Dua Puluh Enam

8.2K 736 17
                                    

Nana melanjutkan syuting MV itu setelah keluar dari rumah sakit, bukan keluar sih lebih tepatnya Aries memaksanya untuk melanjutkan syuting itu sampai selesai, setelahnya Nana akan kembali menjadi tahanan rumah, dia akan dikurung di Mansion lagi.

Aries menjaga Nana dengan ketat, dia menjauhkan ketiga pria gila itu dari Nana.

Setelah syuting selesai, tanpa mengatakan apapun Aries segera membawa Nana kembali ke Mansion, dia mengurung Nana dari dunia luar sampai kondisi mentalnya stabil, setiap hari akan ada dokter yang datang untuk memeriksanya, pelayan yang memberinya makan, Chiara yang menemaninya main.

Nana hanya diam membisu menerima semua perlakuan itu, dia menuruti Aries dengan baik.

Sudah tidak ada apapun lagi yang bisa ia lakukan.

Nana pasrah dengan keadaan, dia tidak tahu harus melakukan apa lagi.

Dia menjadi bonekanya Aries.

Kemanapun Nana pergi ada beberapa pengawal yang mengikutinya, dia dilarang keluar rumah jika bukan bersama Aries atau Papanya.

Kamarnya juga dijaga ketat, semua benda tajam yang memungkinkan untuk menyakiti dirinya disingkirkan oleh para pelayan.

"Sudah berpikir jernih?" tanya Aries pada Nana yang sedang duduk dengan kepala yang menyandar di atas pianonya.

"Gue bukan Leona." ujar Nana kembali, matanya kosong dan dipenuhi kesedihan.

Aries menghela nafas. "Mau sampai kapan lo gini Leona? Apa perlu kepala lo gue bentur ke dinding?"

"Kalau gue bisa mati, gue mau." jawab Nana kalem, dia benar-benar putus asa.

Wanita itu berdecak kesal. "Gue terlalu tua untuk ini! Gue punya anak! Bukan cuma lo yang gue urus!"

"Siapa yang nyuruh lo urus gue?!" balas Nana.

Aries berjalan cepat dan melayangkan tamparan keras di pipa Leona

"Kalau aja lo dan Cancer engga pernah ngelakuin itu, ini semua engga akan terjadi, kalau aja lo engga seliar itu."

Nana terdiam, dia memegangi pipinya dan menatap wanita itu linglung. "Itu bukan gue, sumpah gue bukan Leona!" Harus kepada siapa dia mengatakan hal ini agar orang itu percaya. "Gue engga ingat apapun! Gue lupa semuanya!"

"Itu karena lo amnesia! Dokter yang bilang gitu, lo pikir gue bakalan percaya dengan omong kosong lo itu?! Pikir pakai logika!" Aries menunjuk kepala Nana. "Otak lo ada, kenapa engga digunain?"

Nana menepis tangan wanita itu.

Aries tertawa miris. "Jangan macam-macam, hidup lo itu ditanggung sama gue."

"Lo bisa buang gue."

"Lo pikir ada seorang kakak yang tega buang adiknya?" Aries menatap Nana tajam, dia mencekram dagu wanita itu. "Sebencinya gue sama lo, engga pernah gue berpikir untuk buang lo." Dia melepaskan dagu Nana dengan kasar.

Nana terdiam, dia mengalihkan pandangannya.

"Jangan berpikir untuk bunuh diri, kalau memang lo mau pergi, tunggu gue mati." Aries membanting pintu kamar Leona.

Nana menggeram kesal, dia mengambil bantalnya dan melempar ke arah pintu kamarnya.

"Aries sialan! Brengsek!"

Nana melihat pintu balkon, dia menarik-narik pintunya yang terkunci agar terbuka dengan paksa.

Naasnya dia tidak bertengkar.

Dia terlalu kurus, pucat dan lemah.

Kenapa dia tidak dibiarkan mati dengan tenang.

Nana tidak mau hidup kembali di tubuh Leona, semua kesalahan Leona harus dia yang menanggungnya.

Leona (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang