Ikhsan sudah menyiapkan biodatanya dengan baik dan jujur untuk menyampaikan maksudnya malam itu. Ya, taaruf. Semuanya ditulis sangat apa adanya tanpa dilebih-lebihkan sama sekali. Bisa dibilang, dia sudah siap dengan kemungkinan terburuk, yaitu ditolak dan patah hati di rumah NX Respati.
Namun, rencana bertamu malam itu tinggal rencana. Karena nyatanya NX Respati jatuh sakit tepat pada malam yang mereka tentukan itu.
Firman meneleponnya bahwa NX Respati telah dibawa menggunakan ambulans. Sontak Ikhsan tidak memikirkan apa pun lagi selain menyusul ke rumah sakit. Pertama kalinya dia merasa sangat khawatir.
Saat dirinya tiba di rumah sakit, wajah Naura dan beberapa pengikut NX Respati terlihat tegang.
Naura berusaha kuat dan tak menangis malam itu. Dia masih menguatkan dirinya dengan berpikir, bahwa ayahnya hanya sakit biasa. Karena sebelumnya memang ayahnya baik-baik saja. Tiba-tiba saat mereka tengah makan malam, NX Respati pucat dan mengeluh dadanya serasa ditekan oleh benda berat.
Sesaat setelah diperiksa oleh dokter, pria paruh baya itu tak tahan untuk muntah berkali-kali dan buang air besar di atas ranjang rumah sakit.
"Biar saya yang urus." Ikhsan dengan gesit membeli tisu basah sebelum membantu Naura membersihkan kotoran NX Respati tanpa jijik sama sekali.
"Kami harus mengambil tindakan operasi malam ini juga," ucap seorang pria paruh baya yang merupakan salah satu dokter ahli.
Deg
Sejenak Naura merasa dunianya berhenti. Hanya debaran jantungnya yang terdengar. Ikhsan dan semua pengikut NX Respati pun kaget.
"Operasi, Dok?" tanya Ikhsan tak percaya.
"Ya."
Rupanya NX Respati harus menjalani operasi jantung malam itu juga. Tak terasa air mata Naura menetes, dan dihapusnya dengan cepat walaupun terus membanjiri pipinya. Dia berusaha tak lemah, karena harus kuat menghadapi segala kemungkinan, pikirnya.
"Siapa yang akan mengurus administrasi?"
"Saya, Dok." Naura tampak tegar.
Cukup lama prosedur pengurusan administrasi dan operasi baru akan dilaksanakan pada pukul 01.00 dini hari.
Naura sempat menemui NX Respati sebelum dibawa ke ruangan lain untuk dilakukan tindakan.
NX Respati yang sedang berbaring itu tampak tersenyum menatap putrinya seolah tak terjadi apa-apa. Dia tak ingin Naura bersedih dan mengkhawatirkannya. "Ayah baik-baik aja. Kamu ingat, ayah pernah cerita saat dulu menjadi preman pernah dibacok 4 kali, tapi sampai sekarang ayah masih hidup. Nak? Yang menentukan hidup dan mati itu Allah Subhanahu wa Ta'ala. Kalau belum waktunya berpulang, gak akan pulang. Tapi kalau memang sudah waktunya, gak bisa dihindari meskipun gak sakit sama sekali sebelumnya."
Sekuat tenaga Naura menahan dirinya agar tak menangis di hadapan ayahnya. Meskipun dia tengah berada pada ketakutan kehilangan ayahnya. "Ayah gak usah khawatir, ya. Aku baik-baik aja di luar sini. Ada Allah Ta'ala yang jagain aku. Jadi ayah gak usah banyak pikiran. Oke?"
NX Respati mengangguk pelan. "Oke, Nak."
Namun, Naura tak tahu saat NX Respati berbisik pelan seorang diri. "Ya Allah ... tolong jaga saya, jaga putri saya, jaga Ikhsan dan Ilham, jaga semua teman-teman saya yang selama ini membantu saya, dan jaga kami semua."
Ikhsan yang tengah khawatir pun berusaha terlihat tersenyum saat menemui NX Respati. "Abah ... semoga Abah selalu dalam lindungan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Tidak perlu khawatirkan kami, ya, Bah. Insyaallah kami akan baik-baik saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuan Polisi VS Ibu Guru (TAMAT)
Spiritual#Karya 13 📚PART LENGKAP Naura tak akan lupa bagaimana Polisi muda itu menginterogasi dan menahannya tanpa permisi. Setelah tahu kesalahannya, pria berpangkat Inspektur Polisi Satu (Iptu) itu tak meminta maaf padanya yang membuat Naura semakin muak...