Nana menggigil kedinginan, seluruh tubuhnya terasa di tusuk jarum sangking dinginnya. Dia meringkuk semakin dalam, berusaha untuk mencari kehangatan untuk dirinya.
"Siram dia."
Seember air kembali disiram kepada Leona, membuat wanita itu terbangun dari tidurnya.
Nana batuk, dia semakin menggigil setelah sadar dari pingsannya, bibirnya pucat begitu juga dengan wajahnya, gaun yang masih ia gunakan di pesta ulang tahun Papa Leona basah kuyup, ruangan ini juga dingin dan tidak memiliki cahaya sedikitpun.
Dengan bibir bergetar Nana bangkit dari tidurnya, dia menatap sekitarnya dengan lemah.
"Sudah bangun Tuan Putri?"
Nana terkejut, dia kembali batuk. "Siapa?" Dia tidak bisa melihat apapun.
Semuanya hitam.
Tidak ada cahaya.
Bahkan Nana tidak tahu saat ini dia sedang berada dimana.
Ingatannya perlahan-lahan memasuki pikirkan nya, seingat Nana dia sedang berada di pesta ulang tahun Papa Leona, terjadi sesuatu dengannya di balkom bersama John, lalu Aries menyelamatkannya dan sesuatu kembali terjadi, seseorang menutup mulutnya dengan sesuatu hingga dia pingsan.
"Dingin?"
Nana menggigil, benar-benar dingin disini.
"Lo siapa?" tanya Nana kembali.
"I don't know who i am."
Nana memicingkan matanya, dia berusaha bergerak, namun dia langsung menjerit ketika merasakan beberapa benda tajam menusuk kulitnya.
Nana meringis, itu seperti serpihan kaca.
Apa dia dikelilingi serpihan kaca?
"Sakit?" suara itu kembali terdengar.
Suaranya terdengar berat, tanpa emosi dan tidak memiliki rasa simpati, firasat Nana tidak enak, sepertinya orang ini akan menyiksanya dirinya sampai mati.
Sialan, dia tidak mau merasakan rasa sakit.
Apa tidak bisa dia mati hanya dengan sekali merasakan sakit?
"Lo mau apa?" tanya Leona, berusaha tenang, kedua kaki dan tangannya berat, sepertinya mereka dirantai oleh orang yang saat ini berbicara dengan nya. "Siapa yang nyuruh lo untuk culik gue? Skyler? John? Cancer?" Nana bisa menebak apa yang terjadi.
"Oh yah, gue memang disuruh salah satu diantara mereka..." Suara itu kembali terdengar. "Hm, yang pertama."
"Skyler?" tanya Nana.
"Yes, that's right."
"What do you want form me?"
"Death."
"Don't kill me with pain."
"I want kill you with pain."
Nana menggigit bibirnya, dia bahkan tidak memiliki air mata untuk dikeluarkan. "Lo siapa?"
"Bukan siapa-siapa."
"Kenapa mau bunuh Leona?"
"Karena dia pembunuh."
Nana terdiam.
Sepertinya dia tahu siapa pria di hadapannya ini.
Suara itu semakin jelas, jelas dan jelas.
Bagaimana bisa ia melupakan suara ini ketika ia tumbuh besar denganya.
Memang berubah, tapi hanya sedikit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Leona (The End)
Romance~Don't copy my story if you have brain~ Nana menyukai teman kakak laki-lakinya sekaligus tetangganya Athan. Nana dan Athan itu berbeda 8 tahun, meskipun begitu Nana masih tetap menyukai Athan. Namun pada akhirnya takdir berkata lain. Ini cerita ke-7...