Tiga Puluh Dua

8.2K 694 31
                                    

Nana mendorong tubuh John, membuat pria itu jatuh terduduk di tempatnya.

Dia menatap pria itu penuh amarah.

Memang yah cowok tampan minus sifat, di dunia ini tidak ada yang bagus secara wajah dan sikap.

"Itu bukan cinta, itu obsesi gila!" serunya, benar-benar tidak habis pikir dengan pria di hadapannya ini.

John diam, menatap Nana yang marah dengan senyuman kemenangan.

Dia senang karena sudah berhasil menarik perhatian wanita itu.

"Lo engga cinta gue, lo cuma butuh keberadaan gue untuk bertahan, lo cuma butuh tubuh ini...." Nana bergetar membayangkannya. "Cinta lo ada karena nafsu, perasaan itu cuma keinginan untuk memiliki apa yang lo mau." Nana tidak tahu apa yang dilakukan Leona padanya? Kenapa dia bisa sampai seperti ini?

"Hidup lo kacau tanpa gue? Itu alasan yang dibuat-buat, sebenarnya lo cuma mau menemui kebutuhan duniawi."

"Jangan takut sama lo? Gimana gue engga takut sama cowok yang natap gue kayak lihat makanan." Ugh maaf, dia tidak bisa menemukan kata yang lebih baik.

"Lo sama Skyler itu beda, tapi sama." Nana menatap pria itu nanar. "Skyler butuh gua cuma untuk memenuhi keegoisan nya dan lo mau gue cuma untuk kebutuhan."

"Jangan harap gue bakalan mau dengan pria semacam itu, bahkan sampai mati pun kalian berdua akan menjadi pria terakhir di muka bumi ini yang gue pilih."

Setelah berkata seperti itu Nana berniat pergi dari balkon, dia menarik-narik pintunya, dahinya mengkerut karena tidak bisa membukanya.

Sialan, padahal pidatonya udah keren-keren, harusnya dia langsung pergi.

"Sayang, kuncinya sama gue." ujar John, dia memperlihatkan sebuah kunci kecil di tangannya.

Nana kehilangan kata-katanya.

Yang benar saja darimana dia mendapatkan kunci itu?!

"Cium gue sampai mampus, baru gue kasih." ujar John, dia menyeringai.

Nana syok mendengarnya, bukan ciuman yang John dapatkan dia melepaskan sepatu hak tinggi yang John cium tadi dan melemparnya ke wajahnya.

"Aw! Sakit yang!" John mengaduh bertepatan dengan pintu balkon yang terbuka.

"Leona! Lo disini?!"

Aries.

"Iya! Gue disini!" balas Nana.

Pintu terbuka, Aries masuk bersama Cancer di sampingnya.

Keduanya terlihat khawatir.

Cancer maju dan mencekram bahu Nana. "Dia engga ngapa-ngapain lo kan? Lo gak apa-apa?" Dia menatap Nana dari atas sampai bawah.

Nana menggelengkan kepalanya, dia sedikit menjauh, jujur dia risih. "Engga." Dia terlihat sangat khawatir.

Aries menepis tangan Cancer, dia menghalangi keduanya. "John, lo tahu akibat dari perbuatan lo ini?" Dia melipat kedua tangannya dan menatap John geram.

John bersiul kecil, dia mengalihkan pandangannya. "Gue engga ada ngapa-ngapain."

Aries menatap sepatu Nana yang ada di genggaman John, dia mengulurkan tangannya. "Berikan."

John memberikannya, sialan.

Canve mengambilnya terlebih dahulu, dia membersihkan bagian yang berdebu dengan lengan bajunya dan memakaikannya kepada Nana.

Nana terdiam seribu bahasa.

"Ck, ini bukan negeri dongeng." ketus Aries, dia benar-benar kesal.

"Sial, adik lo siscon?!" seru John terkejut melihat itu, sebenernya dia terkejut melihat tatapan mata Cancer pada Leona.

Leona (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang