Mata Danisa kini gantian melotot. Wajah kaget tampak jelas tercetak di sana. Kalimat Samudera terdengar begitu aneh untuknya. Ia melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana heboh adegan itu.
Sekarang, apa yang Samudera katakan? Kiano menyetubuhi Isabella sambil menyebut namanya?
Danisa tak tahu harus tersanjung atau jijik. Tetapi, sepertinya, perasaaannya condong pada pilihan kedua. Bagaimana mungkin?
Ia menatap Samudera yang dengan santainya menyesap botol anggurnya. Ia mendesis.
"Kamu nggak lucu bohongnya, Sam." Danisa berucap cepat.
"Aku nggak bohong," ucap Samudera menarik napas panjang. "He was."
"Mana mungkin? Kamu tahu dari mana?"
"Dari Isabella sendiri." Samudera berkata pelan. "Aku ketemu dia pas lagi acara bisnis papaku, yang kemarin Sabtu itu, aku sempat bilang sama kamu, kan?"
Danisa mengangguk pelan. Ia ingat, malam minggu kemarin, mereka tidak pergi kencan karena Samudera harus menghadiri sebuah pesta.
"Hal yang membuat Isabella marah sebenarnya bukan cuma karena Kiano suka sama kamu. Tapi karena Kiano mikirin kamu bahkan di saat dia lagi berhubungan badan sama Isabella," terang Samudera pelan. "Awalnya, Isabella pikir, ketika Kiano manggil dengan sebutan 'Sa', sebutan itu buat dia. I-Sa-Bel-La."
Danisa menelan ludah. "Tapi, bukannya Kak Kiano lebih sering manggil Kak Isabella dengan sebutan, 'Bella' atau 'Bel', ya?"
"Iya, itu dia!" Samudera menjentikan jari. "Baru dia sadar beberapa minggu terakhir kalau 'Sa' artinya Danisa atau Sasa. That 'Sa' means you. Dan itu pas sama Kiano yang minta kamu satu tim sama dia. She put two and two together, and voila!"
Danisa mencelos. Mungkin, kalau dia jadi Isabella, ia juga akan sama marahnya. Walaupun, tindakannya masih tak bisa dibenarkan juga.
"Ketika aku nolak Isabella, Kiano yang nangkap basah Isabella nangis karena malu. Aku nggak tahu detilnya, tapi, yang kutahu, Isabella jadi suka sama Kiano sejak saat itu." Samudera tersenyum. "Isabella pikir, Kiano cowok yang baik, lembut, sopan, ya, tipikal yang kamu sebutin juga."
"Tapi, dibalik itu..." Danisa tak melanjutkan kata-katanya. "Maksudku, aku nggak masalah sama hubungan seks atau apapun. Berhubungan seks sama pacarmu nggak lantas menjadikan kamu cowok nggak beradab. Itu pilihan dua-duanya, kan? Nggak bisa salahin cowoknya atau ceweknya. Tapi... kalau membayangkan perempuan lain, sih..."
Samudera mengulum senyum. Senyum jahil tampak di wajahnya. "I can bang you harder if you want to take revenge. Sekalian ngasih tahu dia, Danisa punya gue."
Danisa sontak membelalak dan langsung memukul lengan Samudera keras. "Jangan macem-macem!" Ia berkata sebelum tawa mereka pecah.
"Tapi beneran sih, Sa. Kalau dia berani ngefantasiin kamu lagi. Aku pecahin kepalanya!" Samudera berucap seram.
"Samudera!"
"Isabella bahkan benturin kepala kamu sampai luka. Sial! Harusnya aku pecahin beneran kepala Kiano."
"Samudera Banyu Kencana!" Danisa mendesis melihat kelakuan kekasihnya yang mulai di luar nalar.
Samudera tertawa. Ia menatap Danisa lagi. Dalam. Amat dalam.
Mereka berdua lalu sama-sama diam. Canggung meliputi keduanya.
"Aku nggak ngerti, kenapa seseorang bisa melakukan hubungan seks tanpa perasaan? Bukannya seks seharusnya jadi sesuatu yang melengkapi perasaan?" tanya Danisa sedikit bergumam.
KAMU SEDANG MEMBACA
ODDINARY
Подростковая литератураUPDATE NYA SETIAP HARI Follow dulu sebelum baca Comment dan vote nya biar aku makin semangat boleh loh hehe ***** Bagaimana rasanya kalau tiba-tiba satu proyek dengan orang yang disukai? Melayang? Kurang lebih, itu yang dirasakan Danisa ketika Kiano...