Tiga

17.1K 1.1K 11
                                    

Nana menatap tidak percaya pada pria di hadapannya.

Kekasih?

Ah, apa dia kekasih dari pemilik tubuh ini?

Melihat wanita itu terdiam pria itu berjalan masuk tanpa beban, dia menutup pintu dan menguncinya.

Mata Nana menyipit tajam, dia mencekram baju pasiennya, gadis itu tidak tahu jika pintunya terkunci.

Pria itu mendekati nakas dimana sebuah vas bunga kaca terlihat, dia mengambil bunga mawar yang sudah layu dan menggantikannya dengan yang baru ia bawa.

Nana terus waspada selama dia melakukan semua itu, firasatnya mengatakan untuk segara menjauh dari pria ini.

"Mau kemana?" dia bertanya dingin.

"Gue jatuh..." Nana berbohong.

Pria itu merunduk kecil, menatap Nana sebelum akhirnya ia mengangkat tubuh Nana dan kembali menidurkannya di atas kasur.

Nana ingin mengucapkan terima kasih, namun betapa terkejutnya dia ketika tangan pria ini bergerak masuk ke dalam bajunya dan meraba-raba punggungnya.

"Lo ngapain?!" Nada suaranya meninggi.

Pris itu tidak menjawab, tangannya semakin bergerak ke atas dan bawah, mengelus punggung wanita yang berbaring tidak berdaya di bawahnya.

Auranya mengerikan, tubuh ini ditaklukkan begitu saja, dia tidak bisa melawan, ada sesuatu yang aneh dengan pria ini, dan sesuatu itu membuat insting Nana menjadi patuh padanya.

Nana memejamkan matanya, ujung matanya sedikit basah oleh air mata.

Takut, dia takut.

Tidak lama kemudian pria itu menarik tangannya, dia menarik selimut untuk menutupi tubuh Nana.

"Istirahat lah." ujarnya dingin.

Nana tertegun.

Tanpa mengatakan apapun pria itu pergi dan tidak menoleh sedikitpun kepada Nana.

"Huh?" rasanya dia seperti dibodohi.

Menunggu beberapa saat Nana segera mengeluarkan benda pipih yang tadi dia ambil dari saku celana pria itu.

Syukurlah ternyata layarnya tidak terkunci, dia bisa membuka dengan mudah.

Sekarang mari kita cari tahu apa yang terjadi.

***

"Apa yang terjadi?" tanya pria paruh baya itu pada dokter yang menangani putrinya.

Dia mendapatkan kabar dari kantor kalau putrinya kehilangan kendali dan berusaha untuk membunuh dirinya sendiri dengan cara memecahkan vas bunga kaca di samping nakasnya dan merobek urat nadinya sendiri.

Ketika ia datang, darah putrinya sudah berceceran dimana-mana, bahkan setelah dibersihkan aroma darah masih tercium di ruangan ini.

"Apa ini punya anda?" Dokter memberikan ponsel yang ia temukan di samping gadis itu tadi.

Papa Leona mengambilnya, dia memperhatikan ponsel itu baik-baik. "Bukan, apa setelah saya dan anak-anak saya keluar ada orang lain yang hadir?"

"Pemuda yang biasanya datang kembali berkunjung, saya rasa Leona meminjam ponselnya dan mencari tahu apa yang terjadi selama 2 tahun ini."

Wajah pria itu berubah pias, dia menatap putrinya yang sudah terbaring lemah karena diberikan obat bius, dia melihat pergelangan tangannya yang diperban, ada sedikit noda darah disana.

Leona (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang