Assalamualaikum!
Tadi mau up pagi, tapi aku masih di sekolah, jadinya baru sekarang up-nya... Maaf ya.
Happy reading!
.
.
.Ameena POV
"Supaya kalian nikahin gue sama Ameena." mataku langsung membulat sempurna ketika mendengar perkataan Ariel barusan.
"Kamu ingin memberi makan putri Om dengan apa?"
"Harta Ayah tidak akan habis sampai tujuh turunan!" Ariel menjawab pertanyaan Tuan Reynand dengan cepat. Kepalaku rasanya berdenyut hebat ketika mendengar hal itu. Membayangkan menikah dengan Ariel membuatku ingin pergi menjauh dari mereka semua.
"Kamu pikir, Om akan mengizinkan orang seperti kamu memiliki putri Om?"
Ariel langsung diam. Aku bersyukur sekali, karena jika ia masih menjawab pertanyaan Tuan Reynand, pasti kepalaku kembali berdenyut dengan hebat.
"Bocah ingusan!"
"Semuanya sudah jelas Pak Ari! Pastikan Ariel dihukum karena kesaksian palsunya. Dan saya tidak ingin kembali dipanggil ke sini karena hal ini lagi. Apapun yang dikatakan putri saya adalah kebenaran, dan jika dia berkata seperti itu, kalian harus mempercayainya. Putri saya tidak pernah berbohong." Pak Reynand mulai berjalan mendekatiku. Tangannya langsung merangkul bahuku.
"Satu lagi, hari ini putri saya pulang cepat." Pak Reynand langsung menuntunku untuk berjalan.
"Kakimu kenapa, sayang?" aku memejamkan mataku dengan kuat saat pertanyaan itu keluar dari mulut Pak Reynand. Aku sudah menebak pasti beliau akan mengeluarkan pertanyaan seperti ini.
"Kepeleset di toilet" bukan aku yang menjawab, mana bisa aku berbicara. Yang mewakiliku adalah Ariel.
"Apa? Kamu tidak papa? Bagian mana lagi yang sakit?"
"Daddy terlalu berlebihan! Dia tidak terjatuh di toilet, dia habis melayani Ariel!"
"Tutup mulutmu Adrian! Sekali lagi kamu menghina adikmu, semua fasilitasmu akan Daddy sita!" Pak Reynand ingin menggendongku, dengan cepat aku menggeleng.
"Ada apa?"
"Aku akan pulang, tapi ke panti. Nanti aku akan pulang ke rumah."
"Tuan, Nona bilang ingin mampir ke panti." Pak Jess langsung menerjemahkan perkataanku.
"Sayang, kaki mu sedang sakit, lebih baik kita pulang ke rumah Daddy dulu. Jika kamu tidak menurut, Daddy akan menghancurkan panti itu!" aku menghela napas dengan kasar. Aku hanya ingin menenangkan pikiranku dengan cara bermain bersama anak-anak panti, bercanda bersama Umi dan saling bertukar cerita dengan Kak Arsyi.
"Ikut pulang, ada yang ingin Daddy berikan."
*****
"Bukalah!"
Aku menghela napas lalu mulai membuka sebuah amplop berwarna cokelat yang sudah ada di tanganku. Mataku langsung mengerjap ketika membaca isinya. Sebuah formulir pendaftaran pemasangan implan koklea atau rumah siput.
Mataku tanpa bisa kucegah langsung berkaca-kaca. Aku langsung mengangkat kepalaku, menatap Pak Reynand yang kini tersenyum menatapku.
"Sore ini kita terbang ke New York." mataku yang tadi berkaca-kaca langsung membulat dengan sempurna.
"Semua kebutuhan kamu sudah disediakan, sayang. Kamu tidak perlu khawatir. Kita langsung terima bersih." kenapa semuanya terlihat sangat mudah untuk Pak Reynand? Sekarang aku percaya, uang memang bisa membuat seseorang berkuasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diam yang terluka
SpiritualMemangnya salah jika kita terlahir sebagai tunawicara? Memangnya salah kalau kita dibesarkan di panti asuhan? Pertanyaan itu selalu hadir di benak gadis yang berusia enam belas tahun itu. Ameena Az-Zahra namanya. gadis yang memiliki keistimewaan ya...