The End

5.9K 345 23
                                    

"Bu Naura harus sabar dalam prosesnya, ya," ujar Ibu Sassy saat Naura menginformasikan dirinya telah dilamar seorang perwira Polri.

Ternyata maksud dari atasannya itu sangat dalam, lantaran wanita paruh baya itu tahu dan pernah merasakan, bahwa menikah dengan anggota Polri ternyata tidak semudah yang Naura bayangkan. Hal yang harus dipersiapkan dan proses yang dilalui pun cukup banyak.

Dia harus menyiapkan banyak berkas, bertemu dengan beberapa pihak, melakukan beberapa tes sampai melaksanakan sidang BP4R yaitu sidang untuk pemberian izin nikah bagi personil Polri.

Naura pun tak bisa meninggalkan tanggung jawabnya sebagai seorang guru saat harus mengurus semua itu. Dia bahkan mendapatkan tugas untuk membantu memberikan pelajaran tambahan pada siswa kelas XII, lantaran rekannya yang bertugas untuk itu tengah cuti melahirkan.

Pada saat-saat seperti itu, pikiran dan perasaannya terkadang sangat kacau karena kelelahan. Dia manusia dan wanita biasa yang juga bisa kesal, tapi dukungan Ikhsan untuknya sangat berarti.

"Sabar, ya. Insyaallah kita bisa lalui. Banyak berdoa dan berdzikir biar tenang." Pria itu selalu menyampaikan perkataan yang sama apabila Naura telah jenuh dalam melakukan semua persiapan mereka untuk menikah. Meskipun mereka hanya berbicara dan bertemu seperlunya saja lantaran belum mahrom, tapi Ikhsan berusaha selalu mendukung calon istrinya itu.

Mereka bisa bernapas lega saat semuanya telah dilalui, alhasil melangsungkan pernikahan pada tanggal yang telah ditentukan.

Pada acara akad, Ikhsan mengenakan pakaian adat dengan baju beskap putih dan bawahan kain jarik yang dililit dari pinggang hingga di atas mata kaki.

Ilham mendekat dan memasang blangkon cokelat di kepala kakaknya. "Masyaallah kakak semakin ganteng." Pria remaja itu mengacungkan dua jari jempol. Senyum lebarnya terbit membuat Ikhsan tersenyum tipis.

"Kasih sayang kakak tidak akan berkurang untuk kamu, Ilham. Dalam keadaan apa pun, Insyaallah kakak akan selalu mendukung kamu untuk mencapai cita-citamu."

Ilham mengangguk. "Aku udah memutuskan, Kak. Insyaallah setelah kelulusan nanti, aku mau daftar ke Akmil. Maaf aku gak ikut jejak kakak ke Akpol."

"Tidak apa-apa. Kamu tidak harus sama dengan kakak. Kejar apa yang membuatmu menjadi dirimu sendiri."

Keduanya bertatapan haru.

"Kak? Terima kasih sudah menjagaku dengan baik selama ini."

"Ah, kemari." Ikhsan langsung memeluk adiknya dengan erat.

"Ibu Naura itu guru yang sangat baik, pintar, dan bijak. Insyaallah beliau akan menjadi pasangan terbaik untuk kakak."

Adji pun tak melewatkan kesempatan untuk mengganggu Ikhsan yang masih berdebar sebelum acara akad. "Sudah saya duga, kamu itu sejak awal menatap Naura dengan tatapan ingin mengajak berkeluarga. Pria mau sesulit apa pun berkomitmen, luluh juga kalau bertemu wanita yang tepat. Jadi interogasi itu hanya modus untuk mendapatkan perhatian putrinya Pak NX Respati?"

"Diam kamu, Dji! Saya hanya melakukan tugas." Ikhsan berusaha menahan kekesalannya, tapi Adji sudah tertawa di belakangnya.

Sehari sebelumnya pun NX Respati menyempatkan diri untuk bertemu Ikhsan. Meskipun pria paruh baya itu sangat menyetujui Ikhsan dengan Naura, tapi sebagai ayah, dia tetap khawatir pada siapa pun pria yang akan menikahi putrinya itu. "Ikhsan? Saya harap kamu bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Saya meminta tolong kepadamu untuk menjaga putri saya seperti kamu menjaga dirimu sendiri."

"Insyaallah baik, Bah. Yang menjaga dan melindungi saya dan Naura adalah Allah Subhanahu wa Ta'ala. Pada kesempatan ini, di hadapan Abah, saya izin menikahi putrinya Abah. Insyaallah saya berjanji pada Abah, saya akan mencintai, menyayangi, mendidik, dan menjaga Naura dengan baik. Kalau suatu hari nanti kami diberikan kepercayaan menjadi orang tua, saya akan berusaha yang terbaik untuk menjadi ayah yang terbaik bagi cucu-cucu Abah."

Tuan Polisi VS Ibu Guru (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang