"Alexandrite, lihat ke atas!"
Jizi beralih dari pangeran di depannya memandang ke atas di mana begitu banyak cahaya berkilau bergerak memenuhi angkasa, pertunjukan cahaya yang memukau berhasil mengunci total perhatian Jizi. Matanya tak henti melihat ke langit yang tampak begitu indah. Semua ini benar-benar baru dia dapatkan saat dirinya masuk ke dunia ini.
'Bahkan dulu aku sangat jarang melihat bintang meski di langit malam'
Matanya yang sudah beradaptasi dengan kegelapan membuatnya semakin jelas memotret momen langka yang belum tentu bisa ia dapatkan lagi suatau saat nanti. Ratusan bahkan ribuan meteor dapat terlihat dalam satu jam, meski begitu rasanya sangat sayang baginya untuk berkedip dan melewatan satu detik saja fenomena alam ini.
"Indahnya"
Seiring waktu berjalan hanya ada keheningan di antara mereka, bahkan angin yang berhembus terdengar sangat ribut. Jizi yang merasa pegal pada lehernya berhenti menatap ke atas, setidaknya dia sudah mengabadikan keindahan ini dengan matanya sendiri.
Gadis itu menggerakkan kepalanya ke kiri dan kanan karna pegal, matanya yang tak sengaja melihat pria di sampingnya hanya diam membuatnya merubah arah pandangnya menjadi ke arah pria itu sepenuhnya. Jizi melihat bagaimana baju yang tampak kusut serta rambut yang berantakan tak mengurangi visual sang main character.
"Dia tidur lagi?" gumamnya pelan.
Angin yang berhembus kencang membuat rambut yang mulai memanjang itu semakin semrawut, tangan gadis itu terangkat menyingkirkan rambut yang jatuh di wajah pria itu dan merapikannya. Setidaknya rambut pria itu masih bisa terlihat rapi meski pakaian yang di kenakannya sudah kusut hingga membuatnya iba.
Saat tangan itu fokus merapikan helai rambut yang tersambar angin, sebuah tangan yang lebih besar tiba-tiba menghentikannya. Tangan itu selelu terasa dingin saat menyentuh kulit Jizi.
"Apa kau bisa melihat masa depan, Alexandrite?" tanya Yoongi saat mata itu masih terpejam.
"Mung..kin?" jawab Jizi sedikit ragu, benar ia mampu melihat masa depan sebab dunia ini adalah buku novel yang di tulis oleh Selena, tapi semakin ke sini ia ragu dengan masa depan itu akan kah menjadi berbeda atau malah tetap sama.
"Lalu apa kau bisa melihat diriku di masa depan?"
Jizi mengangguk, yang mana hal itu tidak dapat di lihat oleh Yoongi yang masih memejamkan mata "Aku melihat pangeran menjadi seorang pemimpin di masa depan" mata itu kini terbuka sepenuhnya setelah mendengar jawaban Jizi.Sebelah alis pria itu terangkat "Lalu apa kau juga bisa melihat dirimu sendiri?"
"Apa kau akan menjadi ratu suatu hari nanti atau tetap sebagai pemimpin kota, Alexandrite?" Jizi diam seribu bahasa saat mata itu menatap dirinya.
"Kau tidak bisa melihat dirimu sendiri di masa depan?"
"Aku.. ragu" ucapnya mulai memalingkan pandangannya. Di dalam novel dia memang akan menjadi ratu, tapi di sini dia mencoba merubah semua itu. Bayangan bagaimana keluarganya dan hidupnya akan hancur begitu mudah di tangan orang di depannya jika ia benar menjadi ratu terus menghantuinya.
"Jika kau dapat melihat di masa depan dan aku akan menjadi seorang penguasa, kenapa sikapmu sangat bertolak belakang kepadaku?" jemarinya semkain erat menggengam tangan hangat gadis di depannya.
"Maksud yang mulia?" ia perlahan mencoba melepaskan tangannya yang terus di genggam erat oleh tangan dingin itu.
"Aku tahu sejak awal kita bertemu, kau memang terlihat berbeda dan sedikit kasar. Tapi saat melihatmu berbicara dengan kakakku, kau terlihat sangat berbeda. Kau bahkan bertutur lembut dan sangat santun, selalu memasang senyum setiap kali kakakku menjawabmu. Tapi tidak saat kau bersamaku, mulut kecilmu itu tidak pernah sekalipun bertutur lembut, justru umpatan dan nada ketuslah yang selalu keluar dari sana saat kau bersamaku"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lentera Ke Dua [Yoonmin]
FanfictionJimin seorang gadis cantik yang hidup dengan penuh kesempurnaan. Harta, tahta, rupa, perhatian serta kasih sayang selalu ia dapatkan dari orang-orang di sekitarnya. Namun apa jadinya jika ia malah masuk ke dalam novel yang di tulis temannya dan men...