20. Merasa tersaingi

1K 89 92
                                    

DOUBLE UP NICH!

HAPPY READING!

JGN LUPA RAMEIN SETIAP PARAGRAFNYA😽

.
.
.

Dua minggu. Hari ini tepat dua Minggu Ameena tidak masuk sekolah. Kalian tau selama ini gue menjalankan hari-hari seperti apa? Jawabnya adalah seperti singa. Yah, semua teman kelas gue mengatakan hal itu.

Dan kalian tau? Seminggu yang lalu, Ayah terbang ke New York bersama Willy. Gue dan Bunda ditinggal. Dan tadi malam, Ayah sampai di rumah, katanya pulang bersama Ameena dan Om Rey. Malam itu gue ingin menyusul Ameena ke rumah Om Rey, tapi Ayah melarang dengan alasan Ameena harus istirahat yang cukup. Mungkin itu sebabnya gadis itu belum masuk.

"Kayanya si bisu mau berhenti gak sih dari sekolah ini?" samar-samar gue mendengar Tania bertanya pada Sella dan yang lainnya.

"Yaiyalah berhenti, malu mungkin." ucap Shirren seraya menyuap cemilan yang ada di tangannya.

"Kita tanya Ariel kuy! Siapa tau Ariel udah berhenti pms!"

Sella, Tania dan Shirren langsung menghampiri gue yang sibuk bersender di bahu Nazriel.

"Riel, kejadian di toilet sebenarnya kaya gimana?" berani juga mereka bertanya hal seperti ini.

"Iya! Ayo ceritain, apalagi gue ngeliat sendiri Adrian gendong Ameena. Si bisu gak ngegoda kalian berdua, kan?" tanya Sella yang kini menatap gue dengan binar berharap. Mungkin berharap agar gue menceritakan kejadian yang sebenarnya. Dan sudah pasti ia cemburu karena melihat Adrian menggendong Ameena.

"Ceritain Riel!"

"Apa pentingnya privasi gue buat kalian?" gue bertanya dengan menatap tajam ketiga gadis di depan gue.

"Satu hal yang perlu kalian tau, Ameena yang dulu dan Ameena yang sekarang, adalah satu orang yang berbeda."

Gue dapat melihat dengan jelas kerutan di kening Sella dan Tania. Berbeda dengan Shirren yang menatap gue dengan tajam, seolah-olah sedang melarang gue mengungkap identitas Ameena.

"Maksud lo apa, Riel?" tanya Sella.

Gue tersenyum miring menatap Shirren, "Ameena adalah anaknya--"

"Ariel! Kami mau tau kejadian di toilet, bukan asal usul gadis pembawa sial itu!" Shirren langsung membentak gue.

Gue tertawa melihat ekspresi Shireen. Sangat jelas sekali bahwa gadis itu merasa tersaingi oleh bidadari seperti Ameena. Padahal, mana bisa setan seperti dia bersaing dengan bidadari seperti Ameenanya gue.

Gue berdiri, diikuti oleh Nazriel. Kaki gue langsung melangkah keluar dari kelas. Saat melewati Shirren, gue berbisik tepat di telinganya,

"Gue sama Ameena ngelakuin itu."

*****


"Jess! Bajingan lo! Gue mau ketemu Ameena!" sekali lagi gue berteriak pada Jess yang masih setia berdiri di depan pintu kamar Ameena.

"Sekali lagi saya ulangi, Tuan muda Ariel yang terhormat, Nona sedang istirahat."

"Bangs*t! Gue cuman mau liat mukanya doang! Lo kaya gak pernah muda aja, Jess!"

"Apa maksud Anda, Tuan? Saya masih muda, usia saya baru 27 tahun."

"Makannya gue takut kalah cepat sama lo," gue bergumam. Dan rupanya, gumaman gue terdengar oleh Jess, Pria yang usianya sama dengan Willy itu langsung tertawa dengan keras.

"Itu artinya, Anda mengakui pesona saya tidak main-main. Saya juga tidak akan menolak jika dinikahkan dengan Nona muda, selain cantik, Nona sangat anggun dan sop--"

Diam yang terlukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang