38. Maaf dari Adrian

1K 76 92
                                    

Assalamualaikum!

Maaf baru up, tugas kuliahku benar-benar bikin puyeng🤣 ini aja belum selesai aku ngerjainnya. Langsung aku bawa healing ngetik. Ternyata healingku ngehalu :)

Happy reading!

.
.
.

"Ariel! Ingin kemana kamu?"

Gue langsung berbalik, mendapati ayah yang kini bersedekap dada memandang ke arah gue. Padahal tadi gue rasa semua orang gak ada, ini kenapa si tua bangka yang satu ini tiba-tiba ada di belakang gue?

"Ada urusan bentar."

"Ingin menghajar si Bintang?" Bintang adalah pria laknat yang membuat Ameena terluka. Dia Kakak dari Sella.

"Ngapain ke penjara? Gak guna." pria itu memang sudah dimasukan ke dalam penjara. Ayahnya juga gak mau menolongnya, kata ayah, ayahnya si Bintang marah karena gara-gara perilaku Bintang, dia kehilangan rekan bisnis yang sangat berpengaruh untuk keuntungan bisnisnya. Bagaimana tidak, ayah dan Om Reynand memang sering memberikan keuntungan yang besar bagi perusahaan yang bekerja sama dengannya. Dan, karena masalah ini, ayah si Bintang jadi kehilangan kesempatan itu.

"Siapa tau kamu ingin melakukan hal di luar nalar lainnya." what? Hal diluar nalar seperti apa maksud ayah? Selama ini gue rasa perbuatan gue normal-normal aja.

"Gak usah ngaco!"

Baru aja gue ingin naik ke atas motor, ayah memegang pundak gue.

"Kenapa sih?" gue bertanya dengan kesal. Gue ingin membelikan Ameena sate kambing, katanya dia ingin. Jangan berpikir yang tidak-tidak, Ameena gak ngidam. Dia memang suka sate kambing.

"Ayah dengar dari bunda, kamu dan Ameena sudah membuatkan kami cucu." perkataan macam apa itu? Bunda sudah salah paham, mana mungkin gue membuat Ameena hamil di usianya yang masih tujuh belas tahun.

"Lo minum miras berapa botol?" ayah terkekeh.

"Rupanya saat di depan istrimu saja kamu berbicara sopan pada ayah. Bagaimana kalau ayah memberitahu istri tercintamu tentang hal ini, hm?" menyebalkan sekali pria satu ini. Dia sebelas dua belas seperti Om Reynand.

"Omong kosong!" mata gue langsung menajam saat melihat mobil Om Reynand memasuki area rumah gue. Bukannya sudah gue bilang agar tidak membukakan pintu gerbang untuk Om Reynand? Lalu kenapa para bodyguard di sana malah membiarkannya?

"Jangan menyalahkan para bodyguard, ayah yang menyuruh mereka. Bagaimanapun juga, Reynand tetap ayah Ameena." gue mengepalkan tangan mendengarnya. Kaki gue langsung melangkah mendekati mobil yang baru saja terpakir tersebut. Napasnya seketika langsung memburu saat melihat Adrian juga ikut turun dari mobil yang sama.

"Lo!"

"Ariel!" Ayah malah menangkap gue yang ingin memukul Adrian.

Bugh!

Ayah mendorong gue sehingga terjungkal. Mata gue langsung menatapnya dengan tajam. Apa maksudnya mendorong putranya seperti itu? Hampir saja kepala gue terbentur batu.

"Kendalikan emosi kamu! Mereka keluarga Ameena, sudah seharusnya mereka menemui Ameena!" gue langsung berdiri, menyingkap lengan baju gue sampai sebatas siku.

"Mereka ini tidak layak disebut sebagian keluarga!" gue mendengar Om Reynand berdecih.

"Gibran! Urus brandal itu! Setelah memukulku, dia malah bersikap seolah-olah dirinya yang paling baik." Om Reynand langsung masuk ke dalam rumah. Gue langsung berlari mengikutinya, tidak mungkin gue membiarkan dia menemui Ameena tanpa adanya gue.

Diam yang terlukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang