Gangguan Mental?

3.9K 344 2
                                    

NX Respati sudah berjanji akan makan malam, tapi tak berjanji bahwa makan malam itu akan sangat menyenangkan seperti biasanya.

Wajar saja, Ilham dan Naura belum lama melewati peristiwa yang sangat menyakitkan. Hal itu berpengaruh terhadap suasana makan malam mereka yang berubah sangat dingin. Kedua orang itu terlihat diam dan fokus menyelesaikan makan malam tanpa bicara sepatah katapun, membuat NX Respati, Ikhsan, dan semua pengikut NX Respati pun tak enak hati untuk bercerita ria.

Alhasil setelah makan malam, NX Respati memilih menghampiri Ikhsan yang duduk di samping kolam renang untuk berbincang berdua.

"Ilham masih sedih, San?"

Pria berkemeja biru langit itu mengangguk. "Iya, Abah. Susah bicara dengan dia. Saya bisa paham, karena sahabatnya yang meninggal."

"Naura juga. Dia bisa sesakit hati itu. Dia anggap siswanya sudah seperti adik atau bahkan anaknya sendiri."

Ikhsan mengangguk pelan. "Guru itu orang tua keduanya siswa, Bah. Wajar saja Bu Naura sedih."

"Naura sempat bilang sehari setelah pemakaman Adrian. Dia ingetin lagi ke saya untuk selalu menceritakan apa pun masalah saya, dan jangan sungkan untuk itu. Dia bahkan ingetin saya, bahwa bunuh diri dalam Islam itu dosa besar. Bunuh diri tidak mengakhiri hidup, karena ada kehidupan di akhirat. Dalam kehidupan akhirat, orang yang bunuh diri akan dihukum dengan cara yang sama yang dilakukannya untuk bunuh diri. Misalnya, dia menusuk tubuhnya dengan benda tajam, di neraka dia akan menusuk dirinya juga dengan benda tajam sebagaimana yang dia lakukan di dunia. Dia ingetin saya dengan sebuah ayat,

"Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu." (QS. An Nisa' : 29)

Ikhsan angguk-angguk kepala pelan. "Masalah manusia bisa sangat kompleks, ya, Bah. Terkadang apa yang kita anggap remeh, bagi beberapa orang, itu sangat besar dan sangat mempengaruhi psikisnya. Memang menjadi baik itu penting, karena tidak semua orang sedang baik-baik saja."

"Iya, San. Saya ingat, bahwa data dari WHO 2016 merilis, bahwa 793 ribu kematian di dunia akibat bunuh diri. Sebagian besar dilakukan oleh pria. Beberapa negara termasuk di Indonesia, angka bunuh diri pria lebih tinggi daripada wanita.

"Pria lebih rentan karena budaya masyarakat atau mungkin pola asuh orang tua menanamkan pria tidak boleh menangis, saat punya masalah tidak boleh diceritakan seperti perempuan karena akan dianggap lemah. Sehingga pria tumbuh dengan anggapan, bahwa memendam semua masalahnya sendiri adalah definisi kuat dan tangguh."

Ikhsan sedikit menunduk dengan ekspresi miris. "Andai pria bisa seperti perempuan yang bebas curhat ataupun meluapkan perasaan mereka ketika mereka terluka, Bah."

"Dulu saya juga tidak bisa meluapkan perasaan dan curhat, San. Bagi saya itu tabu sekali untuk pria mengungkapkan perasaannya.  Semuanya harus selalu dipendam, termasuk saya menyembunyikan masa lalu saya dan bagaimana ibunya Naura yang sebenarnya. Tapi saat punya anak perempuan yang dasarnya suka curhat banyak hal dan ketika dia tumbuh dewasa, dia malah sering menyuruh saya curhat. Curhat apa saja. Bahkan dia juga menyarankan saya mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, banyak istighfar sampai pergi ke psikolog atau psikiater apabila dibutuhkan, karena jujur, dulu saya sangat susah tidur bahkan tidak bisa tidur."

Ikhsan sedikit tersentak. "Dan Abah mau?"

NX Respati menahan senyumnya. "Awalnya saya menolak, San. Saya bilang, saya bukan orang gila. Saya masih waras. Karena bagi saya, orang yang ke psikolog atau ke psikiater itu pasti orang gila. Tapi Naura bilang, kesehatan fisik dan mental itu sama pentingnya. Dan, gangguan mental itu bukan hanya gila saja. Ada banyak sekali gangguan mental yang bahkan mungkin tidak disadari oleh pengidapnya. Kalau seseorang sakit fisik, ya, dia berdoa dulu dan berikhtiar atau berusaha dengan berobat ke dokter yang menangani masalah fisik, tapi kalau sakitnya secara mental, ya dia berdoa dulu, dan berikhtiar atau berusaha dengan berobat ke psikolog atau ke psikiater.

"Kalau ke psikolog atau psikiater itu bukan berarti syirik, kurang ibadah, kurang bersyukur, kurang berdoa, dan lainnya. Kata Naura, itu adalah bentuk ikhtiar untuk sembuh. Saat seseorang sakit secara mental, dia berdoa, dan dia datangi psikiater ataupun psikolog yang memang ahli atau belajar tentang kejiwaan manusia secara ilmiah, maka itu adalah bentuk ikhtiar atau usahanya dia. Syirik itu kecuali dia sakit fisik atau sakit secara mental, tapi dia berobatnya ke dukun, minta bantuan jin, kuburan, dan lainnya yang sifatnya klenik," lanjutnya membuat Ikhsan terpaku. Seperti mendapatkan jawaban dari keadaannya.

"Alhamdulillah, San. Saya berobat ke psikiater dan bisa sembuh. Beberapa kali minum obat tapi sudah berhenti. Psikiater saya ini muslim taat. Suami dari temannya Naura di pengajian. Jadi setiap konsultasi, pasti saya juga diingatkan shalat, mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala sebagai Dzat satu-satunya yang dapat memberikan ketenangan dan kebahagiaan sejati, dengar pengajian, banyak istighfar, dan lainnya. Meskipun mulut saya kadang masih suka mengumpat dengan kata-kata atau makian kasar yang tidak seharusnya, tapi saya ini berusaha menjadi pribadi yang lebih baik."

Ikhsan angguk-angguk kepala.

"Terutama polisi seperti kamu, San. Kalian banyak menghadapi peristiwa-peristiwa di lapangan yang tidak menentu. Menjaga kesehatan fisik itu sangat penting, tapi kesehatan mental juga tidak kalah penting.

"Saya belajar dari kasus siswanya Naura itu, bahwa tidak semua orang peduli dengan kita. Karena tidak semua orang tahu, kita dalam keadaan tidak baik-baik saja. Kita yang harus jujur dengan diri kita dan rendah hati untuk berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala sebelum berusaha dengan meminta bantuan kepada orang lain. Jangan malu meminta bantuan. Allah Ta'ala sayang sama kita dan masih banyak orang yang peduli dengan kita."

Malam itu Ikhsan seperti ditampar oleh NX Respati secara tidak langsung, lantaran selama ini dia malu berobat ke psikiater. Tidak hanya malu karena dirinya pria, tapi juga malu karena dirinya seorang polisi. Profesi yang selalu dikatakan pasti sangat sehat secara fisik dan mental.

"Temukan orang yang kamu percayai dan jujur dengan dirimu itu penting, San."

***

Tuan Polisi VS Ibu Guru (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang