Seseorang kembali bersuara lantang menyebut keluarga kerajaan yang baru masuk.
"pangeran Namjoon dan pangeran Yoongi memasuki ruangan"
Semua tamu kembali memberikan hormat. Jizi menatap dua pangeran yang berdiri melambai ke arah para tamu undangan. Yang satu melambai dengan canggung dan satu lagi melambai dengan setengah hati, tak terlihat seperti mereka suka dengan suasana dan acara ini. Jizi terus menatap dua pangeran yang mulai menuruni tangga menuju lantai ballroom, ia masih belum tahu yang mana pangeran Yoongi dan yang mana pangeran Namjoon.
Setelah mereka sampai di lantai utama, tampak seorang pria berjalan cepat ke arah salah satu pangaran yang berkulit pucat. Pria itu terlihat memberikan benda kecil berwarna emas mengkilap. Jizi menajamkan pendengarannya, mencoba menguping percakapan mereka dan berharap orang itu memanggil nama salah satu pangeran.
"pangeran, kau meninggalkan pinmu" Hosek menyerahkan benda kecil itu dan di terima langsung oleh Yoongi.
"ya, terimakasih" jawabnya singkat.
Jizi tak menemukan jawaban dari pertanyaannya, tapi ia merasa tidak asing dengan suara pangeran itu, ia merasa seperti sudah mendengarnya namun ia lupa kapan dan siapa pemilik dari suara itu. Gadis itu kini memilih berjalan menjauh dari keberadaan dua pangeran yang kini menjadi pusat perhatian para gadis bangsawan, misinya kali ini adalah menjadi tidak terlihat di mata mereka.Kebetulan sekali kedua orang tuanya mengajaknya untuk memberi salam pada raja dan ratu, sehingga dia tidak perlu berpikir harus berjalan ke mana. Mereka berjalan menghadap yang mulia raja dan ratu, memberikan salam, hormat dan memberikan doa terbaik untuk raja dan ratu.
"kami dari kediaman Alexandrite memberi salam kepada yang mulia baginda raja dan ratu semoga kesehatan selalu melimpahi yang mulia serta kejayaan yang mulia terus bersinar seindah Kristal Alexandrite" Raja dan ratu mengangguk menerima salam dari tuan Park.
"kau, siapa namamu?"
"saya? Saya Jizi Alexandrite yang mulia ratu"
"gaunmu sangat mencolok di antara yang lain, kau tahu?" ratu melihat gaun yang di kenakan Jizi dari atas sampai bawah lalu kembali lagi ke atas.
"mohon maaf yang mulia ratu, gaun yang saya kenakan malam ini memang sedikit terbuka, tapi saya memiliki pandangan bahwa sebuah gaun atau pakaian luar tidak semestinya melambangkan apa yang ada dalam diri seseorang. Watak seseorang dapat berubah-ubah tidak dapat kita tebak hanya dengan pakaian yang ia kenakan, karna pakaian dapat diganti dan ditukar dengan mudah. Seperti para pelakon yang menguasai berbagai watak dan karakter"
"aku dapat menyimpulkannya, jangan memandang seseorang hanya dari pakaian luarnya. Aku cukup suka dengan gaya berpikirmu dan keberanianmu" ucap raja mengangguk setelah mendengar penjelasan dari Jizi.
"raja benar, kau cukup berani, aku juga tidak mempermasalahkan hal itu di sini. Aku hanya penasaran bagaimana kau membawa diri di saat orang-orang di sini jelas mecibirmu dengan pakainmu?"
"saya tidak terlalu mempermasalahkan pandangan orang terhadap saya yang bahkan mereka tidak mengenal saya. Terkadang menjadi berbeda memang harus menjadi cibiran terlebih dahulu"
"orang suka mencaci di saat mereka bahkan tidak mengenalnya. Semoga kita bisa bertemu lagi nona Alexandrite" setelah berkata demikan raja dan ratu berjalan pergi.
Cukup terkejut dengan respon yang diberikan raja dan ratu padanya, namun ia senang dengan itu, setidakanya itu jauh lebih bagus dari pada diusir perkara gaun. Kini ia sedang melangkah sendirian, mengitari meja berisi makanan. Ia hanya ingin mengambil minum, namun matanya tak sengaja melihat seorang gadis dengan balutan gaun berwarna biru gelap berdiri sendirian, gadis itu terlihat bingung.
"kau sendirian?" Jizi menyodorkan satu gelas minum untuk gadis itu, walaupun awalnya ia terlihat bingung dan ragu namun akhirnya ia menerimanya.
"ya, terimakasih" gadis dengan mata bulat itu sedikit menunduk.
"aku Jizi Alexandrite, siapa namamu?"
"aku, namaku Jungkook"
"Jungkook kau berasal dari mana?"
"aku dari... Emetis" Jizi tampak berpikir sejenak, mengingat-ingta dimana emetis. Wajahnya terlihat terkejut saat ia berhasil mengingtanya.
"kau dari negeri sebrang?" gadis itu terlihat mengangguk walaupun ia sedikit menunduk.
Seingatnya putri dari negeri sebrang tidak bernama Jungkook, di novel putri itu tidak suka dengan Jizi karena sifat Jizi yang mudah diperdaya oleh orang lain. Ia ingat ada bagian di mana Jizi dan putri dari negeri sebrang itu melakukan dialog. Kurang lebih dialognya berisi tentang nasehat agar ia tak mudah dibodohi dan dimanfaatkan oleh orang lain, namun karena respon Jizi yang keras kepala membuat putri menjadi hilang simpati dan membencinya."apa kau adalah orang kepercayaan tuan putri Emetis?"
"dari mana kau tahu?" mata bulat itu kini menatapnya dengan penuh keterkejutan.
"haha aku hanya menebaknya karna jika kau tuan putri kau tidak mungkin hanya berdiri diam di pojokan seperti ini, kau juga terlihat canggung dan pemalu" gadis itu kembali menunduk setelah mendengar jawaban Jizi.
"tidak apa-apa, kau pasti merasa asing di sini, aku juga. Ini negeriku tapi aku bahkan tidak memiliki kenalan satupun di sini, aku merasa asing bahkan di tempatku sendiri. Mau berteman?" Jizi mengulurkan tangannya ke arah Jungkook, gadis itu tampak ragu ragu untuk menjabat, namun setelah melihat senyum Jizi yang terus mengembang akhirnya ia menerima jabat tangan itu.
"kau tidak kedinginan dengan gaun itu?" Jizi menggeleng.
Kini mereka berdua sedang duduk pada salah satu bangku taman di luar ballroom, Jungkook lah yang memiliki ide dan mengajaknya, katanya lebih segar di luar dari pada di dalam.
"kenapa kau yang datang? Dimana tuan putri?"
"tuan putri malas datang, katanya dia mengantuk jadi memintaku menggantikannya untuk datang" terdengar suara tawa dari samping, Jungkook memandang Jizi yang malah tertawa setelah mendengar jawabannya. Memang terdengar aneh, ia pun juga akan tertawa jika jadi Jizi.
Ini pesta amal, ajang bagi kaum-kaum elit untuk terlihat wah dan menyombongkan kekayaan mereka dengan jumlah sumbangan yang mereka berikan. Kurang lebih ini mirip ajang cari muka. Dari sini sudah terlihat bagaimana watak tuan putri Emetis.
"Jizi, sepertinya aku harus segera kembali. Tuan putri memintaku untuk pulang lebih cepat agar tidak terlalu larut saat sampai di istana. Semoga kita bisa bertemu lagi suatu hari nanti, senang bisa berteman denganmu" Jungkook berpamitan, ia juga melambaikan tangan pada Jizi sebelum berjalan menjauh.
Setelah kepergian Jungkook, Jizi hanya diam di tempatnya. Ia mendongak menatap langit yang terlihat kosong, tidak ada bintang maupun bulan di sana, hanya kegelapan yang menyelimuti. Matanya mulai terpejam saat merasakan hembusan angin malam di taman istana. Jizi menghembuskan nafas panjangnya.
"apa kau dapat melihatku dari atas sana? Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan, rencana apa dan strategi apa yang harus aku buat di masa depan. Bahkan kali ini aku hanya bisa þlari dan menghindar, apa kau salah?"
Hembusan nafas panjang kembali terdengar, gadis itu merasa hampa dalam kebingungan. Seperti tidak ada tempat baginya untuk sekedar bercerita, sekalipun ia menemukannya sangat sulit baginya untuk berbgai cerita tetang apa yang di alaminya.
"kenapa kau memilihku dari sekian banyak orang di dunia ini? apa menurutmu aku mampu menghadapi dan merubah takdir mengerikan ini? aku ingin menyerah Jizi, aku bukan orang sehebat itu. Maafkan aku yang sudah merubah hidupmu, maafkan aku Jizi"
"dengan siapa kau meminta maaf?"
Suara yang tiba-tiba muncul sontak mengejutkan Jizi, ia menatap ke samping di mana arah suara itu berasal. Seorang pria dengan pakain rapi dan berkelas sedang duduk di sampingnya dengan memandang bingung ke arahnya.
"pa pangeran?"
TBC
Terimakasih sudah meluangkam waktu membaca Lentera Ke Dua🤍
Ini buat kamu 🦀 /kepiting/
Have a nice day👋🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
Lentera Ke Dua [Yoonmin]
FanficJimin seorang gadis cantik yang hidup dengan penuh kesempurnaan. Harta, tahta, rupa, perhatian serta kasih sayang selalu ia dapatkan dari orang-orang di sekitarnya. Namun apa jadinya jika ia malah masuk ke dalam novel yang di tulis temannya dan men...