23

293 43 2
                                    

“apa ada masalah, yang mulia pangeran?” Jackson bertanya pada pangerannya, sebab sedari tadi ia hanya menatap selembar surat dengan ekspresi yang tidak menyenangkan.

“sedikit, Jizi tiba-tiba mengubah rencana kita” pangeran Namjoon melipat surat dari Alexandrite yang baru saja ia terima.

“noan Jizi Alexandrite? Kenapa dia tiba-tiba mengubah rencana, bukankah itu sangat lancang?”

“dia bilang ini mendesak, dia juga meminta maaf atas perbuatannya. Entah apa yang medesak dirinya sampai mengambil keputusan seperti ini, aku kecawa tapi dia juga memberiku undangan untuk datang ke acara kotanya Minggu nanti”

“bisa kau saja yang datang, kau bisa kan?” ia membuka laci dan meletakkan surat itu di sana bersama dengan surat lainnya.

Jackson tampak sedang berfikir sejenak sampai ia mengingat sesuatu “yang mulia, bukankah Minggu nanti yang mulia juga meminta saya untuk datang di acara keluarga Kim dari Horsewings”

“Horsewings? Bukankah itu sangat jauh? Kenapa aku memintamu ke sana?”

“yang mulia apa pekerjaan anda belakangna ini sangat berat? Kenapa anda menjadi begitu pelupa. Acara itu di adakan di Alexandrite, tuan Kim ini adalah guru sementara yang mulia semasa remaja, dan tunggu.. setahu saya keluarga Kim ini merupakan kerabat dari nona Jizi dari pihak ibu”

“apa maksudmu? Bukankah jika mereka kerabat..”

“sepertinya ada yang tidak beres yang mulia, mungkin karna itu nona Alexandrite membuat keputusan yang mendadak. Belakangan ini tuan Kim terlihat mendekati para bangsawan di dalam maupun luar kota Alexandrite dan Horsewings”

“kau benar Jackson, kirim surat ini dan cari tahu apa yang terjadi pada Jizi” pangeran menyerahkan sepucuk surat yang di terima langsung oleh Jackson.

“baiklah yang mulia, saya ijin undur diri” Jackson membungkuk kemudian berbalik dan berjalan menuju pintu keluar dengan sebuah surat dalam genggamannya.

/cekleek

“astaga!”

“yang mulia pangeran, kenapa yang mulia berdiri di padan pintu seperti itu, sejak kapan yang mulia berada di sana?” Jackson memegangi dadanya yang masih berdegub kencang, ia sangat terkejut saat membuka pintu dan yang pertama dilihatnya adalah wajah dingin sang pangeran ke dua.

Melihat ekspresi pangeran kedua yang dingin dan hanya diam menatapnya membuatnya merinding, ia buru-buru membungkuk “maaf yang mulia, saya sedikit terkejut. Saya permisi” Jackson segera melenggang pergi, ia benar-benar tidak bisa berlama-lama dengan pangeran ke dua, terlalu mencekam menurutnya.

“asistenmu sangat tidak cocok untuk di bawa ke medan perang” Yoongi berjalan masuk dengan santai setelah menutup pintu.

“kenapa kau selalu berbicara soal perang, apa perdamaian tidak cocok dengan gayamu?”

“entahlah, aku hanya merasa percuma setiap hari berlatih pedang dan menusuk kumpulan jerami” ia merbahkan diri di sofa yang ada di sudut ruangan yang penuh dengan tumpukan buku.

“jadi kau ingin menusuk manusia?” Namjoon menghentikan kegiatannya dan beralih memandang adiknya, mereka bertatapan beberapa detik sampai akhirnya Yoongi menjawab pertanyaan kakanya.

“apa menurutmu wajahku terlihat seperti pembantai?” tanyanya tanpa mengubah ekspresi wajahnya sejak aal.

“tch, haha mana mungkin, kau terlihat seperti anak kucing yang lucu di mataku”

“matamu mungkin sakit” sahutnya lirih dan mulai memejamkan mata, menyamankan diri di sana.

“oh Yoon, apa Minggu ini kau ada acara?” tanya Namjoon lagi memecah keheningan, membuat Yoongi yang separuh terlelap harus membuka sebelah matanya.

Di sebuah jalan sempit yang sepi dan hanya di penuhi oleh ilalang dan beberapa pepohanan yang berjarak cukup jauh, Jizi memacu kudanya dengan tempo sedang. Jalan sepi ini dipilihnya karna dirasa minim baginya untuk menimbulkan kecelakaan yang merugikan orang lain saat ia berlatih, sudah beberapa kali ia berlatih kuda di jalan ini dan memang tempat ini sangat sepi, hanya segelintir orang yang melewatinya, itupun hanya mereka yang sedang mencari ranting atau ilalang untuk di buat kerajinan.

“nona, bukankah nona terlalu cepat? Itu berbahaya” peringat Taehyung yang muncul menyusul dirinya dari belakang.

“ternyata berkuda lebih menyenangkan dari pada mengendari mobil sport”

“hah? Mengendarai apa?”

“Tae bukankah jalan ini mengarah ke pasar?” alih-laih menjawab Jizi malah melayangkan pertanyaan baru dan menunjuk jalan di sisi kirinya, ingatannya cukup tajam untuk menghafal jalan meski ia baru sekali lewat.

Melihat Taehyung yang mengangguk membuatnya menjadi berfikir. Jalan ini merupakan akses cepat menuju pasar, tapi kenapa terlihat sangat sepi. Orang-orang lebih memilih jalan memutar dari pada lewat daerah ini, apa karena jalannya terlalu sempit?

Sepertinya tidak, jalan ini masih muat untuk di lewati kereta kuda, jika terlalu sempit untuk dua kereta jalan ini bisa di buat menjadi satu arah. Ia melihat sekelilingnya yang hanya berisi ilalang dan pepohonan rindang.

“lalu kenapa jalan ini-”

Tolong~ kembalikan itu, tolong~

Sayup-sayup lirih suara seseorang terdengar jelas di telinga Jizi maupun Taehyung, tanpa banyak bicara mereka segera bergegas mencari sumber suara itu.

Di jalan yang tak jauh dari pasar tampak seorang kakek tua sedang dihadang oleh beberapa orang, terlihat mereka ingin merampas benda berharga milik si kakek hingga terjadi tarik menarik dengan kakek yang sudah jatuh tersungkur di tanah.

“nona, pakai penutup wajahmu!” Jizi mengangguk dan segera memasang kain yang menutupi hidung hingga lehernya dan segera menyusul di Taehyung yang berjalan lebih dulu dengan kudanya.

“apa yang sedang kalian lakukan dengan kakek itu, apa kalian sangat lemah hingga menyerang seorang kakek tua?” kalimat provokatif Taehyung berhasil mengalihkan perhatian tiga orang tadi, Taehyung segera turun dari kudanya saat melihat mereka mulai bergerak ke arahnya. Namun tak lama Jizi datang yang membuat mereka menghentikan langkahnya sejenak.

“wah apa ini, seorang kesatria dan seorang gadis?”

“apa kau ingin menukar kakek ini dengan gadis itu? Dia terlihat bagus juga” ucap salah satu dari mereka.

“jaga mulut kotormu selagi kau masih bisa berbicara dengan lancar” sahut Jizi setelah berhasil turun dari kudanya dan berjalan ke samping Taehyung.

“wah berani sekali gadis kecil ini. hei, kenapa kau memakai penutup wajah? Apa wajahmu buruk hingga kau malu dan menutupinya?” mereka bertiga kompak tertawa, sedang Jizi dan Taehyung hanya diam.

Walaupun begitu, diam-diam Jizi mengamati senjata apa yang mereka bawa. Dua pedang dan satu belati, di antara mereka berdua hanya Taehyung yang membawa pedang, jadi dia harus merampas salah satu pedang mereka untuknya menyerang.

“nona tetap di belakangku!”

“nona? Waah kita mendapat makan malam yang nikmat sepertinya, seorang bangsawan? Sudah lama kita tidak berbincang dengan mereka”

“kami tidak akan kasar, jadi cukup serahkan harta yang kalian bawa, jika tidak gadis itu juga tidak apa-apa” sahut salah satu dari mereka yang sepertinya adalah ketua.

“beri aku salah satu pedang mereka” ucap Jizi lirih di belakang Taehyung.

Taehyung sedikit mengernyit saat mendengar perintah nonanya, memang salahnya sejak awal membiarkan nonanya mengikutinya sampai sini. Ingin memintanya pergi dari sini pun sudah tidak mungkin rasanya, satu dari mereka pasti akan mengikuti nonanya. Hanya ada satu pilihan menyerang dan mengikuti perintah nonanya.

Seseorang berdiri di tengah dengan bersekap dada terlihat memberi isyarat untuk menyerang hanya dengan gerakan kepala, tanpa banyak bicara dua orang di samping kanan dan kirinya mengangguk dan berlari dengan sebilah pedang di tangan mereka. Di sinilah Taehyung menjadi tameng utama Jizi.

.
.
.

.

.

.

TBC
Terimakasih sudah meluangkan waktu membaca Lemtera Ke Dua 🤍
Ini buat kamu 🦐 /udang/
Have a nice day👋🏻

Lentera Ke Dua  [Yoonmin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang