42

777 59 19
                                    

Mereka memustuskan pulang karna sudah tengah malam lewat. Jizi kembali berjalan dengan kaki polosnya, Yoongi terus menawarinya bantuan tapi gadis itu tetap menolak.

"Kenapa saat itu kau menangis?" Ucap Yoongi memecah keheningan.

Jizi tersenyum sebelum menjawab, mencoba menetralkan emosinya "Karna lagu yang pangeran bawakan mengingatkanku pada seseorang yang saat itu benar-bebar aku rindukan"

"Dari mana pangeran tahu lagi itu?"

"Dari buku tua yang tak sengaja ku temukan"

"Apa kau menemuinya setelah itu?" Yoongi berbalik menatap wajah yang menyendu di balik senyum.

Jizi menggeleng masih dengan senyumnya "Aku sudah tidak bisa bertemu dengannya, aku dan dia bahkan sudah berbeda dunia"

"Terimakasih pangeran sudah sedikit mengobati kerinduanku saat itu" Yoongi hanya mengangguk, ia tak ingin lagi membuka luka yang sudah terobati.

"Sepertinya kita tidak akan bertemu dalam waktu dekat?"

Jizi menatap ke samping di mana pria itu berjalan beriringan dengannya "Pangeran akan pergi?"

"Aku akan berkali-kali lipat lebih sibuk dari biasanya, beberapa utusan dari luar Afrodis akan datang membahas tentang kerja sama yang sudah mauapun akan terjalin. Semua keputusan sudah benar-benar berada di tanganku meski aku belum naik tahta. Waktu kedatangan mereka berbeda, karena setiap pertemuan bersifat tertutup, oleh sebab itu seluruh rangkaian pertemuan ini akan berlangsung lama. Dari banyak perjanjian yang sudah ada, mungkin aku akan mengakhiri beberapa"

Jizi mendengarkan semua yang dijalaskan oleh Yoongi dengan mengangguk sesekali. Sesuai yang ia tahu dari Taehyung, semua kegiatan yang berkaitan dengan raja pangeran bahkan urusan kerajaan bersifat rahasia. Tapi Yoongi dengan gamblang megatakan semua itu padanya.

"Jadi bisakah kau membalas surat dariku segera setelah kau menerimanya?"

"Hah? Apa?"

"Kau tidak mendengarkanku?"

"Aku mendengarmu Pangeran" jawabnya dengan sedikit tawa.

Di kehidupannya dulu yang serba canggih, orang tidak perlu menunggu hingga satu menit untuk saling bertukar pesan. Namun di sini, semua masih menggunakna surat, stempel dan waktu yang di butuhkan jauh lebih lama. Tidak ada panggilan suara apalagi video call, semua benar-benar masih manual.

"Pangeran, kau mengingatkanku pada seseorang yang selalu memarahiku saat aku sulit di hubungi, dia selalu marah padaku saat aku tidak membalas pesan atau mengangkat panggilannya. Dan akan datang ke apartemenku ketika aku tidak masuk kuliah tanpa alasan dan akan mengoceh tantang aku yang tak memberitahunya lebih dulu. Dia selalu menjadi yang pertama bertanya apakah aku baik atau tidak. Meski dia konyol tapi dia selalu menemaniku saat aku sendiri, menghiburku dengan leluconnya yang garing dan menjadi satu-satunya orang yang akan memberikan bahunya untukku menang-is" Jizi menutup mulutnya saat sadar bercerita terlalu banyak, tak seharusnya dia bercerita tentang duniannya dulu.

Yoongi tak mengerti beberapa kata yang Jizi ucapkan, meskipun begitu ia tetap dapat menarik garis lurus dari cerita Jizi "Siapa dia?"

"Dia sahabatku, Selena"

'Dia bahkan membuat novel konyol ini karna terinspirasi olehku'

"Kau terlihat memiliki hubungan yang dekat dengannya, apa dia juga dari Alexandrite?"

Jizi menggeleng dengan tersenyum meski hatinya sedikit nyeri untuk menjawabnya "Dia tidak tinggal di sini maupun di negeri ini, pangeran. Dia bahkan tidak ada di dunia ini"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 31, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lentera Ke Dua  [Yoonmin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang