32

311 56 3
                                    

Sudah lewat dua hari sejak malam perayaan, tapi rasa sakit pada tubuh Jizi masih begitu terasa. Malam itu dirinya benar-benar tidak tidur, setelah acara berakhir ia tetap mengawasi para petugas yang membereskan acara, karna di pagi harinya semua sudah harus bersih karna ini adalah jalan utama. Satu hari pemblokiran jalan untuk persiapan perayaan sudah membuatnya pusing karna akses jalan memutar yang menempuh waktu dua kali lipat lebih lama, hal itu mengganggu aktifitas pekerja, distributor, serta sector lain yang menjadi terhambat.

Taehyung membatalkan semua latihan dan pertemuan yang harus Jizi hadiri karena nonanya yang tidak mau bangkit dari tempat tidur selain hanya untuk mandi dan buang air, bahkan nyonya Park harus menyuapi putrinya ketika waktu makan tiba.

Tokk..tok...tok...

"permisi nona, ada surat untuk nona" suara Mina yang baru datang dengan nampan berisi cemilan berhasil membuat Jizi sadar meski hanya setengah.

"dari siapa?" tanyanya dengan mata yang belum terbuka, ia memeluk selimutnya erat dan semakin menyamankan diri.

"saya kurang yakin.. tapi sepertinya dari istana. Nona bisa mengeceknya sendiri" gadis itu meletakkan senampan berisi berbagai macam cemilan di nakas terdekat.

Gadis itu perlahan membuka matanya, menyesuaikan diri dengan cahaya terang yang masuk ke matanya, sebuah surat berwarna hitam dengan beberapa motif berwarna hitam dan emas membingkai sepucuk surat yang diterimanya hari ini.

"apa ini surat kematian? Mengerikan sekali" gumamnya pelan, ia mengucek matanya yang masih ingin terpejam, dengan perlahan Jizi membuka surat itu dan memaca isi di dalamnya.

"HAAAH Sialan! Ada apa dengan orang ini, kenapa dia terus..." Jizi tak sengaja melihat Mina yang terkejut saat dirinya menghempas surat itu keranjangnya dengan kencang.

"ambilkan aku kertas dan pena, aku ingin menulis surat!"

"baik nona"

Jizi menyugar rambut panjangnya ke belakang, ia memungut dan kembali membaca surat itu yang semakin membuatnya tak mengerti dengan semua ini.

'kau melupakan cindera mataku, sangat tidak adil jika semua orang mendapatkannya sedang aku tidak. Aku sangat sibuk, jadi bisakah kau mengantarnya ke tempatku?

Aku ingin kau yang mengantarnya dan bukan orang lain, karna kaulah yang harus bertanggung jawab di sini, Alexandrite'

Rasa kantuknya seketika hilang setelah ia membaca ulang isi surat tersebut. Ia benar-benar merutukki dirinya yang lupa memberikan wewangian yang di pindah Karina kepada Pangeran Yoongi.

"Ini kertas dan pena yang anda minta nona"

"Terimakasih Mina. Oh jangan pergi dulu, tunggu aku selesai menulis surat ini" Jizi menghentikan Mina yang ingin berjalan keluar.

"tolong katakan pada Karina untuk mengemas wewangian yang pernah ku minta untuk di pindah ke tempat yang lebih besar, dan suruh orang untuk.. ah tidak, kau kirim surat beserta wewangian itu ke istana" Jizi menyodorkan surat yang baru selesai ia tulis.

"untuk siapa surat ini nona?"

"pangeran ke dua, Min Yoongi" Mina terkejut, orang yang membuat nonanya emosi bahkan baru bangun dari tidurnya adalah pangeran ke dua? Sudah menjadi hal biasa nona bertukar surat dengan pangeran Namjoon sebab mereka miliki hubungan kerja sama, namun kini pangeran ke dua juga mengirim surat untuk nonanya? Sangat mengejutkan saat mengetahui nonanya memiliki hubungan yang dekat dengan anggota kerajaan.

Terlalu lama di atas tempat tidur ternyata juga membuat Jizi bosan, gadis itu bergerak turun dari ranjangnya dan berjalan ke tempat di mana semua gaunnya di simpan. Terlalu banyak gaun membuatnya sulit memilih, sampai akhirnya pilihannya jatuh pada gaun dengan model lama berwaran merah muda, gaun yang terlihat berbeda jika dibandingkan dengan gaun-gaun yang dimilikinya.

Lentera Ke Dua  [Yoonmin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang