"hai cantik, lama tak bertemu? Bagaimana pekerjaanmu hari ini, apakah ada yang bisa pria tampan ini bantu?"
"sialan, hah.. apa dia sering menyusup ke istana hanya untuk menggoda para pelayan?" ucap Jizi di sela-sela nafasnya yang mulai tersenggal saat mendengar suara Taehyung yang mengalun sampai telinganya.
Jizi menghentikan langkahnya saat nafasnya terasa hampir habis, gadis itu bersandar pada dinding dengan memegangi dadanya yang naik turun karna nafas yang masih tak teratur. Ia kembali membuka peta itu dan segera menutupnya kembali.
"sialan, aku hanya ingin membuat parfum tapi kenapa rasanya seperti sedang melakukan transaksi barang haram. Pangeran di novel ini juga digambarkan dengan otak yang sangat pintar tapi kenapa membuat peta saja dia tak bisa? Sebenarnya standar pintar yang di maksud Selena itu seperti apa!?" keluhnya.
"tunggu suara apa itu, musik? Piano?" Jizi kembali menegakkan tubuhnya saat mendengar sayup-sayup melodi indah, kakinya bahkan tanpa sadar berjalan mencari sumber suara itu.
Di sebuah ruangan yang cukup minim pencahayaan, seseorang sedang duduk memainkan piano. Orang itu terlihat sangat mahir memainkannya, terbukti dengan Jizi yang seperti terhipnotis dengan alunan melody yang dibuatnya hingga seperti lupa apa tujuan utamanya berada di istana.
'hahahaha bukankah panah Andru banyak yang meleset hari ini?'
'haha itu benar'
Jizi berbalik dan menyudahi kegiatan mengintipnya dari pintu yang tidak tertutup sempurna, suara para penjaga berhasil mengembalikan kesadarannya kini. Ia menatap ke kanan kiri yang hanya ada lorong memanjang, rasanya percuma jika ia berlari ke arah manapun karna pasti akan terlihat oleh mereka.
"sialan di mana aku harus bersembunyi?" suara tawa itu semakin dekat, dan kini ia hanya bisa pasrah bilapun harus tertangkap, lagi pula ia sudah lelah harus terus mengendap-endap.
"sialan, aku sudah tidak perdu- aaaampph!"
"ssstttt!"
Jizi menutup matanya erat saat sebuah tangan membungkam mulutnya dan menariknya kebelakang, hingga sebuah suara menginterupsi membuatnya membuka mata perlahan. Namun saat mata itu terbuka, tiba-tiba mata itu membulat, bahkan gadis itu juga menutup mulutnya rapat.
"ku rasa ada penyusup di sini?" seorang pria berdiri depan Jizi dengan jarak yang cukup dekat, pria itu menatap Jizi seperti seorang anak kecil yang baru mendapat mainan baru.
"apa yang kau lakukan dengan mengendap-endap di istana?" tanya pria itu lagi.
"yang.. yang mulia.. hehe" jawab Jizi tidak jelas, ia gugup entah kenapa, ia bahkan tersenyum kikuk dan bukan membungkuk hormat.
'sialan kenapa tiba-tiba aku menjadi gugup di saat yang tidak tepat?'
"apa.. a.. apa yang yang mulia pengeran lakukan di sini?" pria itu mengangkat sebelah alisnya dan memandang bingung ke arah Jizi yang kembali menutup mulutnya dengan kedua tanganya.
"hah? Kau ini bicara apa?!"
"ssssttt... pangeran kecilkan suara anda atau orang-orang di luar itu akan mendengarnya"
"lalu kenapa jika mereka mendengarmu?"
"mereka pasti akan menangkapku dan..." Jizi menggantung kalimatnya seakan baru menyadari sesuatu.
"dan?" pancing pangeran, ia menyunggingkan senyum kecilnya saat melihat gadis di depannya seakan bingung dan baru menyadari posisinya.
Jizi merutuki otaknya yang tiba-tiba menjadi bodoh, ia memalingkan wajahnya dan memukul dahinya keras karna malu dengan dirinya sendiri. Bagaimana bisa ia malah meminta pangeran untuk diam karna takut para penjaga akan mendengar dan menangkapnya, padahal kalaupun ia tertangkap pasti akan dibawa juga untuk menghadap keluarga kerajaan yang mana termasuk pangeran Yoongi di dalamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lentera Ke Dua [Yoonmin]
FanfictionJimin seorang gadis cantik yang hidup dengan penuh kesempurnaan. Harta, tahta, rupa, perhatian serta kasih sayang selalu ia dapatkan dari orang-orang di sekitarnya. Namun apa jadinya jika ia malah masuk ke dalam novel yang di tulis temannya dan men...