Assalamualaikum!
Maaf bgt baru up, mungkin yg ngikutin Ig aku tau penyebab aku gak up kenapa.
Happy reading!
.
.
.
Hari ini adalah hari pertama ujian akhir. Aku mengucap bassmallah lalu mulai memasuki area sekolah. Tatapan semua orang langsung tertuju kepada ku. Aku tahu, pasti kejadian di toilet tempo hari yang membuat mereka memperhatikanku sebegitunya.
Aku langsung memasuki kelas dengan tangan yang memegang erat tali tasku. Semua mata langsung tertuju padaku. Aku langsung duduk dengan nyaman di kursiku.
"Gue kira lo udah ngundurin diri." Shirren tiba-tiba duduk di sampingku. Aku langsung mengulas senyum kepada Shirren.
"Masih punya muka juga lo!" Sella dan Tania juga mendekati kursiku. Bahkan kini aku sudah dikelilingi oleh teman-teman sekelasku. Aku hanya tersenyum menanggapi.
"Cih! Gue makin yakin lo jadi simpanannya Om Rey!" sanggah Sella. Entah bagaimana ceritanya dia bisa berpikir bahwa aku memiliki hubungan seperti itu dengan Ayahku sendiri.
"Udah pasti sih!" aku menatap Shirren tak percaya. Dia sudah tau kebenaran tentang diriku, tapi dia berbicara seolah-oleh mengiyakan tuduhan Sella.
"Apalagi waktu itu Ariel bilang kalau dia sama Ameena emang udah ngelakuin hal itu di toilet. Kalian semua bayangin aja, sampai berbuat mesum kaya gitu, tapi gak dikeluarin. Pasti ada orang dalem, kan?" Tania yang sedang dirangkul oleh Aldo langsung menyudutkan aku.
Aku menghela napas dengan kasar. Baru saja aku hendak berdiri, Sella langsung menggenggam pergelangan tanganku dengan erat. Rasanya sangat sakit.
"Kalau udah goda Ariel, setidaknya lo jangan goda Adrian juga, b*tch!"
Aku menggeleng dengan kuat. Hampir saja aku mengeluarkan suaraku, aku tidak ingin mengeluarkan suaraku dihadapan mereka. Membuang tenaga.
"Berapa yang lo mau? Gue bakalan kasih, asal lo jauhin pacar gue!" Sella melemparkan uang berwarna merah sebanyak lima lembar tepat dimuka ku.
"Lo butuh uang, kan?"
"Gue tau banget j*lang kaya lo cuman butuh uang!"
Gelak tawa langsung memenuhi seisi kelas. Mereka semua mengelilingiku lalu melempari aku dengan kertas yang sudah digumpal. Aku langsung menunduk menutupi kepalaku dari sakitnya lemparan kertas tersebut.
"J*lang!"
"J*lang!"
"Anak haram!"
"Pembawa sial!"
"Penggoda!"
Aku menutupi telingaku dengan kedua tanganku saat mendengar kata seperti itu keluar dari mulut teman-teman sekelasku. Sangat sakit sekali saat mendengar mereka menyebutku j*lang. Apa mereka tidak memiliki hati nurani?
Kenapa mereka memperlakukan aku seperti ini? Apa mereka semua sudah kehilangan rasa kemanusiaannya? Kadang aku berpikir, kenapa mereka sangat suka memperlakukan diriku seperti ini? Apa aku merugikan mereka? Aku rasa tidak. Apa aku menyusahkan mereka? Aku rasa juga tidak.
"B*ngsat!" setelah umpatan itu terdengar dengan nyaring, seluruh tawa dan umpatan langsung terhenti, bahkan lemparan kertas sudah tidak terasa di kepalaku.
"Kalian apain calon istri gue?" mataku langsung terpejam dengan kuat saat Ariel berkata seperti itu. Dia bahkan hendak membantu aku untuk bangun. Aku langsung menjauhinya, aku bisa berdiri sendiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
Diam yang terluka
SpiritualitéMemangnya salah jika kita terlahir sebagai tunawicara? Memangnya salah kalau kita dibesarkan di panti asuhan? Pertanyaan itu selalu hadir di benak gadis yang berusia enam belas tahun itu. Ameena Az-Zahra namanya. gadis yang memiliki keistimewaan ya...