8

393 47 1
                                        

Jizi dan Taehyung baru sampai di kediaman Alexandrite, beberapa pelayan langsung datang menyambut nya dan tanpa perlu diperintah mereka dengan sendirinya membawa bibit-bibit strawberry itu ke halaman belakang.


Saat menaiki tangga, matanya tak sangaja melihat kerata asing berwarna coklat tua terparkir apik di samping pohon cemara. Itu bukan kerata milik keluarganya, terlihat jelas lambang pada pintu itu bukan permata melainkan seekor kuda.


"keluarga Kim dari kota Horsewings sudah tiba sejak satu jam yang lalu nona" ucap seorang pelayan yang sedang membawakan topi milik sang nona muda. Jizi hanya mengangguk pada pelayannya sekilas lalu lanjut berjalan menaiki tangga.


"siapkan air hangat untukku berendam, Mina" perintahnya.

"baik nona"


Suara tawa yang bersautan menggema dari ruang tamu hingga ke lorong, entah selucu apa lelucon yang mereka buat hingga tawa itu terdengar sangat keras. Jizi tak perduli maupun ingin tahu, ia hanya terus berjalan menyusuri lorong dengan wajah datarnya.


Hanya satu hal yang ingin ia ketahui, seperti apa wujud Kim Hana di dunia ini.


Mata Nyonya Park terlihat berbinar saat melihat gadis kesayangannya muncul di ruangan itu, senyum cantiknya mengembang tanpa perlu diminta.


"Jizi, kau sudah pulang, sayang? Kemarilah sapa paman dan bibimu yang sudah jauh-jauh datang untuk berkunjung"

"baik mama" gadis itu mulai memasang senyum manisnya dan berjalan menuju mereka berlima yang sedang duduk bersama teh yang setia menghiasi meja.

"salam paman dan bibi, senang melihat kalian di Alexandrite. Apakah perjalanan kalian menyenangkan?" ucap gadis itu masih dengan senyum manisnya, matanya menatap lurus pada gadis berambut panjang yang duduk di antara dua orang dewasa.


'jadi orang ini?'

'orang ini yang menuduhmu berselingkuh hingga menjual diri pada pria bangsawan, menuduh orang tuamu korupsi padahal dia sendiri yang mengalirkan uang itu ke kediaman Kim di Horsewings, dan dia juga orang yang bersaksi bahwa kau merencanakan pembunuhan terhadapnya karena iri padanya? Lucu sekali'

'harusnya kau bunuh saja dia, jadikan tuduhannya kenyataan agar usaha manusia ini tidak sia-sia'


Jizi menyapa pasangan paruh baya itu dengan sopan. Berbeda dengan Tuan dan Nyonya Park yang tersenyum, tiga orang dari keluarga Kim itu terlihat mengerutkan kening dan saling lirik satu sama lain.


"kau... memanggil ibumu, mama?"

"ya paman, memang masih sedikit asing di negeri ini, tapi aku sudah terbiasa. Apa ada masalah dengan itu?"

"aah tidak, ngomong-ngomong perjalanan kami sangat menyenangkan, tapi.. apakah ini benar Jizi yang kita kenal dulu?" kini ganti si istri yang bertanya.

"Jizi mengalami banyak perubahan selama dia tumbuh dewasa" jawab Nyonya Park sembari mengelus rambut indah putrinya.

"itu benar, Jizi kami tumbuh dengan baik" timpal Tuan Park, mengulurkan kepalan tangan ke arah putrinya lalu mengajaknya tos.

"begitukah?"

"Jizi, masih ingatkah saat dirimu masih kecil, kau sangat menyukai kakakmu Hana dan selalu menempel padanya kemanapun ia pergi?" ucap Paman Kim bertanya.

"tidak hanya itu ayah, bahkan Jizi selalu memintaku untuk tinggal dan melarangku kembali ke Horsewings" tambah Hana dengan kekehan kecil di akhir kalimatnya.

"benarkah? Sayang sekali tidak banyak kenangan masa kecil yang membekas di ingatanku" Jizi merubah ekspresinya menjadi sedikit menyendu, namun tak melunturkan senyum di wajahnya.

"ya, dulu kau selalu tidak ingin lepas dari kakakmu Hana, kau pasti menangis saat Hana akan pulang, bahkan kau selalu meminta saudara karna kau tak pernah memiliki teman dan hanya Hana yang mau bermain denganmu. Hahaha kasihan sekali, apakah kau masih seperti itu? Ku dengar bahkan ayahmu sampai berniat mengadopsi Hana karna kau selalu merengek" jawab Nyonya Kim yang disambut suami dan putrinya dengan gelak tawa.


Ucapan itu berhasil membuat hati Tuan Park berdenyut, ia menatap sang istri yang sedang memegang erat tangan putrinya, lalu pandangannya berganti pada sang anak yang duduk tenang dan masih menyunggingkan senyumnya. Ia ingin membalas ucapakan saudara iparnya namun putrinya lebih dulu bersuara.


"itu dulu bibi, sekarang tidak"

"sungguh? Padahal kita senang bila Hana bisa menemani dirimu yang kesepian, Jizi" ucap Paman Kim.

"tentu paman, lagi pula apa kalian tidak menyayangi putri kalian?"

"tentu kami menyayangi putri kami, dan kami juga sangat menyayangimu maka dari itu kita setuju jika Hana di adopsi agar kau tidak kesepian lagi, bukan begitu Hana?" gadis itu mengangguki pertanyaan ayahnya dengan semangat.

'wah, menjadikan anak sebagai alat investasi sekaligus virus di keluarga ini?'

"HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA" Jizi tertawa kecang, ia bahkan sampai memegangi perutnya. Mereka semua terkejut saat gadis itu malah tertawa kencang, sangat di luar ekspektasi mereka semua.

"paman, kau sangat lucu seperti ayah. Pantas kalian tadi tertawa begitu kencang sampai terdengar dari luar rumah" Jizi mengelap air matanya yang jatuh karena terlalu banyak tertawa.


Pasangan suami istri itu saling tukar pandang melihat reaksi Jizi. Bahkan anak mereka, Hana juga di buat heran dengan sikap adik sepupunya kini.


"haha.. astaga air mataku sampai keluar. Apa kalian menganggap serius ucapan ayah? Ayah memang seperti itu, bahkan ayah juga ingin mengungut dan mengadopsi Anjing Liar yang ia temukan di jalan" gadis itu sengaja memeberi sedikit penekanan pada kata anjing liar.


Tampak jelas peruahan raut wajah dari tiga orang yang tadi tertawa kencang. Mereka seperti dengan jelas tidak suka pada jawaban Jizi. Berbeda dengan Tuan Park yang malah menyunggingkan senyumnya saat mendengar jawaban sang anak.


"tapi Jizi, anjing itu sangat lucu dan kasihan karna seperti tidak terurus" jawab tuan Park menanggapi putrinya.

"sudah kubilang jangan memungut atau mengadopsi apapun dari jalan ayah, Taehyung akan marah padaku karena merasa tersaingi dengan anjing itu"

"Jizii?" peringat Nyonya Park pada putrinya yang selalu iseng pada Taehyung.

"hahaha Jizi bercanda, mama"


Kini giliran keluarga Tuan Park yang tertawa keras memenuhi ruangan itu. Bahkan bisa di bilang Tuan Park sengaja mengeraskan tawanya saat ini, hal itu berhasil membuat keluarga Kim yang duduk di sebrang mereka mendidih.


Tak lama seorang pelayan datang mendekat dan membungkuk hormat, hal itu membuat mereka menghentikan tawa mereka. Pandangan mereka semua kini tertuju pada pelayan itu.

"Nona muda, air hangat anda untuk berendam sudah siap" ucap pelayan yang baru datang.

"siapkan pakaianku, dan jangan biarkan siapapun masuk" perintahnya tanpa melihat ke arah pelayannya meski ia terlihat sedikit memalingkan wajah.

"baik nona" dengan itu Mina langsung pergi setelah memberi hormat. Jizi pun segera bangkit dari duduknya.


"paman, bibi aku minta maaf karna harus pergi terlalu cepat, aku masih ingin berbincang dengan kalian tapi sayang sekali aku ada urusan. Semoga kalian memiliki hari yang menyenangkan selama di Alexandrite. Aku permisi" tak lupa ia memberi hormat pada yang lebih tua sebelum melangkah pergi.


Jizi duduk di depan cermin menyisir rambut hitam panjangnya, ia sudah selesai dengan acara berendamnya. Balutan gaun berwarna merah mudan serta renda putih yang menghiasi gaun itu menambah cantik dirinya yang terlihat dari pantulan cermin.

'tokk.. tokk.. tokkk'

Terdengar suara ketukan pintu dari luar, Jizi dengan jelas mendengarnya, namun ia tak bergeming dan tetap fokus menatap dirinya dari pantulan cermin sembari menyisir rambutnya. Seorang pelayan perlahan berjalan mendekat ke arahnya.

"nona, di luar ada-"

"suruh dia masuk"

"baik nona"

Pintu kamar itu terbuka, menampakkan gadis dengan balutan gaun berwarna merah dan rambut pajang yang di gerai. Ia melangkah masuk dengan angkuh seolah kamar ini adalah miliknya. Langkah gadis itu berhenti di depan cermin di meja rias, ia menurunkan tangannya yang sejak tadi bersedekap dada.

"biarkan aku membantu menyisir rambutmu, adik sepupuku"

.
.
.

.

.

.

TBC
Terimakasih sudah meluangkan waktu membaca Lentera Ke Dua 🤍
Ini untuk kamu 🥔 /kentang/
Have a nice day 👋🏻

Lentera Ke Dua  [Yoonmin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang