Ternyata beginilah dunia kerja berjalan.
Semua orang sibuk di meja mereka masing-masing mengetik banyak hal yang Nana tidak mengerti, menjawab telpon dari pihak manapun, individual bahkan mereka tidak memiliki kesempatan untuk berbicara meskipun Nana cukup yakin mereka semua ingin bergosip tentangnya yang berdiri di sini memperhatikan mereka dalam diam.
Sesekali mereka akan dipanggil keruangan yang ada tanda manajer di depannya, sesekali mereka juga akan bangkit untuk memfotokopi atau membuat kopi di ruangan istirahat, merenggangkan tubuh mereka dan mengeluh tentang kelelahan pekerjaan yang mereka lakukan.
Sebagai seorang anak SMA ini pertama kalinya ia melihat sesuatu yang biasanya ia lihat di drama secara langsung.
"Apa yang dia lakukan disini sih?"
"Entahlah, gue risih sumpah, daritadi dia cuma ngeliatin."
"Gue rasa kabar kalau dia berubah itu benar."
"Gara-gara konferensi pers kemarin perusahaan sibuk banget beberapa hari ini."
"Yah berkat itu kita dikasih bonus kan?"
"Benar-benar."
"Gue masih belum percaya dia berubah, tapi kita lihat aja."
Nana mendengar bisik-bisik tentang dirinya dari jauh, entah mereka sengaja membuat mereka mendengar itu atau tidak, jelasnya Nana tidak peduli dengan keberadaan mereka.
Dia disini untuk melihat apa ada seseorang yang bisa ia jadikan sebagai tangan kanannya.
"Nana, lama engga jumpa, apa kabar lo sekarang?"
Nana dikejutkan dengan kehadiran tiga orang wanita yang tiba-tiba masuk ke departemen bagian produksi dan menyapanya.
Siapa mereka?
Nana tidak kenal.
"Lo ngapain di bagian produksi, biasa juga di bagian pemasaran."
"Lo udah makan siang belum? Makan siang bareng yuk di bawah."
"Udah lama banget kita engga nongkrong."
"Keadaan lo gimana? Ayo-ayo pergi dari sini, kita ke gedung pemasaran."
"Eh, apa?" Nana dibawa pergi begitu saja, ketiga wanita itu memaksanya.
Didibawa ke bagian lain gedung perusahaan, sepanjang perjalanan mereka bertiga bertanya banyak hal padanya, namun sebisa mungkin Nana hanya menjawab dengan gelengan dan anggukan, dia tidak ingin dekat dengan siapapun, tapi jika salah satu dari mereka bertiga bisa ia jadikan seseorang yang berada di pihaknya maka Nana akan memilihnya.
Sepertinya mereka teman kerja Leona dan kelihatan baik.
"Kantor bosanin banget engga ada lo Na, engga ada Cogan yang datang untuk cuma lihat lo."
"Engga bisa cuci mata deh."
"Kita pesan makanan aja yah? Lo mau apa Na?"
"Samain aja." jawab Nana sekenanya, sebenernya ia tidak ingin makan apapun.
"Oke-oke."
"Eh, Pak Athan engga ditanyain?"
Mendengar nama itu telinga Nana bergerak gelisah.
"Semua manajer kan lagi rapat sama Pak Cancer."
"Oh yah lupa gue, yaudah gue pesan Suhsi aja yah sama Blackcurrant Tea tiga, terus gue juga mau Boba."
"Eh gue juga mau."
"Iya-iya sabar deh, gue pesan empat masing-masing."
Nana hanya mendengarkan, dia bingung untuk apa ada disini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Leona (The End)
Romance~Don't copy my story if you have brain~ Nana menyukai teman kakak laki-lakinya sekaligus tetangganya Athan. Nana dan Athan itu berbeda 8 tahun, meskipun begitu Nana masih tetap menyukai Athan. Namun pada akhirnya takdir berkata lain. Ini cerita ke-7...