Setelah mendengar cerita Ilham, entah kenapa Naura merasa terus memikirkan Adrian. Dia tak tenang. Bahkan saat berada di jalan pulang ke rumahnya pun, perasaannya tak nyaman. Seperti ada yang mengganjal di hatinya. Alhasil dia memilih menepikan motornya sebentar.
Tak lama dia menarik ponselnya dan menelepon Ilham.
"Ilham? Kamu dimana?"
"Sedang makan sama teman-teman, Bu."
"Ada teman perempuan di situ?"
"Ada, Bu. Ada Caca dan Fani."
"Ibu minta tolong kalian ke sini sekarang, ya. Kita ke rumahnya Adrian."
"Baik, Bu. Ibu di mana?" Naura langsung memberitahukan lokasi keberadaannya.
Meskipun Ilham siswanya dan sudah dianggapnya sebagai adik, tapi Ilham sudah balig. Dia tak mungkin berduaan dengan Ilham saja karena mereka bukan mahrom. Beruntung ada Caca dan Fani.
Agak lama Naura menunggu sampai para siswanya itu muncul, dan mereka berangkat bersama ke rumah Adrian.
Sesampai di sana, mereka melihat rumah Adrian tampak megah. Rumah dua lantai yang cukup luas dengan nuansa serba putih, tapi sangat sepi lantaran kedua orang tuanya memang sering keluar kota, dan kedua kakak dari Adrian pun jarang pulang ke rumah. Satpam penjaganya mengatakan terakhir kali melihat Adrian sekitar 2 hari yang lalu. Dia menyangka Adrian mungkin keluar saat dirinya tak aktif berjaga, dan memang biasanya Adrian pun malas menginap di rumahnya.
Ilham tetap bersikeras masuk ke rumah itu yang membuat satpamnya mempersilahkan mereka, apalagi ada Naura yang merupakan guru dari Adrian.
Tampak seorang ART yang sudah berusia paruh baya menyambut kedatangan mereka dan mempersilahkan mereka untuk duduk.
"Den Adrian gak di rumah ini, Bu. Biasanya Den Adrian kalau gak di sini, berarti nginep di rumah temannya," jelas ART dari Adrian itu.
Ilham malah heran, karena dia dan Adrian cukup akrab, tapi beberapa hari ini memang tak melihat Adrian di manapun termasuk di tempat biasanya mereka nongkrong.
Adrian dekat dengannya dan sangat percaya padanya, bahkan pria yang sebelumnya beda kelas dengannya itu adalah teman pertama Ilham saat pertama kali Ilham pindah ke SMAN 1. Kalaupun Adrian memilih menginap di rumah temannya, itu pasti di rumah Viki. Siswa kelas XI IPA 7 yang merupakan sahabat baik mereka.
"Saya coba telepon Viki dulu, Bu. Adrian tidak mungkin menginap di rumah lain selain rumah Viki."
Naura mengangguk. "Iya. Tolong, ya."
"Adrian di rumah kamu?" tanya Ilham saat berbicara melalui telepon.
"Gak. Gak ada di sini. Terakhir kali nginap pekan lalu, Ham, yang pas kamu dateng itu."
Sontak perasaan Ilham langsung tak enak. "Boleh saya cek dulu, Bi?"
ARTnya heran. "Cek di mana, Mas?"
"Saya cek dulu di kamarnya."
"Kamarnya terkunci, Mas. Kuncinya dibawa sama Den Adrian." ARTnya bahkan tak berani membuka kamar pria remaja itu, karena Adrian hanya mengizinkan kamarnya dimasuki saat akan dibersihkan.
"Coba saya cek dulu." Ilham tetap bersikeras dan langsung berjalan cepat ke arah kamar Adrian di lantai dua. Dia memutar hendel pintu beberapa kali, tapi memang terkunci.
Tiba-tiba dia teringat perkataan Adrian saat dulu dia sedang malas pulang ke rumahnya dan menelepon Adrian. "Aku lagi makan di luar, Ham. Kamu ke rumahku aja, kita main PS. Kunci kamarku di pot bunga samping pintu. Aku gak pernah bawa kunci kok."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuan Polisi VS Ibu Guru (TAMAT)
Spiritual#Karya 13 📚PART LENGKAP Naura tak akan lupa bagaimana Polisi muda itu menginterogasi dan menahannya tanpa permisi. Setelah tahu kesalahannya, pria berpangkat Inspektur Polisi Satu (Iptu) itu tak meminta maaf padanya yang membuat Naura semakin muak...