BREAKING NEWS Oknum Polisi Tertangkap Selingkuh dengan Istri Rekan Sendiri
Ekspresi Ikhsan mendadak kecut ketika mendapatkan notifikasi dari aplikasi baca berita di ponselnya. Lebih miris lagi ketika membaca tanggapan warganet di kolom komentar dari berita itu.
"Istri rekan kerja pun diembat, apalagi warga. Isilop memang beda."
"Mereka sangat berdedikasi dengan tugas, sangat mengayomi masyarakat, sangat humanis, dan melayani semua orang tanpa memandang status atau kasus yang viral dulu baru ditangani. Itulah polisi di negara selain +62."
"Peringatan buat cewek-cewek pemuja kaum halo dek."
"Harusnya polisi ini dibubarkan aja. Sangat meresahkan dan suka membuat kasus padahal mereka yang menangani kasus."
Kesalahan pribadi dari oknum, tapi mencoreng kehormatan profesi. Kadang dia ingin berkomentar untuk membela profesinya, tapi pasti akan diserang dengan lebih banyak komentar yang kontra dengannya. Lebih membuang waktu. Lebih baik diam, pikirnya.
Dia pun miris dengan kelakuan beberapa oknum polisi yang mencoreng nama institusi, alhasil pada beberapa keadaan membuatnya pun ikut direndahkan oleh beberapa pihak lantaran dianggap sama saja.
Semua perjuangan mereka yang mengancam nyawa, memotong jadwal kebersamaan dengan keluarga, menghabiskan waktu dan tenaga tak dihitung sama sekali. Sirna. Tak dipercaya karena kelakuan beberapa orang di antara mereka.
Jarang ada yang tahu bahwa menurut lembaga jajak pendapat dunia sekelas Gallup dalam laporan bertajuk "Global Law and Order 2022" menempatkan Polri sebagai peringkat kelima polisi terbaik di dunia dari 122 negara.
Sayang sekali karena yang viral selalu bukan prestasi mereka.
"Memang susah kalau mainnya menyamaratakan," batinnya. Satu orang yang membuat kasus, satu institusi dipandang sama saja.
***
"Baca dengan baik, pahami, tanyakan pada guru apabila ada yang belum dimengerti, kemudian kerjakan semuanya dan selesaikan sebelum pekan depan." Naura menaruh setumpuk kertas di depan Ilham. Tugas selama tiga bulan.
Ilham sampai sulit menghirup oksigen di ruang guru itu. "Bu ...." Dia memasang ekspresi memelas, tapi Naura tetap menggeleng. Jelas saja, Naura sudah bernegosiasi pada banyak guru agar Ilham tak dikeluarkan dari sekolah. Dia pun tak tega Ilham harus menyelesaikan tugas selama 3 bulan yang ditinggalkannya, tapi itu sudah menjadi keputusan bersama dengan alasan keadilan bagi semua siswa.
"Ilham? Saat kamu melakukan kesalahan itu, kamu dalam keadaan sadar dan tahu konsekuensi dari apa yang kamu lakukan. Jadi kalau kamu berani berbuat, maka kamu harus siap bertanggungjawab.
"Dan, tidak menggunakan joki tugas. Tidak boleh. Itu sudah aturan. Lagipula apa untungnya kamu membayar uang sekolah kalau yang mendapatkan ilmu dan pintar adalah joki tugas. Kamu yang berbuat, kamu yang mengatasinya. Bukan orang lain."
Ilham sedikit menunduk lemas. Rasanya dia tak sanggup harus mengerjakan tugas sebanyak itu.
Tiba-tiba Naura mengeluarkan sebuah penggaris besi dari laci mejanya.
"Berapa tinggimu?"
"175 cm, Bu."
Ilham terkejut saat Naura mengukur tinggi tumpukan tugasnya dengan penggaris besi sebelum membentuk tinggi tumpukan kertas itu dengan jarinya. "Hanya 3 cm, Ilham. Kamu 175 cm. Kamu lebih besar dan tinggi dari tugasmu. Masa tidak bisa menangani 3 cm? Kecuali kalau tinggi tugasmu seperti Gunung Semeru. Wajar kamu mengeluh. Lebih dari itu, Allah Subhanahu wa Ta'ala lebih besar lagi daripada Gunung Semeru, kamu dan tugasmu. Jadi minta tolong pada-Nya sebelum berusaha. Paham, Nak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuan Polisi VS Ibu Guru (TAMAT)
Spirituale#Karya 13 📚PART LENGKAP Naura tak akan lupa bagaimana Polisi muda itu menginterogasi dan menahannya tanpa permisi. Setelah tahu kesalahannya, pria berpangkat Inspektur Polisi Satu (Iptu) itu tak meminta maaf padanya yang membuat Naura semakin muak...