34

310 49 0
                                    

Jizi duduk barsandar pada punggung kursi di ruangannya, ia baru mendapatkan ruangan ini tak lama sebelum perayaan kota. Sebelumnya ia mengerjakan apapun selalu di dalam kamarnya hingga banyak benda menumpuk di sana, ayahnya yang melihat kamar putrinya yang penuh dengan kotak serta tumpukan kertas dan bukan vas atau bunga merasa sedikit prihatin, maka dari itu ia membuat ruangan ini untuk putrinya.

Juga menjadi salah satu penyebab dari dirinya dua hari terkapar di tempat tidur, Jizi terpaksa harus memindah dan menata barang-barangnya dari kamar ke tempat ini di tengah kesibukannya mempersiapkan pesta perayaan kota, sesi latihan dan beberapa pekerjaan lain yang sedikit demi sedikit mulai di amanatkan kepadanya. Bukan karna tidak membutuhkan pelayan tapi ada beberapa benda yang tidak bisa sembarang orang boleh menyentuhnya.

Ia mengamati ruangan barunya yang di dominasi warna putih dan merah muda, ia tidak tahu kenapa warna merah muda selalu mengelilinginya. Seseorang baru saja keluar dari ruangan itu membawa sepucuk surat untuk di antar kepada penerimanya, ia baru membalas surat yang diterimanya dari Mina setelah tiga hari berlalu.

Gadis itu manatap langit-langit, kepalanya menengadah terus menerawang apa yang akan terjadi di depan. Sejak masuk ke dunia ini, ia tak banyak memiliki rencana, ia hanya berpikir dengan menjauhi tokoh utama dan antagonis akan membutanya selamat dan hidup tenang. Namun nyatanya tidak, seakan ada sesuatu yang terus menariknya dalam sebuah lingkaran yang berisi orang-orang itu, menahannya di sana tanpa membiarkannya lepas.

“hah.. kepalaku sakit”

Suara siulan menggema mengisi lorong istana yang terlihat sepi, beberapa pelayan sedang sibuk mempersiapkan tempat serta berbagai macam hal yang akan di gunakan untuk acara pertemuan antar negara yang tak lama lagi terselenggara di istana Afrodis.

“tempat ini terasa menyeramkan saat sepi” ucapnya saat berbalik melihat ke belakang.

Walaupun rasa takut mulai menyelimutinya, Hoseok tetap melangkah santai menuju sebelah barat istana. Suara nyaring yang berasal dari dua pedang yang saling membentur serta teriakan terdengar jelas saat ia hampir sampai ke tempat tujuannya.

“sepertinya saya datang di saat yang tepat” ucapnya saat melihat orang yang di carinya tengah duduk di tanah dengan kepala menengadah menatapnya.

“ada apa?” tanya pria itu.

“berapa kepala manusia jerami yang berhasil yang mulia pangeran penggal hari ini?”

Yoongi tak menyahut basa-basi yang Hoseok lakukan, ia kembali mengamati para prajurit yang tengah berlatih dan mengabaikan orang yang ikut berjongkok di sampingnya. Netranya yang terlus bergulir ke sana ke mari tak sengaja melihat sebuah surat berwarna lilac dalam genggaman pengawal pribadinya.

“yang mulia, kenapa anda merebut surat itu? itu bukan untuk yang mulia”

“berhenti mengoceh, aku tahu ini untukku” Hoseok hanya tertawa ringan, ia selalu menggoda pangerannya saat di rasa suasana hati orang itu sedang baik, jika tidak maka untuk mengeluarkan omong kosong saja dia tak mungkin berani.

“apa yang mulia memiliki urusan penting dengan bangsawan Alexandrite?” Yoongi hanya mengangguk dan segera bangkit dari duduknya, ia menepuk pakaiannya yang mungkin kotor dengan tanah.

“pangeran, anda mau kemana?” Hoseok yang masih berjongkok menatap bingung pada Yoongi yang sudah akan melenggang pergi.

“kau urus pedangku. Aku di ruanganku jika kau mencariku” ucapnya lalu menghilang di balik pintu.

“aku tidak pernah benar-benar tahu apa yang ada di dalam kepalanya” pria itu menghela nafas berat dan mulai berdiri mengambil pedang yang bersandar pada dinding.

Lentera Ke Dua  [Yoonmin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang