Assalamualaikum!
Maaf baru up, ini jg cuman pendek soalnya aku benar² nyari waktu luang bgt buat kembali nyalurin hobiku.
Happy reading!
.
.
.Ameena pov
"Daddy, apa yang Daddy lakukan?" mataku langsung membulat sempurna ketika melihat Daddy memasukan seluruh bajuku ke dalam koper. Tidak ada yang berani menghentikan Daddy. Ariel bahkan hanya menatap Daddy dengan tajam.
Setelah mengetahui bahwa aku dan Ariel telah melakukan ibadah itu, Daddy jadi mengamuk. Daddy ingin kembali membawaku tinggal bersama dengannya.
"Rey, Ameena sekarang putri kami. Dia istri Ariel, kamu sudah tidak ada ha--"
"Tutup mulut mu Alisa! Saya tidak akan membiarkan masa depan putri saya hancur gara-gara putramu!" Daddy langsung memotong perkataan bunda.
"Daddy, walaupun Daddy bersikeras, aku akan tetap memilih bersama Ariel." aku langsung menggenggam tangan Ariel.
"Ameena! Kamu lebih memilih Ariel daripada Daddy?" Aku menghela napas dengan kasar. Apa Daddy tidak tahu bahwa sekarang ini tanggung jawabnya sudah berpindah kepada Ariel? Daddy tidak berhak memisahkan aku dan Ariel. Apalagi hanya karena aku dan Ariel melakukan ibadah suami istri. Itu terdengar sangat tidak masuk akal. Kami hanya saling memberikan nafkah, dan Daddy malah menganggap kami melakukan kesalahan besar.
"Daddy, Ariel suami ku. Aku memang sudah menjadi tanggung jawab Ariel." aku berusaha menjelaskan kepada Daddy. Tapi, bukannya mengerti, Daddy malah mengamuk.
Semua yang ada di kamar kami langsung di hempaskan. Bunda sampai memegang pundakku dengan erat.
"Om! Gak usah gila bisa nggak?! Om egois kalo mau misahin gue sama Ameena. Sedangkan Ameena aja gak mau pisah dari gue! Bajingan!" bukannya berhenti, Daddy menarik baju Ariel dengan kasar. Mata ku langsung membola melihatnya.
"Kamu bajingan Ariel! Saya tidak mungkin menyerahkan putri saya untuk pria seperti kamu! Pria yang tidak tau tata krama!"
Bugh!
"Daddy!" aku langsung mendorong Daddy. Memisahkannya dari Ariel. Mata Daddy yang tadinya tajam, langsung menatapku dengan sendu.
"Bahkan kamu sampai sekasar ini karena sering bergaul dengan Ariel, sayang." Huh! Astaghfirullah ya Allah. Aku beristighfar, aku benar-benar tidak sengaja mendorong Daddy.
"Dad,"
"Jess! Ayo kita pulang." aku langsung mengerjapkan mataku mendengar Daddy berbicara dengan nada yang rendah.
"Daddy, ak--"
"Cukup Ameena! Kalau kamu memang menganggap Daddy ayahmu, kamu tidak akan menolak permintaan Daddy untuk berpisah dari Ariel!"
*****
"Sayang, ayo makan dulu." Aku menatap Ariel dengan sendu. Permintaan Daddy tadi benar-benar langsung terngiang di kepalaku. Aku benar-benar tidak mengerti kenapa Daddy menyuruh ku dan Ariel berpisah.
"Jangan terlalu dipikirkan. Om Reynand cuman gak terima aja kalau aku jadi menantunya." Aku memejamkan mata saat Ariel mengelus pipiku.
"Ariel, aku takut Daddy akan berbuat nekat. Daddy akan melakukan apapun untuk mencapai tujuannya. Contohnya, saat aku tidak mau tinggal bersama dengan Daddy, dia malah ingin menghancurkan panti." Ariel duduk di sampingku. Tangannya langsung menarik pinggang ku dengan lembut. Aku langsung melingkarkan tanganku di lehernya, menenggelamkan wajahku di ceruk lehernya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diam yang terluka
SpiritualMemangnya salah jika kita terlahir sebagai tunawicara? Memangnya salah kalau kita dibesarkan di panti asuhan? Pertanyaan itu selalu hadir di benak gadis yang berusia enam belas tahun itu. Ameena Az-Zahra namanya. gadis yang memiliki keistimewaan ya...