Taehyung segera menarik pedang yang setia tersampir di pinggang kirinya, mangacungkan pedang itu untuk menghalau ayunan pedang salah satu dari mereka yang datang lebih dulu. Tidak hanya melawan dengan pedang ia juga menggunakan kakinya untuk menendang lawan dari samping. Jizi yang masih di belakang Taehyung mau tidak mau harus mengikuti kemana pria itu melangkah dengan gesit.
Suara dentingan pedang yang beradu menjadi sebuah irama yang tak asing di telinga Jizi. Taehyung memang tidak terlihat kewelahan saat harus melawan dua orang sekaligus, tapi ia tak ingin hanya diam di belakang tanpa berbuat apa-apa. Ia merunduk mengambil beberapa kerikil dengan tetap mengikuti gerak Taehyung.
“apa hanya ini kemampuan kalian? Pantas kalian menyerang seorang kakek tua”
“jangan banyak bicara, kau hanya sendiri dan kami bertiga. Belum lagi kau harus menjaga nonamu di belakangmu”
Mereka kembali bergerak menyerang bersamaan, satu dari mereka sudah sangat dekat dengan Taehyung dan mulai mengayunkan pedangnya. Jizi yang sedari tadi menggenggam kerikil, dengan brutal melempari lawan mereka hinga salah satu kerikil itu mengenai mata kiri satu dari mereka.
“sudah ku duga ini berguna” ucapnya lalu kembali melempar krikil yang masih tersisa di tangannya.
“kerja bagus nona, bersiaplah aku akan melakukan perintahmu” Taehyung tersenyum melihat orang di depannya yang sedikit merunduk karena matanya yang terkena lemparan kerikil. Ia dengan cepat menyepak kepala orang itu hingga satu ke belakang.
Melihat anak buahnya yang sudah tumbang satu, ia pun menggeram dan mengelurakan belatinya. Jizi yang melihat itu segera memberi isyarat pada Taehyung untuk sigap dan waspada, Taehyung hanya mengangguk di tengah-tengah menahan pedang yang mengarah padanya.
Orang ini tidak terlalu bagus tapi dilihat kekuatannya lumayan, tapi jika di biarkan itu akan mempermudah si pemimpin untuk ikut menyerang. Jizi ingin mengambil pedang milik orang yang masih tersungkur namun terlalu jauh dari jangkauannya, orang itu juga tampak akan segera bangkit. Ia harus segera memutar otak, hingga akhirnya satu ide nekat muncul di kepalanya.
“aku sudah pernah mengalami kehilangan nyawa dan jatuh ke dunia ini maka aku tidak takut lagi, karna mungkin aku bisa jatuh ke duniaku dulu” ia berjalan mundur ke samping dan melakukan ancang-ancang, dengan modal kemampuan bela diri yang ia miliki di dunianya dulu ia berlari dan melompat untuk menendang orang itu dari samping. Beruntung kakinya tidak meleset dan mengenai kepala orang yang sedang beradu pedang dengan Taehyung.
Taeyhung yang melihat peluang segera menendang tangan orang tadi hingga pedang yang di genggamnya terlepas.
“nona, ambil ini!” ucap Taehyung melempar pedang kea rah Jizi, ia cukup khawatir jika nonanya salah menerima dan memegang di bagian yang salah dan melukai tangannya, namun ternyata tidak.
“Tae, di belakangmu!” teriak Jizi saat melihat sebuah belati sudah mengambang di udara.
“belati? Aku bahkan bisa melwanamu meski dengan tangan kosong” ucapnya sombong setelah berhasil mengelak.
“cukup aksi provokatifmu Taehyung, ayo segera bereskan mereka! Sebentar lagi makan malam, aku tidak ingin mama khawatir” sahut Jizi yang sedang menahan pedang orang yang ia lempari kerikil tadi.
Meski matanya terluka satu, orang itu cukup gigih untuk segera bangkit dan menyerang Jizi tak lama setelah gadis itu mendapatkan pedang rampasan.
/trangg
Suara nyaring dari pedang yang terlempar ke tanah, Jizi tersenyum saat berhasil membuat lawannya kehilangan senjata. Ia segera mengayunkan pedangnya tepat di leher lawannya, bukan untuk memenggalnya namun meggores sedikit di sana sebagai tanda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lentera Ke Dua [Yoonmin]
FanfictionJimin seorang gadis cantik yang hidup dengan penuh kesempurnaan. Harta, tahta, rupa, perhatian serta kasih sayang selalu ia dapatkan dari orang-orang di sekitarnya. Namun apa jadinya jika ia malah masuk ke dalam novel yang di tulis temannya dan men...