Ikhsan rutin melakukan konsultasi dengan psikiater sesuai jadwalnya. Saran-saran dari Zulfikar didengarkan olehnya dan dia merasa kualitas hidupnya pun jauh lebih baik dan berbeda. Sifat-sifat negatif atau kondisinya yang merupakan dampak dari luka masa lalunya perlahan mulai berkurang sedikit demi sedikit. Dia menjadi pribadi yang lebih positif.
Selain meresepkan obat tertentu, Zulfikar pun sering menyarankannya untuk banyak mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala melalui rutin beribadah, karena sembuh dari luka dan ketenangan itu hanya bersumber dari-Nya semata.
Pria itu ternyata tidak hanya aktif sebagai dokter spesialis kejiwaan, tapi juga aktif dalam organisasi keagamaan. Ikhsan ingat sekali pada ayat yang sering dikutip oleh pria itu.
"Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berzikir (mengingat) Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram." (QS ar-Ra'du : 28)
Salah satu yang sangat disarankan oleh pria itu adalah menghadiri kajian Islam.
"Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah membaca Kitabullah dan saling mengajarkan satu dan lainnya melainkan akan turun kepada mereka sakinah (ketenangan), akan dinaungi rahmat, akan dikeliling para malaikat dan Allah akan menyebut-nyebut mereka di sisi makhluk yang dimuliakan di sisi-Nya." (HR. Muslim, no. 2699)
"Ilmu itu melapangkan hati, San. Bisa jadi kamu pulang dari majelis ilmu dan kamu mendapatkan satu ilmu yang merupakan jawaban Allah Ta'ala untuk permasalahan hidupmu," kata Zulfikar.
"Saya pernah baca hasil riset dari Martin Seligman, Bapak Psikologi Positif tentang definisi kebahagiaan dan apa saja pemicunya. Dia membagi kebahagiaan dalam tiga tingkatan, yaitu: pertama the Pleasant Life; kedua, the Good Life; ketiga, the Meaningfull Life.
"Pertama, the Pleasant Life adalah tingkatan terendah dari terciptanya kebahagiaan, yaitu seseorang merasakan kebahagiaan karena hal-hal yang memberikan kepuasaan. Inti dari kebahagiaan ini adalah memuaskan diri sendiri sesering dan sebanyak mungkin dengan harapan terciptanya kebahagiaan. Ini paling mudah didapat dan paling banyak dilakukan oleh orang-orang. Contoh dari tingkatan ini adalah makan enak, main game, aktivitas seksual, dan lainnya. Karena mudah didapat, mudah juga hilangnya. Misalnya, kebahagiaan dari makan enak ya sampai sudah kenyang. Setelah kenyang, selesai kebahagiaannya. Dan, meraih kebahagiaan dengan cara ini cukup melelahkan, karena selalu ingin lebih dan lebih untuk menciptakan emosi positif. Misalnya, dia makan enak setiap hari, dia akan bosan. Alhasil ingin makanan yang lebih enak lagi agar bisa mendapatkan emosi positif.
"Kedua, the Good Life. Tingkatan ini meraih kebahagiaan dengan mengandalkan kebaikan dan kelebihan yang bisa diberikan. Ini tentang koneksi atau hubungan kita dengan suatu aktivitas atau seseorang yang begitu dalam, sampai terkadang kita lupa waktu. Contohnya, kita terlibat dalam pekerjaan yang kita sukai, berbincang dan menghabiskan waktu bersama orang-orang yang kita sukai. Ini emosi positifnya lebih tahan lama, tapi kalau gagal, kecewa dan sedihnya juga tahan lama. Seperti misalnya pekerjaan berantakan, teman sedang marah, dan lainnya.
"Ketiga, the Meaningful Life. Ini yang paling autentik. Cara mencapai kebahagiaan yang paling real, yaitu ketika kita bisa memberi arti lebih dalam hidup kita, ketika kita tahu makna hidup kita, ketika kita tahu tujuan hidup yang sebenarnya. Kebanyakan orang berhenti mencari kebahagiaan di tingkatan pleasant life dan good life. Sedikit sekali yang mengejar meaningful life.
"Sebagai seorang muslim, tentu makna dan tujuan hidup kita adalah makna dan tujuan hidup yang diarahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala melalui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Bagaimana kita bisa tahu dan selaraskan makna dan tujuan hidup kita sesuai tuntunan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam? Tentu dengan belajar di majelis ilmu atau kajian yang sesuai dengan pemahaman para sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam," jelas Zulfikar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuan Polisi VS Ibu Guru (TAMAT)
Espiritual#Karya 13 📚PART LENGKAP Naura tak akan lupa bagaimana Polisi muda itu menginterogasi dan menahannya tanpa permisi. Setelah tahu kesalahannya, pria berpangkat Inspektur Polisi Satu (Iptu) itu tak meminta maaf padanya yang membuat Naura semakin muak...