"siapa yang membuat makanan mengerikan ini?!!"
Jizi hanya diam dan sedikit menunduk, tak ingin bertatapan dengan pangeran karena hampir semua menu di sini adalah idenya. Ia lama tak menggeluti hobinya membuatnya rindu untuk mencicipi makanan kesukaannya yang hanya ada di dunianya.
Yoongi yang melihat gelagat aneh mencurigakan Jizi membuatnya semakin yakin, bahwa gadis ini adalah dalang utamanya.
"kau?! Kau ingin membunuhku?"
"tentu tidak, saya.. saya hahahahaha" tawa Jizi tiba-tiba pecah saat mengingat ekspresi pengerannya yang kepedasan.
"kau menertawakanku?" tawa Jizi tidak langsung berhenti, ia terlihat lebih santai dari sebelumnya.
"tidak yang mulia, saya tidak tahu kalau yang mulia tidak suka rasa pedas" Jizi mengambil kembali cupcake milik Yoongi yang berada di atas meja, dan menyerahkannya lagi pada Yoongi.
"tapi setidaknya yang mulia pernah merasakan hidangan dengan cita rasa pedas yang belum penah pangeran coba sebelumnya. Ambil ini yang mulia, ini akan mengurangi rasa pedasnya" Yoongi menerimanya dan memilih berjalan menjauh dari tempat itu. Jizi masih menawarinya untuk mencoba hidangan lain, tapi ia menolak dan berajalan menjauh.
Di sebuah bangku tak jauh dari pesta, mereka mengistirahatkan kaki mereka yang mulai terasa sakit sebab terus berjalan ke sana kemari, apalagi Jizi yang memakai hak tinggi. Tampat itu tidak seterang pesta, tapi masih cukup terang untuk melihat wajah satu sama lain.
Mereka yang sama-sama diam tanpa ada yang memulia percakapan, seperti menjadi sebuah kebiasaan atau mungkin ciri khas mereka. Mereka sama-sama memandangi air mancur yang menjadi ikon pusat kota Alexandrite. Yoongi masih mencoba menghabiskan cupcake di tangannya meski rasa pedas di mulutnya sudah hilang.
"kenapa kau mengubah tradisi?"
"melempar uang koin ke dalam air mancur bukanlah sebuah tradisi, itu hanyalah tren yang lambat laun menjadi kepercayaan. Mereka berharap impian mereka akan terwujud hanya dengan melempar koin ke dalam air, tanpa mereka sadari mereka membuang uang mereka secara percuma kepada orang yang tidak mau bekerja" Yoongi menatap Jizi yang masih setia memandang air mancur yang terlihat indah kerana sorot lentera.
"setiap tengah malam akan ada orang yang mengais seluruh koin-koin itu, dan menggunakan uang itu untuk bersenang-senang. Aku tak ingin rakyatku percaya pada beton yang terisi air, aku ingin mereka meraih mimpi mereka dengan usaha mereka tanpa perlu membuang uang yang susah payah mereka kumpulkan"
"itulah kenapa aku membuat lentera untuk mereka terbangkan bersama semua mimpi dan harapan mereka" jelas Jizi, kini ia berbalik menatap Yonggi yang masih setia menatapnya. Gadis itu tersenyum sekilas, meski sekilas Yoongi tahu senyum itu berbeda dengan senyum Jizi yang di paksakan seperti di awal pertemuan mereka.
"Alexandrite?" panggil Yoongi yang masih mentap manik seindah rembulan.
"ya?"
"kau tahu, kau seperti lentera?"
"kau tampak indah dengan warnamu yang memberi penarangan dan kehangatan, tapi kau juga berbahaya di saat yang bersamaan" Jizi sedikit tidak paham maksud pangeran Yoongi tapi tetap mencoba tersenyum seolah paham.
"apa yang mulia juga ingin menerbangkan lentera?"
Pelepasan lentera dilakukan di tepian sungai yang berada di pusat kota. Yoongi bilang tidak terlalu suka keramaian, maka Jizi menawarkan untuk pergi ke jembatan dekat sungai yang mengarah ke danau. Tempat itu tidak terlalu jauh dari kerumunan, mereka bisa melihat orang-orang yang antusias dari atas jembatan.
"Pukul berapa mereka melepas lentera"
"Pukul sebelas lewat sebelas" Yoongi mengangguk meski ia tak tahu sudah pukul berapa sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lentera Ke Dua [Yoonmin]
FanfictionJimin seorang gadis cantik yang hidup dengan penuh kesempurnaan. Harta, tahta, rupa, perhatian serta kasih sayang selalu ia dapatkan dari orang-orang di sekitarnya. Namun apa jadinya jika ia malah masuk ke dalam novel yang di tulis temannya dan men...