Dihadang

4.7K 362 1
                                    

Momen di kantor Polisi sudah seperti menjadi kebiasaan. Naura akan melihat pemandangan beberapa siswa yang dibentak dan ditampar orang tuanya di hadapan Polisi ditambah dengan kalimat-kalimat yang sejenis.

"Saya susah-susah cari uang, kamu buat kenakalan!"
"Kamu tahu gak susahnya cari uang untuk sekolahin kamu?!"
"Mau jadi apa kamu kalau kelakuanmu begini?! Dasar merepotkan dan tidak pernah membanggakan! Kamu lihat kakak kamu, dia prestasinya ...."

Iya, dia tahu betapa susahnya bekerja dan mencari uang, menghadapi segala dinamika dalam dunia pekerjaan yang tak mudah dari berurusan dengan atasan, rekan kerja sampai aturan dalam dunia kerja itu sendiri, bahagia sebentar saat penerimaan gaji, dan masih harus mempergunakannya dengan teliti agar bertahan sampai bulan depan.

Dia harus bersyukur karena keuangannya didukung penuh oleh kekayaan ayahnya, tapi pekerja lain yang mandiri yang harus membiayai diri sendiri bahkan keluarga, bagaimana? Capek fisik dan batin untuk memperjuangkan nasib orang lain. Mungkin itulah yang membuat para orang tua itu mengamuk dengan cara yang tak tepat.

Saking kesalnya, saat semua urusan itu sudah selesai, 4 dari 10 siswa disuruh pulang sendiri oleh orang tuanya. Alhasil Naura menelepon Firman untuk meminta bantuan pria paruh baya itu.

"Tolong anak-anak diantar dan mampir ke tempat makan. Ditraktir saja. Mereka kayaknya belum makan. Saya harus kembali ke sekolah karena ada kelas, Om."

"Baik Nona. Om balik ya. Nona hati-hati."

"Siap Om. Terima kasih, Om."

"Sama-sama, Nona."

Naura langsung berlalu dengan motor maticnya tanpa banyak kata.

Sepanjang perjalanan ke tempat makan dan mengantar keempat siswa Naura itu pulang, Firman tak banyak bicara.

"Om supir di keluarganya Ibu Naura, ya?" tanya Ilham membuka pembicaraan.

"Bukan," jawab Firman singkat dengan ekspresi dingin dan datar.

Ilham dan ketiga temannya malah canggung.

SRET

Tiba-tiba keempatnya kaget saat kendaraan mereka mendadak berhenti. Tampak di depan terdapat empat pria bertubuh gempal yang menghalangi jalan mereka.

"BERHENTI!!"
"BERHENTI WOI!!"
"KELUAR!!"

Ilham melihat ke sekitar, mereka berada di jalanan yang cukup sepi. "Om? Kayaknya mereka bermaksud tidak baik."

"Om biar kami aja yang--"

"Diam! Di dalam saja dan jangan keluar. Paham?! Kalau kalian keluar, saya hajar kalian pertama kali!" ancam Firman sebelum teman Ilham menawarkan bantuan untuk ikut berkelahi, padahal preman-preman itu bukan lawan mereka.

Firman keluar dengan santai menatap mereka tanpa takut. Dia asing dengan wajah empat preman itu. Mereka pasti preman dari daerah luar yang tidak tahu aturan di wilayah NX Respati, pikirnya.

"Minggir! Kami bayar pajak dan ini bukan jalan nenek moyang kalian!"

Keempat pria itu mendekat dengan wajah garang.

"Serahin hp dan dompet!!"

Suasana menjadi tegang membuat Ilham dan ketiga temannya pun sedikit ciut.

"Kalau saya tidak mau, kamu mau apa?" tantang Firman.

BUGH

Seperti sudah terbiasa, Firman menghindar dengan sangat cepat dari pukulan yang dilayangkan kepadanya.

"WHOA ...." Para siswa dari dalam mobil tak menyangka.

Tak menunggu lama, mereka langsung menonton aksi Firman secara nyata. Bagaimana pria itu menghajar empat pria yang tubuhnya lebih besar darinya itu sampai keempatnya berbaring kesakitan di tanah.

BUGH
BUGH
BUGH

"WHOAAAA ...."
"Kayaknya bukan supirnya Ibu Naura, tapi bodyguard kali ya."
"Keren ... keren ...."
"Bodyguard? Memangnya bapaknya Ibu Naura siapa?"

Mereka dibuat kagum, karena aksi sekeren itu tak pernah mereka saksikan saat tawuran antar pelajar.

"Saya beri saran, sebaiknya kalian segera keluar dari wilayah ini. Kalau tidak, nanti malam kita akan bertemu lagi di kediamannya Tuan NX Respati. Dasar pengecut!"

Sontak keempat pria itu terbelalak mendengar nama itu. Nama yang seperti sangat keramat. Secepat kilat mereka bangkit dan berlari meninggalkan Firman.

***
Bismillah
Pendek dulu ya guys

Tuan Polisi VS Ibu Guru (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang