Assalamualaikum!
Tandain typo dan
Happy reading!
.
.
.Rasanya sangat senang sekali ketika waktuku di sekolah sudah selesai. Aku sangat senang ketika tidak akan mendengarkan hinaan mereka lagi. Senyumku tidak dapat ditahan, aku sangat ingin langsung masuk ke dalam pelukan Umi yang sangat membuatku nyaman.
Mataku langsung mengerjap ketika melihat seorang Bapak dengan pakaian formal ingin menyeberang. Dapatku lihat lima orang pria berbadan kekar tengah melihat sekeliling. Entah apa pangkat bapak itu sampai-sampai harus di jaga seperti itu. Apa beliau seorang presiden? Aku rasa bukan.
Aku mengedikkan bahuku, lebih baik aku cepat-cepat pulang saja. Setelah berjalan selama dua puluh menit lebih, aku akhirnya sampai di panti. Kakiku langsung berlari-lari kecil masuk ke dalam, sesekali aku mengusap kepala para anak-anak yang sedang bermain, membuat mereka tersenyum senang.
Aku langsung ke dapur, melihat Umi dan beberapa anak yang sedang menyiapkan makan siang untuk anak-anak. Aku mengendap-endap, berharap Umi tidak menyadari kedatanganku.
Tanganku langsung memeluk Umi dari belakang, dapatku rasakan Umi awalnya kaget, tapi Umi langsung mengelus tanganku yang melingkar di perutnya.
"Putri Umi sudah datang ternyata." aku tersenyum lembut.
Ohya, kalian tau tidak? Anak-anak di panti ini berpikir bahwa aku adalah anak kandung Umi, karena melihat Umi begitu menyayangiku. Dan aku juga tidak akan menampik hal itu, karena aku senang saat dianggap sebagai putri Umi.
Umi berbalik, kini aku langsung mencium punggung tangan dan telapak tangan Umi, lalu beralih ke kedua pipi Umi.
"Sekarang Ameena ganti baju, kita makan bareng anak-anak." aku langsung mengangguk dengan semangat.
Kakiku langsung berjalan menuju kamarku. Setelah mengganti pakaianku, aku langsung mendatangi Umi. Tapi, saat aku ke tempat makan, Umi dan Kak Arsyi tidak ada, yang ada hanya anak-anak yang kini sudah duduk dengan rapi.
Aku langsung berjalan keluar, mencari Umi. Anak-anak pasti sudah lapar, kasian mereka jika harus menunggu terlalu lama.
"Harusnya Anda tidak ke sini, Tuan. Istri Anda bisa mengamuk lagi."
"Bagaimana mungkin saya tidak datang lagi ke sini, sedangkan data putri saya saja tidak diberikan? Kalian hanya memberikan data anak panti di sini, bukan data putri saya." aku mengerutkan alisku, sepertinya itu Bapak yang tadi kulihat di jalanan.
"Putri Anda tidak ada di sini!" Umi berucap dengan tegas. Aku langsung mendekati Umi, malaikatku itu terlihat sedang menahan amarah. Aku mengusap lengan Umi, berharap amarahnya mereda. Dapat ku lihat raut terkejut dari Umi dan Kak Arsyi. Entah mengapa, saat ada tamu dan aku menampakkan diri, mereka selalu terkejut. Padahal, sebelum-sebelumnya tidak.
Aku mengerjap, melepaskan tanganku dari lengan Umi. Tanganku terangkat ingin mengatakan sesuatu.
"Ada apa Umi?"
"A-meena, ke-napa kamu ke sini?" aku cukup bingung ketika Kak Arsyi berbicara gagap denganku.
Belum sempat aku menjawab, gumaman bapak yang berpenampilan formal itu terdengar di telingaku.
"Dia anaknya,"
Aku langsung mengalihkan tatapanku pada orang tersebut. Aku langsung kaget ketika para bodyguardnya menghalangi Umi dan Kak Arsyi.
"Ameena, lari sayang!" bagaimana bisa aku lari ketika mereka di tangkap oleh bodyguard bapak ini?
"Ameena, lari!" Kak Arsyi meneriakiku.
![](https://img.wattpad.com/cover/337518470-288-k444526.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Diam yang terluka
SpiritualitéMemangnya salah jika kita terlahir sebagai tunawicara? Memangnya salah kalau kita dibesarkan di panti asuhan? Pertanyaan itu selalu hadir di benak gadis yang berusia enam belas tahun itu. Ameena Az-Zahra namanya. gadis yang memiliki keistimewaan ya...