22

359 50 6
                                        

“bagus nona, tetap perhatikan langkahmu saat kau mengayunkan pedangmu” suara tuan Lee memberi instruksi pada Jizi dari pinggir lapangan.

sialan terbuat dari apa pedang ini, kenapa berat sekali?

Keringat terus mengalir dari pelipisnya, sudah empat jam penuh ia berlatih tanpa ada jeda barang satu menit. Tuan Park benar-benar tidak main-main dalam memilih seorang guru untuknya, mantan prajurit unggulan kerajaan. Bahkan beliau melatih Jizi seperti melatih prajurit siap perang, sangat disiplin dan tegas.

“tidak hanya kekuatan kaki dan lenganmu yang penting dalam hal ini, tapi juga ketajaman mata dan pikiran yang memprediksi kemana dan dari mana lawan akan menyerang!”

bisakah orang itu diam?

“tuan Lee, sudah empat jam lebih nona Jizi berlatih pedang, sudah saatnya untuk istirahat. Kebetulan tuan Park juga ingin berbicara dengan anda di ruangannya”

“baiklah, bilang padanya untuk berhenti”

“baik tuan”

Taehyung membungkuk dan segera berjalan ke arah Jizi berada. Sebenarnya tuan Park tidak memanggil guru Lee, semua itu hanya akal-akalan Taehyung agar nonanya bisa bernafas barang sejenak.

“non- na…”

Pemuda itu berhenti di tempatnya saat Jizi dengan sigap menyunkan pedangnya ke arah Taehyung, mata pedang itu berhenti tepat di depan wajah pemuda itu dan hampir mengenainya jika saja dia tidak cepat tanggap.

“bis.. bi.. bisa turunkan pedang nona terlebih dahulu? Aku membawakan minum untuk nona” Jizi mengikuti perkataan Taehyung untuk menurunkan pedangnya, ia juga tidak berminat mencelakai apa lagi membunuh pemuda malang itu.

“terimakasih sudah menyelamatkanku lagi, Taehyung”

“ku pikir aku akan mati di tangan pria tua itu” Jizi segera menegak air yang dibawa Taehyung untuknya.

“ku pikir juga begitu” sahut Taehyung lirih.

“apa nona masih akan belajar berkuda nanti?” Jizi mengangguk, mulutnya kini masih penuh dengan air, bahkan kedua pipinya sampai menggembung seperti ikan balon.

“APA?! nona, kau baru saja megeluh akan mati tapi kau masih ingin berkuda? Sebenarnya kau ini terbuat dari apa?!”

/tiiinggggg/

Suara nyaring dari Jizi yang menyentil pedangnya yang masih tertancap di tanah “kau ingin aku mencoba seberapa tajam pedang ini?”

“hehe tidak, maaf nona. Oh iya, bukankah semalam tuan Kim dengan percaya diri datang ke sini dengan putrinya menemui tuan Park?”

“ya, dia memberi tahu tentang acara putrinya”

“lalu bagaimana?”

“ya tidak bagaimana-bagaimana, mereka datang saat ayah sedang sibuk dengan pekerjaanya, jadi ayah hanya berkata ‘oh, ya, letakkan di sana’ lalu aku tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya, tapi paman Kim keluar dengan wajah merahnya bersama Hana” Taehyung bingung, kenapa keluarga ini terasa sangat tenang menghadapi hal ini? bukankah harusnya mereka marah atau menyusun rencana atau semacamnya?

“Taehyung, apa undangan dan selembaran untuk acara kota sudah di sebar?”

“belum, nona. Mungkin besok”

“ambil semua dan bakar, pastikan tidak ada yang tersisa karna kita akan mengubah acara menjadi malam hari, beritahu semua pekerja yang ikut mempersiapkan acara ini untuk memasang lentera di sepanjang jalan menuju pusat kota. Dan tulis dalam undangan bahwa kita akan memberikan hadiah istimewa yang belum pernah mereka dapatkan”

Lentera Ke Dua  [Yoonmin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang