetujui. Kaki gue langsung mengikuti kemana Adrian gila ini membawa gue. Ck! Kalau sampai apa yang di sampaikannya ini tidak penting, lihat saja apa yang akan gue lakukan.
Gue langsung duduk ketika melihat Adrian dengan santai duduk. Pria itu juga menyiapkan dua buah jus di atas meja.
"Apa?"
"Santai dong, minum dulu."
Brak!
Gue langsung menggebrak meja dengan kuat. Mata gue menatap Adrian yang terkekeh dengan tajam.
"Anj*ng!" gue langsung berdiri, ingin meninggalkan pria itu.
"Ameena sekarang dalam bahaya." kaki gue langsung terhenti. Gue kembali berbalik, meminta penjelasan pada Adrian.
"Jess, berusaha merayu Ameena." tangan gue langsung mengepal dengan kuat saat mendengar hal itu. Sudah gue duga, Jess pasti menyukai Ameena.
"Katakan secara rinci!" tangan gue langsung mengambil jus yang ada di atas meja dengan kasar, bahkan gue meminum jus itu tanpa menaruh curiga sedikitpun pada Adrian.
"Sayangnya gak sempat, karena sekarang lo berhasil masuk jebakan gue." kening gue mengernyit.
"Jus itu ada obat biusnya."
Setelahnya gue lupa apa yang terjadi, karena setelah bangun, gue dan Ameena tiba-tiba di atas tempat tidur yang sama. Apalagi Ameena tidak tertutup sehelai benangpun.
*****
"Tuan Reynand, saya mohon nikahkan Ameena dan Ariel."Mata gue langsung membola saat mendengar perkataan tersebut keluar dari mulut ibu panti Ameena.
"U--mi, aku dan Ariel tidak melakukan apapun." Ameena terisak di akhir kalimatnya.
"Pakai bajumu dengan benar!" Ayah melemparkan baju kaus putih dan celana selutut ke arah gue. Langsung saja gue memakainya dengan cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diam yang terluka
SpiritualMemangnya salah jika kita terlahir sebagai tunawicara? Memangnya salah kalau kita dibesarkan di panti asuhan? Pertanyaan itu selalu hadir di benak gadis yang berusia enam belas tahun itu. Ameena Az-Zahra namanya. gadis yang memiliki keistimewaan ya...