14

414 51 17
                                    

Jizi bingung, ia baru saja berhasil menghindari Pangeran Yoongi semalam, namun kini mereka malah bertemu di tempat yang tak terduga? Di perpustakaan? Jizi berkeliling mencari Taehyung namun anak itu seakan menghilang di telan buku. Ia ingin mengajaknya pulang segera.


Jizi berkeliling mencoba mencari tempat yang sekiranya jarang atau hampir tidak di jamah orang. Di sebuah meja yang berada di dekat jendela yang mengarah ke hutan, orang jarang ke sana karena katanya hutan itu membawa aura buruk. Jizi masa bodoh dengan aura, nasibnya lebih buruk jika ia kembali bertemu dengan pangeran pucat yang baru saja menghinanya kekurangan gizi.


Ia duduk bangku dekat jendela, membuka buku yang sejak tadi ia bawa. Buku berwarna ungu dengan corak bunga pada sampulnya, buku itu berisi tentang cara meracik parfum dengan berbagai macam pilihan aroma yang ingin dihasilkan. Jizi mengernyit setiap kali ia memabalik lembar demi lembar pada buku itu. Ia bingung di perpustakaan sudah ada buku tentang parfum tapi kenapa di negeri ini belum ada yang memproduksinya.


"apakah darurat membaca adalah penyakit turunan atau malah kutukan?" Jizi memiringkan kepalanya, ia sadar dirinya sendiri adalah satu di anatara jutaan manusia yang malas membaca, tapi ini adalah terobosan yang sangat menguntungkan. Parfum adalah hal yang sangat diminati seluruh umat menusia dari berbagai kalangan.


"aku akan mengambil buku ini"

"kau akan mencurinya?" ucap seseorang dari samping yang membuatnya terperanjat.

"pangeran? Tent tentu tidak, maksud saya, saya akan meminjamnya dan membawanya pulang" Jizi berdiri dan membukuk saat melihat seorang pria sedang menyenderkan kepalanya di atas meja dengan mata terpejam.

"kau mencurigakan Alexandrite" pangeran itu bangun dari posisinya, menaruh satu lengannya di atas meja untuk menyangga kepalanya, matanya memincing ke arah gadis yang terlihat bingung di depannya.

"itu hanya pikiran anda yang mulia pangeran Yoongi" Jizi menunduk, sebisa mungkin ia menghindari tatapan dengan pria di depannya.

"kenapa kau menghadap ke bawah, apa wajahku ada di bawah meja ini?"

"saya rasa kurang sopan jika saya mengangkat kepala saya setara dengan yang mulia"

"angkat kepalamu" Jizi tak menjawab, ia tak merespon apapun ucapan dari sang pangeran entah ucapan maupun perbuatan. Ia hanya diam menunduk.

"hei aku memberimu perintah, angkat kepalamu, tatap lawan bicaramu saat kau berbicara dengannya" Yoongi menyentil kepala Jizi beberapa kali, ia benar-benar menyentilnya dengan keras bahkan rasanya Jizi ingin balik menjitak kepala sang pangeran.


Dengan terpaksa ia mengangkat kepalanya dan metap Yoongi yang ada di depannya, wajahnya yang datar seperti tak berminat, hanya bibirnya yang bergerak tersenyum dengan lebar. Begitulah kira-kira wajah Jizi yang di lihat oleh pangeran.


"kau terlihat jelek"

"termiakasih atas pujiannya yang mulia" Jizi kembali membungkuk.

"kau suka membaca buku?"

"tidak" Jizi menutup bukunya, membawanya ke dalam dekapannya lalu bangkit dari duduknya.

"maafkan saya, sepertinya saya menggangu waktu yang mulia pangeran. Saya ijin undur diri, semoga hari anda menyenangkan, permisi" Jizi melenggang pergi begitu saja setelah menyelesaikan kalimatnya. Bahkan sebelum Yoongi membalasnya.

"diaa... Orang yang aneh" gumam Yoongi menatap kepergian Jizi.


Jizi berdiri di depan pintu keluar setelah melakukan peminjaman buku, ia lelah hanya untuk sekedar mencari keberadaan Taehyung. Sudah lebih dari sepuluh kali ia memutari perpustakaan, namun wujud anak itu sama sekali tidak terdeteksi. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk menunggu Taehyung di luar, karna jika menunggu di dalam besar kemungkinan ia akan bertemu dengan pangeran Yoongi lagi.


"ternyata aura buruk hutan itu benar adanya, sialan kenapa aku malah meragukannya" gumamnya. Gadis itu memilih duduk di bangku tak jauh dari pintu, kaki-kakinya sudah lelah untuk berdiri dan menunggu.


Lama ia diam termenung memandangi orang berlalu lalang, tiba-tiba satu pertanyaan mucul dalam benaknya dan hal itu cukup mengusiknya.


"tunggu, dari mana dia tahu aku Alexandrite?"


Seorang pria terlihat tersenyum hingga memperlihatkan lesung pipinya, ia berjalan ke salah satu bangku yang ada di pojok ruangan. Menarik satu kursi lalu mendudukinya, tampak banyak buku tebal mengiasi meja di depannya.


"kau menikmati kunjungan pertamamu di perpustakaan adikku?" tanya pria itu pada orang di sampingnya. Tangannya sibuk membuka lembaran buku tebal di depannya.

"tidak, tapi aku menemukan sesuatu yang menarik" Namjoon menatap Yoongi seakan bertanya, apa sesuatu yang menarik itu.

"hutan itu. Banyak orang berkata hutan itu membawa uara buruk, tapi sepertinya tidak" Yoongi mengarahkan telunjuknya pada kaca jendela yang memperlihatan hamparan hutan. Kakanya mengikuti arah telunjuk adiknya, dan baru ia sadari mereka duduk di tempat yang jarang di datangi pengunjung. Bukannya takut atau apa ia hanya terkejut, ia juga tidak percaya dengan hal-hal seperti mitos tentang aura buruk hutan yang berada di belakang gedung ini.

"mungkin bukan padamu, tapi aura buruk itu bisa saja menyasar pada orang lain" jawab Namjoon main-main, namun sepertinya Yoongi menganggap ucapan kakaknya serius, dahinya terlihat berkerut seperti sedang memikirkan sesuatu.

"jadi apa kau akan ikut aku ke perpustakaan lagi lain kali?"

"tidak" Yoongi kembali terpejam dam menyembunyikan wajahnya di lipatan tangannya di atas meja.

"nona, kenapa kau tadi menunggu di luar? Aku bingung mencarimu ke seluruh penjuru perpustakaan"

"bagaimana bisa kau berkata seperti itu di saat aku bahkan memutari perpustakaan lebih dari sepuluh kali hanya untuk Mencarimu, Kau Tahu?!" nada bicara Jizi sedikit meninggi di akhir kalimatnya. Taehyung sedikit meringkuk karna bentakan Jizi, reaksinya tetap sama meski ia sudah terbiasa.

"kenapa kau bisa menghilang? Kau masuk ke dunia lain atau apa?" Taehyung hanya tersenyum menampilkan deretan gigi rapinya, Jizi yang kini duduk di depannya merasa bingung.

"maaf tidak memberitahumu lebih dulu nona. Aku masuk ke dalam ruangan khusus, yang mana tidak ada yang bisa mengaksesnya kecuali orang-orang tertentu"

"lalu kenapa kau bisa?"

"karna aku termasuk orang yang memiliki akses" pemuda itu menepuk dadanya, merasa bangga akan dirinya. Sedangkan Jizi hanya merotasi matanya.

"maksudku kenapa kau termasuk orang yang memiliki akses masuk, kenapa kau ini malah berbelit-belit?"

"ah, hahaha maafkan aku nona"

"itu karna kita sedang mencari informasi seorang yang penting, sebenarnya tidak jadi masalah tapi nona adalah seorang bangsan juga, aku hanya berjaga-jaga saja jika ada orang yang tahu dan membuatnya menjadi salah paham. Aku tidak ingin nona terseret dalam masalah"

"tapi kenapa nona sangat ingin tahu tentang tuan putri negeri Emetis" Taehyung mengeluarkan lembaran kertas yang ia ikat dengn tali dari dalam tasnya.

"entahlah aku juga tidak tahu, aku hanya tiba-tiba penasaran. Aku rasa ia orang yang menarik" Jizi tersenyum menampilkan gigi putihnya lalu meraih buntalan kertas yang diberikan Taehyung. Sedangkan Taehyung, orang itu hanya melongo, ia makin tak paham dengan nonanya.


Jizi membaca setiap informasi tentang putri Emetis dari lembaran kertas yang Taehyung bawa, kepalanya menganguk-angguk, serta beberapa kali mulutnya terbuka membentuk huruf o saat membaca informasi yang baru ia tahu, di luar novel yang ia baca.


Emetis adalah negeri paling dekat dengan Afrodis, negeri yang ditempati oleh Jimin saat ini. Afrodis dan Emetis memiliki hubungan yang baik, baik itu hubunngan bilateral maupun hubungan antara kedua pemimpinnya secara personal. Mereka sering menjalin kerja sama di berbagai sektor, maka tak aneh saat salah satu dari dua negeri itu melakukan pesta atau acara pasti meraka akan salin mengundang dan menyempatkan untuk datang.


Afrodis sering dijuliki dengan rumah berlian atau negeri askara yang berarti sinar atau cahaya, karena di negeri inilah sumbernya berlian dengan berbagai jenis. Meskipun Emetis juga termasuk negeri penghasil berlian, namun hasil yang mereka peroleh tidak sampai setengah dari apa yang di peroleh Afrodis, jenisnya pun tidak lebih banyak dari Afrodis.


Salah satu berlian yang menonjol dari negeri sebrang adalah Emetis, sesuai dengan nama negeri tersebut. Meskipun Afrodis juga menghasilkan berlian emetis, namun berlian emetis dari negeri sebrang lebih memiliki kualitas yang tinggi. Walaupun begitu, Afrodis juga memiliki berlian yang menjadi unggulan tak kalah dengan emetis, yakni Alexandrite. Berlian berwarna ungu muda yang kini menjadi lambang kebanggaan kediaman Alexandrite.


Namun secara silsilah keluarga kerajaan, Emetis berbeda dengan Afrodis, Emetis tidak memiliki seorang pangeran untuk menggantikan tahta sang raja kini. Negeri itu hanya memiliki satu putri, yang mana suatu hari nanti akan naik tahta sebagai ratu.


"ku harap kita bisa bertemu suatu saat nanti, tuan putri Jin" Jizi menutup lembaran terakhir yang sedari tadi ia baca.

.
.
.

.

.

.

TBC
Terimakasih sudah meluangkan waktu membaca Lentera Ke Dua🤍
Ini buat kamu🍄 /jamur/
Have a nice day👋🏻

Lentera Ke Dua  [Yoonmin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang