Nana menunggu dengan tidak sabar di sebuah Cafe di dekat pusat kota. Dia dan Prima sudah berjanji akan bertemu disini, dipantau oleh Cancer dan anak buahnya dari jauh, apa yang Cancer katakan padanya kemarin cukup untuk membuatnya tidak bisa tidur semalaman.
Dia punya video lo gituan.
Gituan?
Nge-fly!
Nana menggigit bibir bagian dalamnya, sialan dia tidak melakukan apapun eh tahunya video tidak senonohnya mau kesebar kemana-mana.
Sialan Leona selain bego dalam hubungan sosial, lo juga bego milih teman.
"Lihat siapa yang kelihatan khawatir."
Nana memasang raut wajah tenangnya, ia menatap seorang wanita dengan dandanan Tante di hadapannya ini. "Prima?"
"Yes, it's me." Prima duduk di hadapan Nana dia mengangkat tangan meminta buku menu pada pelayan. "Long time not see, makin cantik aja, cuma yah lo lebih kurus dari 2 tahun lalu." Dia mencondongkan dadanya yang besar, ketat dan berisi.
"Iya jarang dipegang selama gue koma, jadi kempes." Nana tersenyum kalem.
Prima tertawa geli. "Emang cowok-cowok koleksi lo engga ada yang rawat pas lo koma?"
"Waduh, gue sibuk bertahan hidup bukan mempertahankan ukuran Bra." Nana tertawa kecil.
"Benar juga."
Prima memesan makanan untuk ia santap katanya sih belum makan dari pagi, sedangkan Nana hanya memesan Latte, dia tidak berselera untuk makan bersama wanita di hadapannya ini.
"Terus terang aja lo mau apa dari gue?" tanya Nana.
"Santai Na, gue makan dulu." Prima berujar kalem.
"Ngobrol aja, kan ngobrol sambil makan engga ngurangin ukuran Bra lo."
Prima tersedak kuah makanannya.
Cancer yang duduk di belakang keid wanita itu tertawa dalam hati, astaga.
"Fine." Prima meletakkan peralatan makanan nya. "Gue mau 1."
"1?"
"M."
Kedua mata Nana melotot ngeri. "Anjir lo pikir bokap gue punya negara sampai lo minta sebanyak itu?"
Prima tertawa geli. "Ayolah, 1 M itu dikit, pengeluaran lo semingu kan segitu biasanya."
Anjir, dia bahkan tidak pernah melihat uang di atas 5 juta.
"Kalau gue kasih, videonya bakalan lo hapus kan?"
Prima mengangguk. "Gue bakalan ngilang dari hadapan lo, selamanya."
Nana menatap wanita di hadapannya tajam. "Lo engga bohong?"
"Pegang kata-kata gue say, engga akan, udah berapa lama kita saling kenal sampai lo lupa sama sifat gue."
Ugh, jujur dia tidak tahu.
Nana menghela nafas panjang, dia mengeluarkan cek yang diberikan Cancer padanya.
"Tulis disini."
Priam tertawa senang, dia segera menulis jumlah uang yang ia inginkan.
Nana mentanda tangani nya. "Mana videonya?" Dia memberikan kembali cek itu.
Prima memberikan sebuah flashdisk. "Pegang sumpah gue, selain video ini engga ada salinannya."
Nana mengambilnya. "Kalau lo bohong, lo jatuh dari pesawat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Leona (The End)
Romance~Don't copy my story if you have brain~ Nana menyukai teman kakak laki-lakinya sekaligus tetangganya Athan. Nana dan Athan itu berbeda 8 tahun, meskipun begitu Nana masih tetap menyukai Athan. Namun pada akhirnya takdir berkata lain. Ini cerita ke-7...