Assalamualaikum!
Happy reading!
.
.
.Ariel POV
Gue melirik jam yang ada di atas nakas. Jam setengah satu. Gue terbangun karena tangan gue rasanya sangat kebas. Mata gue menatap Ameena yang tertidur dengan lelap. Tangan gadis itu melingkar di pinggang gue, pipinya chubby banget ini mah. Gemesin banget istri gue. Gak kuat!
Arghhh! Hampir lupa, dia mengungkapkan cintanya sebelum tidur tadi malam. Gawat, jantung gue tiba-tiba berdegup sangat kencang sekarang. Gue perlahan menarik tangan gue yang masih menjadi bantal untuk Ameena. Gadis itu menggeliat sebentar, lalu kembali mencari posisi nyamannya.
Gue meneguk ludah gue dengan kasar. Bagaimana tidak, bedcover yang kami gunakan tadi malam sudah jatuh ke bawah. Paha mulus Ameena terekspos dengan sangat jelas. Tangan gue terangkat meraba paha mulus tersebut. Lembut banget ini mah. Bisa bahaya ini kalau di lanjutkan.
Gue langsung mengambil bedcover yang terjatuh, memasangkannya di badan Ameena. Gue kembali merebahkan diri di samping gadis cantik ini. Bukannya tidur, mata gue malah semakin segar saat menatap wajah teduh itu. Tangan gue langsung mengelus pipi gembul itu. Lembut banget woy!
Wajah gue perlahan mendekat ke wajah Ameena. Gue mencium pipi itu dengan gemas. Kenapa pipi Ameena memiliki tekstur seperti pipi bayi? Gadis ini menggemaskan sekali. Ciuman gue turun ke hidung mungil gadis ini, gue mengecupnya berkali-kali.
"Nghhh...." gue mendengar lenguhan itu, bukannya berhenti, gue malah beralih mengecup benda kenyal itu. Berkali- kali gue mengecupnya. Rasanya sangat candu.
"Ariel ...." gue hanya bergumam menjawab panggilan lirih itu. Gue menghentikan kegiatan gue menciumi Ameena.
"Kamu sedang apa?" Ameena bertanya setelah berhasil membuka matanya.
"Tidur lagi, masih jam setengah satu." gue berbisik di telinga gadis yang sudah resmi menjadi istri gue ini.
"Kenapa kamu bangun?" Ameena mengerjap. Tangan gadis itu memegang pipi gue dengan lembut. Sekarang kami saling berhadapan, gue menyangga kepala gue dengan satu tangan.
"Gue pengen liatin bidadari tidur."
"Di mana?" gadis ini malah bertanya. Ameena memang sering tidak peka, tapi tetap saja membuat gue semakin cinta.
"Ini gue lagi ngomong sama bidadarinya." Ameena diam. Gue tersenyum melihat wajahnya yang kini nampak berpikir. Imut sekali.
"Ariel,"
"Iya?"
"Bidadarinya aku?" pertanyaan dari Ameena membuat gue tertawa. Wajah polosnya itu benar-benar menggemaskan. Lucu sekali kan istri gue ini?
"Iyalah, siapa lagi."
"Ariel, jangan seperti itu, aku malu." Ameena menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Sekali lagi gue katakan, Ameena menggemaskan sekali.
"Hei, jangan ditutup mukanya. Gue pengen liat bidadari lagi salting." bukannya mengalihkan tangannya dari wajah, gadis itu malah semakin menutup wajahnya. Gue sudah tidak bisa lagi menahan tawa. Ameena benar-benar membuat gue gila.
"Ariel," dia mulai menurunkan tangannya dari wajahnya. Matanya mengerjap menatap gue.
"Ayo ibadah!" tunggu! Apa Ameena mengajak gue melakukan ibadah suami istri itu? Gue kira dia sudah lupa dengan ajakan gue tadi malam. Kali ini gue gak akan nolak. Kesempatan tidak akan datang dua kali.
"Gaskeun!"
"Aku siapkan baju kamu dulu, kamu wudhu duluan." Tunggu! Kenapa harus menyiapkan baju segala? Bukannya ujung-ujungnya tidak akan memakai baju?

KAMU SEDANG MEMBACA
Diam yang terluka
SpiritualMemangnya salah jika kita terlahir sebagai tunawicara? Memangnya salah kalau kita dibesarkan di panti asuhan? Pertanyaan itu selalu hadir di benak gadis yang berusia enam belas tahun itu. Ameena Az-Zahra namanya. gadis yang memiliki keistimewaan ya...