Disiram

4.9K 363 3
                                    

SURRRR

Ikhsan menutup matanya rapat-rapat dan menguatkan hatinya begitu segelas jus jeruk itu disiram ke wajahnya. Sontak dia menjadi pusat perhatian para pengunjung restoran.

"Gak usah menikah, gak usah punya anak, JADI BUJANG AJA SAMPAI MATI, AN**NG!!" Wanita berambut sepundak itu langsung berlalu sambil menenteng tas selempang mahalnya.

Wajar saja wanita yang berprofesi sebagai pramugari itu kesal. Mereka berpacaran dua tahun, tapi sejak awal Ikhsan hanya mengatakan, "Kita jalanin aja dulu." Dia sudah terlanjur mengenalkan Ikhsan pada keluarga besarnya sebagai calon suami ideal dengan profesi idaman dan karier masa depan cemerlang.

Sebulan yang lalu, dia meminta kepastian alias komitmen untuk membawa hubungan mereka ke jenjang yang lebih serius, tapi Ikhsan langsung menghilang bak ditelan bumi. Dia menghubungi Ikhsan, tapi tak direspon. Dia pergi ke rumah pria itu, tapi ARTnya selalu mengatakan, bahwa pria itu tak di rumah. Bahkan dia mendatangi kantor Ikhsan, dan pria itu berpesan kepada anggotanya, bahwa dia tak ingin ditemui. Mereka seperti tengah bermain petak umpet. Begitu pria itu memintanya untuk bertemu, satu saja maksudnya, yaitu meminta putus.

Tiba-tiba wanita itu kembali sebelum pergi lagi. "SATU LAGI, KAMU YANG TERBURUK DARI SEMUA YANG TERBURUK YANG PERNAH AKU TEMUIN!! AKU SUMPAHIN KAMU JADI BUJANG SEUMUR HIDUP!!"

Ikhsan diam saja dan tak membalas. Ekspresinya datar dan tak ada tanda-tanda kesedihan. Tak mengejar wanita itu, dia memilih mengusap wajahnya dengan tisu. Dia harus bersyukur kali ini dia hanya disiram jus jeruk, walaupun sangat lengket di wajah dan kaos hitam kesayangannya. Berbeda dengan putus sebelumnya, dia sampai ditendang, dipukul menggunakan sepatu, bahkan dilempar dengan kerikil. Saking kesalnya para wanita itu, merasa membuang-buang waktu menjalani hubungan dengan pria berusia 28 tahun yang tak ada tanda-tanda ingin menikah.

Entah ini mantan yang ke berapa, tapi semua rekan kerjanya tahu, bahwa Ikhsan adalah pemilik mantan pacar dengan kualitas super. Bukan hanya sangat cantik, tapi mereka semua juga memiliki profesi idaman dan dari keluarga kaya raya. Sayang sekali, hubungannya selalu berakhir begitu si wanita menanyakan kepastian dan mengajaknya untuk berkomitmen seumur hidup. Sesuatu yang tak ada tanda-tanda ingin dilakukannya.

"Apa untungnya menikah?" Itu yang selalu diucapkannya. Dia melihat rekan kerjanya yang menikah, hidupnya malah bertambah rumit.

Tak lama dia memilih menuju mobilnya di basement. Dia hanya masuk dan duduk dengan pikiran kosong. Belum ingin meninggalkan tempat itu.

Tiba-tiba dia melihat beberapa orang berjalan di hadapannya dengan langkah yang sedikit cepat ke sebuah mobil. Empat pria bertubuh gempal memakai jaket kulit berwarna cokelat dan tengah berjalan di setiap sisi seolah melindungi seorang pria paruh baya yang tengah berjalan di tengah dengan topi berwarna hitam yang sedikit menutupi wajahnya. Di samping pria itu ada perempuan berhijab navy yang senada dengan gamisnya dan menggunakan masker putih untuk menutupi wajahnya.

"NX Respati?" Ikhsan yakin sekali, karena atribut jaket kulit berwarna cokelat dengan tulisan kecil, "NXR" di bagian dada kanan itu hanya digunakan oleh para pengikut NX Respati. Dan, Ikhsan juga tahu, gadis yang memakai masker putih itu adalah ... Naura. Gadis yang selalu bertemu dengannya pada waktu dan situasi yang salah. Sangat salah.

NX Respati sendiri yang membuka pintu mobil untuk Naura dan pengikutnya membukakan pintu untuknya dengan sigap.

Pemandangan NX Respati dengan Naura bisa dibilang tak terlalu sering. Ikhsan pernah dengar, bahwa NX Respati cukup lama menyembunyikan identitas putri kandungnya. Itu untuk alasan keamanan, karena bukan rahasia lagi, bahwa dia memiliki sejumlah musuh. Tapi setelah Naura cukup dewasa, entah kenapa dia tidak terlalu menyembunyikan identitas putrinya itu walaupun tak terlalu mengumbarnya.

Naura harus terkena dampak dari perbuatan ayahnya, pikir Ikhsan.

"Om Diki tanya ke ayah, kenapa kamu dan Salfaraz gak deket aja, Nak?"

Naura menoleh dengan wajah heran. "Aku dan Salfaraz kan udah berteman lama, Yah. Kami sahabatan waktu kecil sebelum dia pindah ke Jepang."

"Maksudnya Om Diki, kenapa kalian gak pacaran? Salfaraz itu keren. Dia dosen di universitas top di Indonesia. Sama-sama di bidang pendidikan seperti kamu. Pintar sudah pasti. Ganteng sudah gak perlu ditanyakan lagi. Dia dan keluarganya udah ayah kenal, begitupun sebaliknya. Jadi ayah rasa, dia cocok."

Naura menghela napas pelan. "Ayah ... anak ayah ini memang bukan lulusan pesantren, tapi aku kan udah ngaji dan aturan Islam bukan hanya untuk lulusan pesantren. Aku gak bisa pacaran ayah. Kalau prianya serius, ya, sebaiknya berkenalan dan menikah."

NX Respati tak menyangka, bahwa anaknya akan lebih religius dari dirinya. Dari kecil dia memang mendatangkan guru khusus untuk mengajari anaknya shalat, membaca Al-Qur'an, pengetahuan Islam dasar, dan adab-adab yang harus diketahui putrinya. Sesuatu yang tak bisa dia berikan.

Namun, dia tak tahu bahwa Naura mulai tertarik mempelajari agama Islam lebih dalam saat duduk di bangku SMA. Akibatnya saat Naura kuliah, NX Respati harus rela menutup beberapa bisnis ribanya dengan nilai keuntungan yang fantastis lantaran permohonan putrinya itu. Tidak mudah tapi dia lebih sulit melihat Naura menangis.

"Ya, ayah paham. Ayah gak memaksa lho. Hanya ayah melihat, kamu jarang dekat dengan pria. Apa karena terlalu sibuk bekerja? Ayah kan udah bilang, mending kamu lanjutin bisnis ayah aja. Banyak bisnis ayah yang 'ramah' buat kamu daripada capek jadi guru."

"Ayah? Kerja mana yang gak capek? Semua kerja pasti capek dan ada resikonya, yang membedakan itu niatnya. Mungkin nanti aku bakal belajar bisnis, Yah. Aku tetap mau berbisnis, tapi aku juga tetap mau jadi guru. Jadi guru itu menyenangkan. Gak semelelahkan yang ayah bayangkan kalau bisa dinikmati.

"Lagian Yah, kalau seseorang meninggal, semuanya terputus kecuali tiga. Satu, sedekah jariyah. Dua, ilmu yang bermanfaat. Tiga, anak yang shalih yang mendoakan kedua orang tuanya. Aku mau tetap ngajar biar kalau suatu hari wafat, ada ilmu yang bermanfaat yang terus mengalir pahalanya."

Deg

Entah kenapa NX Respati yang merinding.

"Jangan bicara tentang wafat. Kamu akan panjang umur selalu."

"Aamiin. Panjang umur dalam kebaikan, Yah. Tapi ... kita harus juga tetap sadar, bahwa kematian itu pasti. Sifatnya bukan pilihan."

NX Respati menoleh ke arah putrinya dan menatapnya dalam-dalam. "Dengar, Nak. Saat kamu lahir, kamu itu dunia dan hidup ayah. Kamu harus tetap baik-baik aja."

Naura mengangguk. "Insyaallah. Aku hanya belum ketemu sama pria yang tepat buat aku. Kalau udah, aku pasti kasitahu ayah." Awal remaja Naura seperti siswa pada umumnya yang tertarik pada lawan jenis, dan semua pria yang membuatnya tertarik itu pasti dicurhatkannya pada NX Respati. Semakin dewasa, tak pernah ada lagi nama pria yang dicurhatkannya. Naura sibuk dengan urusan lain selain asmara. Jangan tanya berapa orang yang melamarnya. Sudah banyak tapi selalu ditolak NX Respati karena dirasa tak sesuai kualifikasi yang diinginkannya sebagai mantu.

"Memang tipemu seperti apa, Nak? Salfaraz itu ganteng, dia dan keluarganya kenal kamu dan ayah, mapan, pintar, karirnya bagus, dan sama-sama di bidang pendidikan seperti kamu. Om Diki itu rekan bisnis sekaligus sahabat ayah. Kalau kalian menikah, itu akan sangat baik untuk melindungi kekayaan dan bisnis kita."

Naura menggeleng pelan. "Aku gak ingin Salfaraz, Yah. Lagian yang ayah tawarin semuanya itu dunia. Mapan, punya karir bagus, fisiknya tampan, pintar, melindungi kekayaan, dan lainnya, itu semuanya dunia. Apa bedanya dengan pria-pria yang melamar aku sebelumnya dan ayah tolak?"

"Jadi harus yang seperti apa, Nak?"

Naura merenung sebentar. "Aku ingin orang yang baik agama dan akhlaknya biar bisa bimbing aku, Yah. Karir yang baik dan mapan juga perlu, karena finansial itu memang harus dipersiapkan dengan baik. Harus setara dengan kita, itu penting. Tapi yang utama adalah agama dan akhlaknya. Aku mau yang bisa bimbing aku, Yah. Gak harus tokoh agama. Orang yang menjalani profesi pada umumnya, tapi dia penuntut ilmu. Setidaknya dia tahu ilmu agama dasar untuk kehidupannya dan mengamalkannya setidaknya untuk dirinya sendiri. Bukan sekadar tahu, dan berbuat yang berseberangan dengan apa yang dia ketahui. Dan, yang terpenting akhlaknya baik. Bukan hanya cerdas tapi akhlaknya menyimpang."

NX Respati menghela napas berat. Dia merasa sulit menemukan kualifikasi pria seperti itu di dalam dunianya. "Ayah doakan kamu bertemu dengan pria seperti itu, Nak."

Tuan Polisi VS Ibu Guru (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang