Assalamualaikum!
Happy reading!
.
.
.Ariel POV
"Ariel!" gue langsung berbalik, melempar kesembarang arah bola basket yang gue pegang. Mata gue langsung menajam saat melihat Leo, musuh gue yang menyebalkan itu tersenyum miring.
"Jabatan lo sebagai kapten basket bukannya udah tersingkir?" gue mengernyit. Memangnya kapan jabatan gue tergelincir?
"Maksud lo?"
Dia malah terkekeh, "Semua anggota basket lo udah milih gue sebagai ketuanya." Gue langsung menatap semua anggota gue. Melihat mereka yang menunduk, gue yakin perkataan Leo bukan kebohongan.
Gue menatap Nazriel yang juga menatap dengan bingung. Mungkin dia juga gak tau hal ini. Karena selama ini, dia selalu setia dengan gue.
"Maksud lo apa anj*ng!?" gue langsung menarik baju Leo. Pria itu malah tertawa.
"Kalau udah kegeser, gak usah emosi!"
"Bangs*t!"
Bugh!
Leo tersungkur, Nazriel langsung memisahkan gue dan Leo. Teman-teman Leo bahkan berhambur mengerumuni Leo.
"Serang dia!"
Perkelahian sudah tidak terelakkan. Nazriel yang awalnya memisahkan gue agar tidak terjadi kekerasan terpaksa harus ikut berkelahi. 10 vs 2, benar-benar tidak seimbang.
Bibir gue sedikit sobek saat menghalangi serangan yang akan di layangakan teman Leo kepada Nazriel. Dia ingin menyerang Nazriel dari belakang. Tapi gue langsung menghalangi.
Lapangan basket langsung ricuh. Banyak orang yang merekam kejadian ini. Mereka semua bergerumul melihat pertarungan dadakan ini.
"Berhenti!" Coach Sandy datang.
Kami berhasil dipisahkan. Coach Sandy memukul-mukul wajah ku dan Leo secara bergantian.
"Apa yang kalian lakukan?!"
"Maaf coach...." gue berdecih mendengar kata maaf dari bibir Leo. Dia yang duluan memancing emosi gue, lalu bersikap seakan-akan paling tersakiti. Dasar playing victim!
"Apa yang terjadi?!"
"Ariel tidak terima posisinya di turunkan!" bukan gue yang menjawab. Melainkan para anggota tim basket gue. Entah apa yang dilakukan Leo sehingga mereka bisa berbalik arah kepada pria itu. Padahal, waktu itu mereka sendiri yang memilih gue sebagai kapten, dan sekarang mereka juga yang menurunkan jabatan gue. Padahal jabatan gue harusnya turun empat bulan lagi.
"Ariel! Ini sudah menjadi keputusan bersama! Kamu juga akhir-akhir ini jarang ikut latihan, Leo yang selalu ikut. Harusnya kamu sadar diri!" gue mengepalkan tangan dengan kuat. Berani sekali mereka mempermalukan gue di depan khalayak ramai seperti ini.
"Its, okay! Lagipula basket gak penting buat gue!" gue langsung pergi meninggalkan mereka semua. Nazriel juga mengikuti gue dari belakang.
Marah? Sudah pasti. Siapa yang tidak marah saat anggota tim sendiri berkhianat? Mereka dulu memilih gue karena Leo bermain selalu kasar. Dan sekarang apa? Pria yang selalu melakukan kecurangan dan bermain kasar itu malah di angkat menjadi kapten. Bukannya itu terdengar sangat tidak logis?
"Riel! Lo mau kemana?" gue berbalik, menghadap Nazriel sebentar.
"Gue jemput Ameena dulu di kelasnya!"
"Obatin luka lo dulu!"
"Obat gue cuman Ameena!"
Dan karena kejadian tadi lah gue tiba-tiba melampiaskan amarah gue kapada Ameena. Awalnya gue sudah bisa menguasai amarah gue, tapi karena mendengar Ameena ingin pulang sendiri amarah gue kembali meledak. Gue rela tidak mengobati luka agar bisa tepat waktu menjemputnya, tapi dia malah seperti itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/337518470-288-k444526.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Diam yang terluka
SpirituellesMemangnya salah jika kita terlahir sebagai tunawicara? Memangnya salah kalau kita dibesarkan di panti asuhan? Pertanyaan itu selalu hadir di benak gadis yang berusia enam belas tahun itu. Ameena Az-Zahra namanya. gadis yang memiliki keistimewaan ya...