Delapan Belas

8.9K 724 11
                                    

Keesokan harinya sesuai dengan perkataan Cancer, Nana pergi bersamanya. Pria itu mengarahkan beberapa pengawal di sekitar Nana agar dua orang mesum itu tidak menganggunya lagi, sebisa mungkin Nana tidak pernah meninggalkan sisi Cancer, dia selalu mengikutinya kemanapun itu dan Cancer sepertinya tipe kakak laki-laki yang overprotektif dengan adik perempuannya.

Mungkin, Leona asli tidak pernah suka dengan sifat Cancer yang ini.

Hah? Lo siapa ngatur-ngatur gue?

Nana langsung memegang kepalanya ketika sebuah ingatan muncul di kepalanya.

"Ada apa?" tanya Cancer.

"Engga apa-apa." jawab Nana kalem.

Tadi itu ingatan Leona?

Dia melihat Leona berbicara dengan Cancer di kamar wanita itu, Cancer melihatnya dengan sorot mata terluka?

Nana menggelengkan kepalanya, jangan pikirkan nanti aja, untuk sekarang mari kita fokus untuk mencari cara bagaimana Athan mau berbicara padanya.

"Tunggu di ruangan gue, selama meeting." tegas Cancer.

Nana mengangguk.

"Duduk dimanapun lo mau, jangan keluar." Cancer menatap Nana tajam.

"Iya." ujar Nana, lagian kalau misalnya ada rapat pasti Athan juga ikut kan? Dia akan menunggu sampai meeting itu selesai.

"Cancer setelah rapat bisa gak lo bawa Athan ke ruangan lo."

"Athan?" Cancer membeo, sejak kapan Leona akrab dengan bawahannya itu. "Bisa aja sih, tapi lo yakin? Dia keluarga korban."

Nana mengangguk. "Iya, gue yakin."

"Lo tahu Athan engga cuma benci karena lo bunuh ibu tirinya, dia juga benci lo karena adiknya meninggal."

"Adik?"

"Adik Nauval yang udah meninggal itu, keluarga Athan kayaknya anggap di bagian mereka juga."

Dada Nana menghangat mendengarnya, dia tersenyum lembut. "Oh gitu."

Ternyata dia memiliki arti penting bagi beberapa orang, Nana pikir selama ini tidak ada yang tulus menyayanginya dan akan menangis  jika ia pergi.

"Gue bawa dia nanti, selama itu, tetaplah disini." Cancer keluar dari ruangannya.

Nana menurunkan tangannya yang tadi melambai, dia menatap sekelilingnya dan memutuskan untuk duduk di kursi kerja milik Cancer, entah kenapa kursi hitam itu lebih kelihatan nyaman daripada sofa di ruangan ini.

"Kenapa ada foto Leona disini?" Nana memutar kursinya ke kanan-kiri, dia memperhatikan foto Leona ketika SMA yang ada di meja kerja Cancer.

Leona waktu SMA kelihatan polos dan lugu, seperti seorang gadis baik-baik yang tidak akan tidur dengan sembarangan pria, eh tunggu apa kebiasaan buruk Leona ada karena dia kuliah di Venezuela?

Yah mungkin saja, pergaulan western dan Indonesia itu beda, setidaknya itu yang Athan katakan padanya, disana lebih bebas, mungkin dia yang baik-baik berubah buruk setelah masuk pergaulan bebas disana.

Nana menatap wajah gadis SMA itu sekali lagi, cantik sekali, cantiknya itu engga bosan dilihat, manis, mempesona, elagan dan terkesan dingin.

Kenapa gadis ceria sepertinya berubah menjadi perusak hubungan orang?

Menguap kecil, Nana mengucek matanya, beberapa hari ini dia tidak pernah tidur nyenyak dan selalu bangun dengan mimpi buruk, jam segini biasanya dia akan tertidur di kamarnya.

Leona (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang