19

304 43 3
                                    

Dengan di pandu oleh pangeran Yoongi, Jizi berjalan menuruni tangga menuju ruang bawah tanah, tempat di mana pangeran Namjoon membuat janji temu.

Dengan penerangan seadanya yakni lentera yang di bawa oleh Jizi, perlahan mereka mulai menemui ujung dari tangga itu. Tak ada percakapan yang terbangun antara Jizi maupun pangeran Yoongi, mereka sama-sama diam dan sibuk dengan pikiran mereka sendiri.

'jadi apa mungkin dia yang memainkan piano?' Jizi sedikit pencuri pandang pada sosok pangeran yang berjalan di depannya, ia jujur akan terkejut apabila tebakannya benar. Banyak hal di luar novel yang baru ia ketahui saat ia masuk ke dalam dunia ini, termasuk pangeran Yoongi yang memiliki kemampuan lain selain mengayunkan pedang.

"kita sudah sampai" pangeran Yoongi menjadi yang pertama membuka suara di antara mereka. Mereka kini berhenti di depan pintu kayu dengan obor di sisi kanan dan kiri, tempat ini lebih mirip penjara bawah tanah dari pada ruang pribadi, sangat tertutup dan gelap.

Jizi mengetuk pintu kayu itu beberapa kali hingga terdengar suara sahutan dari dalam. Tak lama pintu itu terbuka menampakkan seorang dengan tubuh tegap juga berotot mempersilahkannya untuk masuk, pria itu bukan pangeran Namjoon melainkan orang kepercayaan pangeran.

"silahkan masuk pangeran Nam-"

"sa- salam yang mulia pangeran Yoongi" ia segera membungkuk memberi hormat saat melihat pangeran ke dua juga ada di sana.

"lama tak jumpa Jackson" Yoongi berbalik menatap Jizi seolah mengisyaratkan dirinya untuk masuk.

"nona Alexandrite, kau sudah datang rupanya"

"salam yang mulia pangeran Namjoon, sebuah kehormatan bagi saya ketika pangeran bermurah hati membalas surat yang saya kirim dan meluangkan waktu pangeran yang berharga untuk bertemu sama dengan saya"

"hahaha jangan berlebihan nona Alexandrite, itu karna kita memiliki tujuan yang sama"

"ya, sangat berlebihan" sahut Yoongi dari belakang.

"Yoongi? Kau juga ada di sini?" pangeran Namjoon sedikit terkejut saat tiba-tiba mendengar suara adiknya menyahut, ia segera menoleh ke arah dimana adiknya berdiri.

"ya, aku mengantar tamu-mu yang tersesat di lorong barat" ucapnya.

"astaga kau tersesat nona Alexandrite? Maafkan aku, kau pasti bingung dengan peta yang ku buat, tapi beruntung kau bertemu adikku, dia memang orang yang baik meski wajahnya sedikit menyeramkan hahaha, ku harap kau tidak salah menilainya"

'baik, yang benar saja? Orang baik mana yang mencampakkan istrinya dan lebih memilih percaya pada omong kosong gadis gila? Di mataku dia hanyalah tokoh fiksi yang tidak punya pendirian'

"terimakasih Yoongi, duduklah kau pasti lelah" setelah berkata demikan, pangeran Namjoon berjalan mendahului menuju meja yang sudah berisi banyak barang.

"tentu pangeran, pangeran Yoongi sangat baik" Jizi tersenyum lebar yang tampak jelas sangat di paksakan saat ia menoleh ke arah pangeran Yoongi.

"kau memasang wajah jelekmu itu lagi Alexandrite?" bisik Yoongi tepat di telinga Jizi saat ia berjalan di samping Jizi.

'tch, jika bukan pangeran dan ini bukan istanamu sudah ku plintir kepala manusia fiksi itu'

Mengabaikan pangeran ke dua, Jizi berjalan menyusul pangeran Namjoon ke tempat di mana dia telah menyiapkan segala peralatan yang Jizi minta. Ia mengeluarkan buku berwarna ungu dari dalam tasnya, membalik lembar demi lembar hingga sampai di lembar yang dia tuju.

"Hmm.. ini mirip dengan dupa" dengan wajah fokus pangeran membaca serta membolak balik buku yang Jizi bawa.

"Memang, lebih tepatnya dupa yang dimodifikasi secara fungsi dan aroma" jawab Jizi santai, mungkin ia lupa dengan siapa ia berbicara sekarang.

"apakah ada aroma yang pangeran suka?" tanya Jizi tiba-tiba, sepertinya ia mulai sadar.

"semua kecuali aromamu" sahut pangeran Yoongi dari sofa belakang. Jizi berusaha tetap tersenyum dan tenang meski jiwa anarkisnya sudah mulai berontak.

"hahaha maafkan adikku, dia biasanya tidak begitu" kakak yang sangat menyayangi adiknya, simpul Jizi.

"emm... aku tidak tahu jelas aroma apa yang ku suka, mungkin bisa kita mulai dengan aroma yang di sukai tuan Park?" usul Namjoon.

"ayah?" Pangeran mengangguk.

"Haha terimakasih pangeran, anda benar-benar murah hati" dengan raut berseri ia bertepuk tangan dan membungkuk beberapa kali.

"ya, sama-sama" celetuk Yoongi lagi.

"ayah menyukai aroma bunga lili, yang mulia dan kebetulan saya juga membawa bunga lili dari taman kediaman Alexandrite" Jizi mengeluarkan bunga lili serta botol kecil yang menjadi tempat untuk parfumnya nanti.

Dengan demikian mereka segera mengerjakan pekerjaan mereka sesuai dengan yang tertulis pada buku yang jizi bawa, mulai dari mencuci kelopak bunga hingga menutupi mangkuk berisi bunga dengan air yang menutupi bunga. Lama mereka berkutat hingga tak teras banyak bunga yang menjadi bahan percobaan mereka termasuk bunga lavender yang di minta pangeran Namjoon pada Jackson tempo hari.

"biarkan ini terendam semalam, lalu besok baru kita angkat dan rebus"

"kau benar, ku harap kau tidak tersesat saat ke mari esok nona Jizi" Jizi sedikit terkejut pangeran Namjoon menanggilnya dengan namanya, seingatnya sedari tadi pangeran memanggilnya dengan nama keluarga.

"terimakasih atas kepercayaan anda kepada saya pangeran"

Jizi keluar dari ruang bawah tanah kembali di pandu oleh pangeran Yoongi, tentu saja dengan tanpa terlihat oleh para pelayan maupun penjaga. Pangeran sengaja memilih rute yang melewati ruang favoritnya, karna memang di sana jarang ada orang yang lewat kecuali para penjaga yang akan pergi latihan panah.

"kau berhutang padaku dua kali, Alexandrite"

Mereka kini sudah sampai di persimpangan tempat Jizi dan Taehyung berpisah, sampai sini pun Jizi sudah hafal sehingga akhirnya ia memilih untuk mengakhiri panduan kehormatan yang di lakukan oleh pangeran Yoongi.

"tentu pangeran, terimaksih atas kebaikan dan kemurahan hati anda. Saya permisi" Jizi berjalan menjauh sesaat setelah memberikan hormat pada pangeran Yoongi.

Yoongi masih setia berdiri di tempatnya dengan milipat ke dua tangan ke dada, matanya masih menatap gadis dengan gaun putih berjalan mejauh sambil sesekali melihat ke berbagai arah.

"hhmm... aku mesrasa ada yang aneh dengan gadis itu"

"tch, apa dia tidak merasa dingin dengan gaun seperti itu?"

Sejak saat itu jizi dan pangeran Namjoon kerap melakukan pertemuan secara rahasia, mereka berencana meluncurkan hasil kerja keras mereka beberapa waktu terakhir. Sebelumnya pangeran Namjoon sedikit ragu, namun karna Jizi terus meyakinkannya akhirnya ia sepakat. Mereka pun sudah membuat rencana kapan dan di mana akan meluncurkan parfum buatan meraka.

"silahkan turun, nona" Taehyung mengulurkan tangannya kepada Jizi yang masih duduk di dalam kereta. Ia menyambut uluran tangan itu dengan baik dan melangkah turun dengan perlahan.

"wah.. nona kita sudah tiba rupanya"

"bisa kita bicara?"

.
.
.

.

.

.
TBC

Terimakasih yang sudah meluangkan waktu membaca lentera Ke dua🤍
Ini buat kamu🍯 /madu/
Have a nice day👋🏻

Lentera Ke Dua  [Yoonmin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang