20

322 47 3
                                    

Seorang gadis berjalan dengan bersedakap dada berjalan ke arah kereta yang baru saja tiba, gadis itu menyunggingkan senyum saat kepala seseorang yang di dalam kereta terlihat menyumbul lebih dulu, karna hal itu pula ia mulai sedikit mempercepat langkahnya.

“wah.. nona kita sudah tiba rupanya”

“selamat datang di kediaman anda, nona Alexandrite” ucap gadis itu setelah Jizi berhasil turun dan berdiri di samping Taehyung.

Taehyung tidak merasa terkejut dengan kedatanagn gadis di depanya yang terbilang tiba-tiba, karna saat baru memasuki gerbang ia sudah melihat sosok ini dari kejauhan. Ia hanya menatap lekat ke arah gadis itu dengan was-was, ia sedikit tak suka dengan orang di depannya ini.

“bisa kita bicara saudaraku?”

“tentu. Kau bisa pergi lebih dulu, Taehyung”

“tapi nona, apakah nona akan baik-”

“aku baik dan kau tak perlu cemas, bawa barangku ke tempatku dan letakkan di tempat yang sudah ku beri tahu” potong Jizi.

Sebenarnya berat untuk Taehyung meninggalkan nonanya, namun sekali lagi perintah adalah perintah maka tak bisa ia sekedar membantah. pada akhirnya ia menurut, membungkuk dan berpamitan untuk pergi meninggalkan dua orang di halaman utama, mungkin ia bisa mengawasi mereka dari kamar nonanya di lantai dua, oleh karena itu ia segera berjalan cepat agara bisa sampai dengan cepat.

“apa yang ingin kau bicarakan, Hana?”

“wah wah wah.. kenapa sekarang kau sangat tidak sabaran? Kau sangat berbeda di banding Jizi lama yang ku kenal”

“kau tidak ingin memeluk kakak tersayangmu ini lebih dulu?” Hana merentangkan ke dua tangannya seperti menyambut Jizi untuk datang ke pelukannya.

“apa kau memiliki ingatan yang buruk?” kini ganti Jizi yang melipat tangannya di dada.

“bukankah kau juga, adikku?”

“bisa langsung saja ke inti, aku masih memiliki urusan lain”

“baik, baik jika nona muda ini memaksa, ngomong-ngomong kau sangat tidak sopan ya?” Jizi hanya memutar bola matanya, ia lelah dengan omong kosong yang di buat gadis di depannya, tubunya lelah dan masih harus mendengarkan ocehan tidak jelas dari orang ini.

Hana mengeluarkan sesuatu dari tas kecilnya, benda tipis berbentuk persegi panjang berwarna putih, sebuah surat yang lebih tepatnya surat undangan.

“sebenarnya aku bingung mau mengundangmu atau tidak ke pesta ulang tahunku, aku tahu adikku ini sangat sibuk dan… kau pasti sangat bingung nanti, kau kan tidak mengenal dan tidak punya kenalan selain aku, kau pasti juga akan malu karna tak punya siapapun. Tapi jangan sedih atau berkecil hati aku juga memberikan undangan untuk paman dan bibi, jadi kau bisa bersama mereka. Karna pestaku bukan hanya untuk tuan dan nona muda saja, tapi juga para pejabat dan bangsawan lainnya. Bukankah aku sangat pengertian kepadamu, Jizi?” Hana menepuk pipi adik sepupunya beberapa kali yang langsung di tepis oleh si empunya.

“katakana kapan dan di mana?”

“kau akan datang? Kau benar-benar akan datang? Tapi kurasa kau tidak bisa datang dengan ke dua orang tuamu” Hana menutup mulutnya dengan satu tangannya dengan memasang raut kecewa.

“katakana saja, kenapa mulutmu itu suka sekali mengoceh?” sungguh Jizi sudah mulai jengah saat ini.

"Nona kecil, kenapa kau ini kasar sekali?"

“baiklah, emm... karna aku masih di Alexandrite, maka pestaku juga akan di adakan di Alexandrite. Minggu depan” gadis itu mngulas senyum dengan menarik sudut bibirnya, berbeda dengan Jizi yang membuka matanya lebar secara tiba-tiba.

“apa kau bercanda?” Hana menggeleng.

Minggu depan adalah hari perayaan kemakmuran untuk kota Alexandrite, perayaan kemakmuran kota ini adalah sebagai tanda syukur mereka. Dahulu kala kota Alexandrite bernama Asteria yang termasuk kota miskin bahkan banyak warga kota yang mati karna kelaparan dan kurang gizi. Hingga pada masa kepemimpinan Park Yo Seo, kakek dari tuan Park, akhirnya kota ini bisa bangkit secara perlahan dan menjadi kota yang makmur berkat penemuan serta keberhasilannya dalam mengembangkan sumber daya berlian, yakni Alexandrite. Maka dari itu kota ini berganti nama menjadi Alexandrite.

Perayaan ini biasa di lakukan di pusat kota dengan berbagai acara yang meriah bersama rakyat. Tidak hanya rakyat, namun juga para bangsawan dari berbagai penjuru negeri juga turut diundang dalam perhelatan tersebut. Acara ini adalah acara tahunan yang selalu di adakan, biasanya undangan akan di sebar ke seluruh penjuru negeri pada h-5 atau h-4.

Apabila Hana mengadakan pesta di hari yang sama dengan perhelatan kotanya, maka jelas ini bukan pertanda yang baik, ada kemungkinan beberapa bangsawan tidak datang ke pusat kota melainkan ke pesta ulang tahun Hana, walaupun tuan Park memiliki hubuangna yang baik dengan para bangsawan tidak menutup kemungkinan ada satu dua atau beberapa yang akan memihak paman dan bibi Kim.

Hal itu pasti akan memberikan dampak pada nama baik kota ini, orang-orang akan berpikir buruk, karna para bangsawan memilih datang ke pesta ulang tahun dari pada ke perhelatan kota. Mungkin mereka akan berpikir tuan Park memliki hubungan yang buruk dengan para bangsawan bahkan dengan keluarganya sendiri atau perayaan kemakmuran kota ini tidak lebih penting dari sekedar pesta ulang tahun. Ia tak ingin Alexandrite dan ayahnya diremehkan.

“apa kau menganggap ini lelucon? Kau tahu minggu depan adalah hari kemakmuran kota Alexandrite dan hari ulang tahunmu tidak bersamaan dengan acara tahunan kotaku”

Hana menggeleng dan memasang wajah sedihnya “ya memang benar, karna saat hari ulang tahunku aku dan keluargaku sudah harus kembali ke horsewings, jadi aku merayakannya lebih cepat”

“aku dan ibu juga sudah menyebar undangan ke beberapa teman dan rekan bangsawan, bahkan ke istana. Akan sangat special jika ulang tahunku kali ini di hadiri oleh keluarga kerajaan”

“ayahku dulu sempat membangun hubungan yang baik juga dengan pangeran Namjoon saat pangeran masih remaja, jadi kurasa dia pasti akan datang”

jadi dia sengaja? Apa menurutnya mengundang keluarga kerajaan seperti mengundang anak kecil dengan iming-iming coklat atau permen? Bahkan dalam perhelatan kota saja, keluarga kerajaan hanya mengirim salam lewat pengawal

Jizi meurunkan tangannya dan mengambil surat undangan dari tangan Hana “baiklah terserah kau saja. Jika tidak ada lagi yang ingin kau bicarakan aku akan pergi” Hana mengukir senyum saat Jizi mengambil undangan itu dari tangannya.

“ku dengar kau menjadi pusat perhatian saat menghadiri pesta amal kerajaan kemarin karna gaunmu. Hmm.. tapi aku heran, kenapa aku tidak melihatmu padahal aku juga ada di sana? Apa karna aku terlalu asik mengobrol dengan para bangsawan lain?”

“tolong jangan sakit hati adikku, tapi ku dengar banyak yang mencibirmu karna gaunmu yang seperti wanita rendahan yang suka menggoda para lelaki demi uang” Hana sedikit memelankan suranya, namun tetap terdengar keras di telinga Jizi.

omong kosong

Jizi langsung berbalik tanpa menjawab atau mengucap sepatah kata apapun, ia berjalan menuju kediaman megahnya bersama surat di tangan kanannya meninggalkan Hana sendiri di halaman utama. Hana yang berdiri di sana hanya menatap kepergian Jizi yang benar-benar membuatnya muak, anak itu terlihat sangat jelas merendahkannya dan mengijak-injak harga dirinya.

"Dia pasti sakit hati. Tch, malang sekali, tapi aku menyukainya" senyum riang mulai menghiasi wajahnya saat menatap Jizi yang menaiki tangga.

“gadis liar itu semakin sombong dengan tampilannya yang sudah seperti wanita rendahan, dia pikir dia siapa bisa mengalahkanku?”

“akan ku buat kau dan keluargamu menanggung malu karna tidak ada bangsaan yang datang ke perayaan kotamu, dan semua itu adalah salahmu yang lebih dulu mengibarkan bendera perang”

"Sudah ku bilang kau salah memilih lawan, karna rencanaku selalu matang"

.
.
.

.

.

.

TBC

Terimakasih yang sudah meluangkan waktu membaca lentera Ke dua🤍
Ini buat kamu🧊 /es batu/
Have a nice day👋🏻

Lentera Ke Dua  [Yoonmin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang