Naura baru saja keluar dari masjid setelah mengikuti kajian. Dia memakai sepatu ketsnya dan tak sengaja melihat ke samping. Tiba-tiba seorang pria yang baru saja keluar dari masjid pun melihatnya dan sepersekian detik menatapnya. Cepat-cepat Naura menunduk menjaga pandangannya.
Semenjak hari itu, Naura sedikit terngiang-ngiang pada sosok pria di depan masjid itu. Tinggi, badannya proporsional seperti rutin melakukan olahraga, kulitnya sangat terang, dan wajahnya cukup tampan. Kesan pertama Naura, pria itu sangat terawat.
Berkali-kali Naura menggeleng menghapus bayangan pria itu pun tak sanggup. Dia beristighfar karena telah terkena cobaan akibat pandangan.
Namun, tak disangka suatu sore dia mendapatkan kabar mengejutkan dari Ustadzah Aisyah.
"Akhi Fajar mau mengajak ta'aruf. Ini biodatanya. Kamu pelajari dulu, ya."
Naura membawa pulang amplop coklat itu dengan sedikit penasaran. Saat dibukanya dan melihat foto pria yang mengajanya ta'aruf itu, ternyata Fajar yang dimaksud adalah pria yang sama yang menatapnya saat di masjid.
Dia berusaha tak terbawa perasaan lebih dulu. Perlahan dia membaca informasi tentang Fajar dengan baik. Usianya 26 tahun, pekerjaannya pengusaha, dan ini yang paling Naura suka, aktif di kajian yang sama dengannya. Ternyata selama ini mereka hanya dipisahkan hijab yang dipasang saat kajian untuk memisahkan peserta perempuan dan laki-laki.
"Masyaallah." Naura tersenyum. Hatinya condong kepada pria bernama Fajar itu.
Alhasil hanya berselang 3 hari, Fajar dipersilahkan bertamu ke rumahnya menghadap NX Respati.
"Siapa namamu, Nak?" tanya NX Respati dengan ramah. Pria itu berusaha menyambut tamu dengan baik. Naura yang duduk tak jauh dengannya merasa sangat bahagia dengan sikap ayahnya. Meskipun sedikit aneh, karena entah bagaimana NX Respati mengundang Ikhsan untuk hadir dalam situasi itu. Pria yang datang dengan mengenakan seragam polisi itu membuat ruang tamu NX Respati serasa menjadi ruang interogasi.
"Perkenalkan, Pak, saya Fajar. Maksud kedatangan saya adalah ingin mengajak putri bapak yang bernama Naura untuk ta'aruf. Naura bilang belum bersedia memberikan biodatanya sebelum saya berbicara secara langsung dengan bapak," ujarnya dengan sopan.
NX Respati menoleh ke arah Ikhsan yang terlihat tanpa ekspresi di sampingnya. "Eh, San? Apa itu ta'aruf?"
"Ta'aruf itu perkenalan, Bah. Kalau cocok, lanjut melamar dan menikah," jelas Ikhsan. Sejujurnya dia malas sekali menjelaskan hal itu untuk mempermudah Fajar.
"Oh ... jadi begitu, ya. Naura belum beri biodatanya ke kamu?"
"Iya, Pak. Belum tanpa seizin bapak."
"Beri saja, Naura."
Naura dan Fajar tersenyum sambil menunduk malu. Sementara Ikhsan muak harus ada di tengah mereka.
"Bisnismu bergerak di bidang apa?"
"Properti, Pak." Fajar mulai menjelaskan terkait bisnisnya membuat NX Respati angguk-angguk kepala. Dia cukup kagum pada pengetahuan Fajar.
"Sudah berapa lama kamu ikut kajian?"
"Sudah sekitar 2 tahun ini, Pak."
"Saya sudah baca biodatamu. Bagus. Kamu rajin ibadah juga. Tapi ... semua keputusan saya kembalikan kepada Naura. Saya tidak pernah memaksa anak saya, tapi saya membebaskan dia untuk memilih. Paling saya hanya meninjau profil dari pria tersebut."
NX Respati dan Fajar berbincang-bincang ringan dengan lancar, dan Ikhsan yang paling tak ingin terlibat.
Tiba-tiba NX Respati teringat sesuatu. "Oh, kamu sudah lama tinggal di kota ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuan Polisi VS Ibu Guru (TAMAT)
روحانيات#Karya 13 📚PART LENGKAP Naura tak akan lupa bagaimana Polisi muda itu menginterogasi dan menahannya tanpa permisi. Setelah tahu kesalahannya, pria berpangkat Inspektur Polisi Satu (Iptu) itu tak meminta maaf padanya yang membuat Naura semakin muak...