19. LDR

1.1K 92 56
                                    

Assalamualaikum!

Happy reading!

.
.
.

Ariel POV

Satu kata untuk hari ini. Sial! Hari ini gue baru masuk sekolah setelah di skors selama dua hari. Dan kalian tau apa yang membuat suasana hati gue buruk? Gue dapat kabar dari Ayah tadi pagi, katanya Ameena sakit, dan dirawat di New York. Di kelas ini tidak ada yang tau Ameena di bawa ke New York, yang mereka tau Ameena hanya sakit, dan masih tinggal di panti. Mereka tidak tau saja kalau Ameena seorang putri yang akan menjadi ratu sekarang.

Gue menghela napas dengan berat. Bising yang ditimbulkan para bocah freak di kelas ini semakin menyulut amarah gue. Rasanya ingin sekali memukul setiap wajah orang yang sedang membuat keributan ini.

Brak!

"Anj*ng! Diam kalian semua!"

"Pms lo?" Aldo bertanya seraya terkekeh.

"Kenapa sih, Riel?" Shirren bertanya dengan jengah. Gue melirik Shirren sekilas, gue sudah hilang respect kepada Shirren. Setelah tau Ameena anaknya Om Rey, dia jadi menjauhi Ameena. Kalian tau kenapa? Karena dia tidak ingin perhatian Om Rey teralih kepada Ameena. Padahal dia hanya anak dari adik tante Karin yang gila, tapi dia bersikap seolah-olah putri dari Om Rey.

"Arghhh! Anj*ng lo semua!" gue langsung mengarahkan kaki menuju rooftop sekolah.

Setelah sampai di sana, gue mengeluarkan rokok dari saku celana gue. Nikmat. Gue terus menghisap nikotin yang ada di tangan gue.

"Ngapa lu?" Nazriel ternyata menyusul gue.

"Bagi!" Nazriel langsung mengambil rokok yang ada di depan gue.

"Gue gak bisa diam aja kaya gini!"

"Lo ngomong apa sih, Riel? Ada masalah sama Ayah lo?" gue langsung berdiri. Membuang puntung rokok ke sembarang arah.

"Jangan buang sembarangan woy! Ketahuan Bu Sani, mampus!" gue enggan menanggapi perkataan Nazriel.

Setelah mengeluarkan ponsel, gue langsung menghubungi Om Reynand. Gue yakin jika gue menghubungi gadis itu, dia tidak akan mengangkat. Satu kali, dua kali, bahkan kali kelima tetap tidak di jawab.

"Anj*ng!" gue langsung melemparkan ponsel yang ada di genggaman gue. Tidak peduli berapa harganya, kalau tidak bisa digunakan untuk bertukar pesan dengan seorang gadis, untuk apa? Tidak ada gunanya!

"Ya Tuhan Ariel! iPhone lo kenapa dibanting?" Nazriel bertanya dengan nada yang menurut gue sangat berlebihan. Gue masih bisa membeli sepuluh ponsel dengan merk yang sama seperti itu, bukan hanya sepuluh bahkan lebih.

"Lo habis putus? Perasaan lo gak punya pacar selama setahun ini."

"Diam lo anj*ng! Gue gak mau pacaran, maunya langsung nikah, biar bisa enak--"

Bugh!

"Otak mesum!" Nazriel menimpuk kepala gue menggunakan hoodie yang baru ia lepaskan.

"Sok alim lo! Padahal yang merawanin Sella lo!"

"Kalau ditawarin siapa yang nolak?" najis sekali berbicara dengan Nazriel ini. Mengatakan orang berotak mesum, padahal otak dia melebihi daripada mesum.

"Lo gak usah bikin mood gue tambah ancur! Pergi lo kalau gak mau babak belur!"

"Gue masih gak paham sama lo Riel, setelah di skors karena ketahuan mesum sama si bisu, lo malah kaya odgj yang suka marah-marah gak jelas."

"Gak usah banyak bacot kalau gak tau kebenarannya!" gue langsung mencengkram baju Nazriel dengan kuat.

"Oke, oke, santai. Semua orang juga udah tau lo habis mesum sama---"

Diam yang terlukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang