Empat Puluh Empat (The End)

16.8K 941 41
                                    

Nauval memberikan sebuah kartu pada Nana.

Nana menerimanya.

"Identitas baru lo, pakai ini untuk keluar."

Nana membacanya.

Dia mendapatkan nama baru.

Gliese.

"Aneh banget namanya." protes Nana.

"Biar orang susah ingat dan sebut." Nauval mengedipkan sebelah matanya.

"Idih."

Nana menyimpan kartu identitasnya itu. "Kapan kita berangkat?"

"Tengah malam nanti."

Mereka harus segera pergi sebelum ketahuan.

"Lo cuma bawa badan aja kan?"

Nana mengangguk, dia tidak memiliki apapun.

"Nanti di Rusia lo bebas beli apa aja, abang lo ini kaya raya disana." Nauval menyombongkan dirinya sendiri, bahkan dia memiliki barang-barang yang selama ini mustahil untuk dia miliki.

"Dih." Nana mendorong bahu pria itu.

Nauval tertawa. "Yaudah gue mau beres-beres yang lain dulu, tunggu aja disini."

Nana mengangguk.

Nauval segera keluar dari kamar adiknya itu.

Nana duduk di tepi kasur, dia ingin lanjut belajar sebelum mereka akan pergi ketika seseorang mengetuk pintu kamarnya.

"Kak Athan..." Nana berujar senang, dia menatap pria itu penuh binar.

Athan bersandar di tipe pintu, dia menatap Nana lekat-lekat. "Lagi apa?"

"Belajar, kakak engga belajar?"

Athan masuk, dia menarik kursi meja hias di kamar Nana dan duduk di hadapannya. "Kakak bisa ngajarin kamu."

Nana tertawa mendengarnya. "Hebat, bahkan kak Athan pandai bahasa Rusia." Nana tidak tahu itu.

"Dulu di sekolah dipelajari, karena seru yah terlanjur."

Nana mengangguk mengerti, dia kembali termenung.

Sudah lama mereka tidak mengobrol seperti ini, Nana bingung harus membicarakan apa.

Banyak hal yang ingin Nana tanyakan.

Banyak hal yang ingin Nana sampaikan.

Hanya saja Nana takut merusak suasana diantar mereka jika ia mengutarakan semua perasaannya.

Jujur, dia masih mencintai Athan.

Dari dulu.

Cinta monyet yang ia alami ketika SD perlahan-lahan berubah menjadi cinta yang tulus dan tanpa sadar sudah terlalu lama waktu berlalu.

Sampai sekarang Nana belum pernah bisa mengatakan perasannya pada pria ini.

"Kak Athan kurusan yah..." Tatapan Nana terfokus pada paha Athan, bahkan lebih besar paha Nana daripada Athan.

Athan tertawa kecil. "Yah, banyak hal yang terjadi selama 2 tahun."

"Kakak engga selera makan?" tanya Nana.

Pria itu mengangguk. "Tiap saat terlalu sulit menelan makanan."

Dia bahkan tidak bisa merasakan apapun di mulutnya.

Manis, asam, asin, semuanya.

Semua makanan yang masuk ke mulut Athan hambar sejak kecelakaan itu.

Dia sangat terpukul.

Leona (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang