Naura, gadis berhijab abu-abu itu baru saja pulang setelah Isya' setelah menghabiskan hari sabtunya yang seharusnya hari libur untuk lembur di ruang guru SMAN 1.
Rasanya semua punggungnya pegal dan merindukan tempat tidurnya. Ingin mengeluh pun tak bisa, karena itu tanggung jawabnya.
"Pekerjaanmu yang melelahkan adalah impian kebanyakan orang di luar sana. Perbanyak bersyukur dan kurangi mengeluh," batinnya.
Beberapa kali dia menghela napas di balik kaca helmnya sambil tetap fokus mengendarai motor maticnya.
Begitu berhenti di lampu merah, tiba-tiba dia merasa sedikit oleng saat seseorang mendadak naik ke kursi di belakangnya tanpa permisi.
Hap
Secepat kilat dia menoleh ke belakang dan mendapati seorang pria dengan topi hitam yang menutupi sedikit wajahnya.
"A-apa-apaan ini?"
"Mbak? Mbak? Mbak? Tolong anterin ke rumah sakit terdekat! Tolong Mbak. Kaki saya sakit banget, Mbak. Please anterin ke rumah sakit!" pinta pria itu terburu-buru.
Naura masih kebingungan. Hendak menyuruh pria itu turun lantaran waspada, tapi lampu hijau membuatnya menjadi korban klakson dari beberapa kendaraan di belakangnya.
Terpaksa dia membawa pria itu sesuai permintaannya menuju rumah sakit terdekat, tapi anehnya tak berselang lama, motornya sudah dibuntuti oleh tiga motor lainnya dengan pengendara pria berkaos serba hitam. Dia semakin kebingungan dan mendadak khawatir.
"BERHENTI!!" teriak orang-orang yang membuntutinya itu.
Deg
Jantungnya mulai berdegup kencang dan memikirkan kemungkinan terburuk.
Begitu berada di sebuah belokan, salah satu motor yang membuntutinya langsung menghadang di depannya.
SREEEETTTT
Naura rem mendadak dan turun dari motornya.
"ANGKAT TANGAN!!"
Sebuah pistol sudah diarahkan ke arahnya dari jarak beberapa meter.
Tis
Keringat di dahinya langsung menetes sebelum perlahan dia mengangkat kedua tangan di atas kepala.
Malam itu juga, dia berakhir di kantor polisi.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuan Polisi VS Ibu Guru (TAMAT)
Spiritual#Karya 13 📚PART LENGKAP Naura tak akan lupa bagaimana Polisi muda itu menginterogasi dan menahannya tanpa permisi. Setelah tahu kesalahannya, pria berpangkat Inspektur Polisi Satu (Iptu) itu tak meminta maaf padanya yang membuat Naura semakin muak...